Cerita Misteri | The Mark of Athena (Tanda Athena) | Serial The Heroes of Olympus | The Mark of Athena (Tanda Athena) | Cersil Sakti | The Mark of Athena (Tanda Athena) pdf
Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap
Berkat wajahnya yang tembam dan ekspresinya yang cemberut, dia jadi mirip Buddha yang telah mencapai pencerahan dan malah tidak puas. Satu-satunya pinto gua dihalangi cangkang abalon maha-besar permukaannya dikilaukan warna-warni putih mutiara, merah muda, dan biru pirus. Jika gua ini adalah penjara, paling tidak pintunya keren. "Di mana kita?" tanya Leo, "di mana yang lain?" "Yang lain?" gerutu Frank, "aku tidak tahu. Setahuku hanya kau, aku, dan Hazel yang ada di sini. Manusia kuda-ikan membawa pergi Hazel kira-kira sejam lalu, meninggalkanku denganmu." Dari nada suara Frank, kentara sekali dia tidak menyetujui penempatan tersebut. Dia kelihatannya tidak terluka, tapi Leo menyadari pemuda itu tak lagi membawa busur atau wadah panahnya. Dengan panik, Leo menepuk-nepuk pinggangnya. Sabuk perkakasnya tidak ada. "Mereka menggeledah kita," ujar Frank, "membawa apa saja yang bisa dijadikan senjata." "Siapa?" tuntut Leo, "siapa itu kuda-ikan ?"
"Manusia kuda-ikan." Frank mengklarifikasi. Klarifikasinya sama sekali tidak menjelaskan apa-apa. "Mereka pasti menangkap kita ketika kita jatuh ke laut, kemudian menyeret kita entah ke mana." Leo teringat hal terakhir yang dia lihat sebelum pingsan wajah hijau muda seorang pria berjanggut yang membawa belati. "Monster udang. Argo 2 apa kapal baik-baik saja?" "Aku tidak tahu," kata Frank kecut, "yang lain mungkin sedang kesulitan atau terluka, atau atau lebih parah lagi. Tetapi kurasa kau lebih peduli pada kapalmu daripada teman-teman kita." Leo merasa seakan-akan wajahnya baru menghantam air lagi. "Ucapan bodoh apa ?" Kemudian, Leo menyadari apa sebabnya Frank demikian marah: kilas balik. Serangan monster terjadi begitu cepat sampai-sampai Leo hampir lupa. Pak Pelatih Hedge melontarkan komentar tolol mengenai Leo dan Hazel yang bergandengan dan bertatapan. Apalagi tepat sesudah itu, Leo membuat Frank terjungkal dari kapal. Mendadak Leo jadi sulit memandang mata Frank. "Dengar, Bung ... maaf aku menjerumuskan kita ke dalam kekacauan ini. Aku benar-benar mengacau." Dia menarik napas dalam-dalam. Anehnya, rasanya normal, padahal dia berada di bawah air. "Aku dan Hazel bergandengan bukan seperti yang kau kira. Dia menunjukiku kilas balik dari masa lalunya, untuk mencari tahu hubunganku dengan Sammy." Ekspresi marah Frank mulai melunak, digantikan oleh mimik penasaran. "Apa dia apa kalian berhasil?" "Iya," kata Leo, "kurang-lebih, sih. Kami tidak sempat membicarakannya sesudah itu gara-gara si udangsaurus, tapi Sammy itu ternyata kakek buyutku."
Dia memberi tahu Frank apa yang mereka lihat. Dia belu meresapi betapa ganjil pengalamannya tadi, tapi sekarang, selagi menerangkan keras-keras, Leo jadi terheran-heran sendiri. Hazel ternyata naksir bisabuelo-nya, lelaki yang sudah meninggal ketikaa Leo masih bayi. Leo tidak menduga macam-macam sebelumnya, tapi dia samar-samar teringat sejumlah kerabat yang sudah berumur memanggil kakeknya Sam Junior. Artinya Sam Senior adalah Sammy, bisabuelo Leo. Pada suatu saat, Tia Callida De wi Hera sendiri malah pernah bicara dengan Sammy, menghibur dan memperlihatkannya masa depan. Dengan kata lain, Hera telah membentuk kehidupan Leo bergenerasi-generasi sebelum dia dilahirkan. Kalau saja Hazel tetap tinggal di tahun 1940-an, kalau saja dia menikahi Sammy, Leo mungkin bakal jadi cicitnya. "Ya, ampun," kata Leo ketika selesai bercerita, "aku jadi mual. Tetapi aku bersumpah demi Sungai Styx, itulah yang kami liha Frank menampakkan raut muka persis seperti kepala lele si udang saurus mata kosong membelalak dan mulut menganga. "Hazel ... Hazel suka pada kakek buyutmu? Itukah sebabnya dia suka padamu?" "Frank, aku tahu ceritaku aneh. Percayalah padaku. Tetapi aku tidak suka pada Hazel bukan suka yang seperti itu. Aku tidal keluh si laba-laba, "melebihi yang bisa kubuat dalam waktu
setahun." Itulah yang diharapkan Annabeth. Dia telah memperhitungkan massa dan ukuran sesuai dengan asumsi tersebut. "Kau harus melepas jejaring yang menutupi patung," kata Annabeth, "gunakan benangnya." Arachne sepertinya k eberatan, tapi Annabeth melambai ke Athena Partheno n seol
http://cerita-silat.mywapblog.com
ah benda itu tidaklah berarti. "Mana yang lebih penting menutupi patung tua itu atau membuktikan bahwa karya senimulah yang terbaik? Tentu saja, kau harus sangat berhati-hati. Kau harus menyisakan jejaring yang memadai untuk menahan ruangan ini. Kalau menurutmu itu terlalu susah " "Aku tidak berkata begitu!" "Oke. Hanya saja ... Athena bilang anyaman bangun ruang ini mustahil diciptakan penenun mana pun, bahkan dirinya. Jadi, kalau menurutmu kau tidak bisa " "Athena bilang begitu?" "Iya.
"Konyol! Aku bisa melakukannya!"
"Hebat! Tetapi kau harus mulai sekarang juga, sebelum bangsa Olympia memilih pajangan karya seniman lain."
Arachne menggeram. "Kalau kau menipuku, Gadis Kecil "
"Kau bisa menawanku di sini." Annabeth mengingatkannya. "Lagi pula, aku toh tidak bisa ke mana-mana. Begitu patung tersebut rampung, kau pasti setuju bahwa inilah karya terbaik yang pernali kau buat. Jika tidak, aku bersedia mati."
Arachne ragu-ragu. Kakinya yang berduri teramat dekat. Dia bisa saja menyula Annabeth dengan sekali tebas.
"Baildah," kata si laba-laba,
satu tantangan terakhir
melawan diriku sendiri!"
Arachne memanjati sarangnya dan mulai mengurai anyaman yang menyelubungi Athena Parthenos. []
BAB LIMA PULUH
ANNABETH
ANNABETH LUPA WAKTU.
Dia bisa merasakan bahwa ambrosia yang tadi dimakannya mulai memulihkan kakinya, tapi nyerinya masih tak terperi sampai ke lehernya yang berdenyut-denyut. Di dinding, laba-laba kecil merangkak ke sana-sini dalam kegelapan, seakan tengah menanti perintah majikan mereka. Ribuan laba-laba bergemeresik di balik tapestri, membuat tenunan pemandangan bergerak-gerak bagai ditiup angin.
Annabeth duduk di lantai rapuh dan berusaha menyimpan kekuatannya. Selagi Arachne tidak memerhatikan, Annabeth berupaya mengirimkan sinyal lewat iaptop Daedalus untuk menghubungi teman-temannya, tapi tentu saja dia tidak beruntung. Dia pun tak punya kegiatan selain menonton dengan takjub sementara Arachne bekerja, kedelapan kakinya bekerja dengan kecepatan yang menghipnotis, pelan-pelan mengurai benang-benang yang menyelimuti patung.
Berkat gaunnya yang keemasan serta wajah gadingnya yang cemerlang, Athena Parthenos malah tampak lebih menakutkan
Arachne mulai menenun. Kerjanya lambat, mengubah helaian benang jadi lembaran kain. Ruangan tersebut berguncang. Retakan di kaki Annabeth melebar. Jika Arachne menyadari hal tersebut, dia tampaknya tidak peduli. Annabeth mempertimbangkan untuk mendorong si laba-laba ke dalam lubang, tapi dia mengesampingkan ide itu. Lubang di lantai tidak cukup besar. Lagi pula, andaikan lantai ambruk, Arachne mungkin bisa saja menggelantung dari benang dan meloloskan diri, sedangkan Annabeth dan patung kuno bakal terperosok ke Tartarus. Lambat laun Arachne merampungkan lembar-lembar anyam-an dan menenunnya jadi saw. Keterampilannya tak bercela. Mau tak mau, Annabeth terkesan. Lagi-lagi dia merasakan secercah keraguan terhadap ibunya. Bagaimana kalau Arachne memang 1 ebih mahir menenun daripada Athena? Namun, intinya bukan keahlian Arachne. Dia dihukum karena sombong dan lancang. Tak peduli sehebat apa diri kita, kita tidak boleh menghina para dewa. Mestinya kita ingat bahwa selalu ada yang lebih hebat daripada kita, yaitu bangsa Olympia. Oleh sebab itu, kita tak boleh besar kepala. Walau begitu dijadikan monster laba-laba abadi gara-gara menyombong sepertinya merupakan hukuman yang terlalu berat. Arachne bekerja semakin cepat, menyatukan lembar-lembar anyaman. Tidak lama kemudian, bangun ruang tersebut sudah jadi. Di kaki patung, terhampar sebuah tabung yang ditenun dari lima lembar anyaman, diameternya satu setengah meter dan panjangnya tiga meter. Permukaan tabung itu berkilau seperti cangkang abalon, tapi Annabeth tak merasakan keindahannya. Kreasi itu semata-mata bernilai fungsional: sebuah jebakan. Benda itu hanya indah jika ampuh sebagai jebakan.
Arachne menoleh kepada Annabeth sambil tersenyum lapar. "Beres! Nah, sekarang imbalanku! Buktikan kepadaku bahwa kau bisa mewujudkan janjimu." Annabeth mengamat-amati jebakan itu. Dia mengerutkan kening dan berjalan mengelilingi tabung tersebut
http://cerita-silat.mywapblog.com
Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap
Berkat wajahnya yang tembam dan ekspresinya yang cemberut, dia jadi mirip Buddha yang telah mencapai pencerahan dan malah tidak puas. Satu-satunya pinto gua dihalangi cangkang abalon maha-besar permukaannya dikilaukan warna-warni putih mutiara, merah muda, dan biru pirus. Jika gua ini adalah penjara, paling tidak pintunya keren. "Di mana kita?" tanya Leo, "di mana yang lain?" "Yang lain?" gerutu Frank, "aku tidak tahu. Setahuku hanya kau, aku, dan Hazel yang ada di sini. Manusia kuda-ikan membawa pergi Hazel kira-kira sejam lalu, meninggalkanku denganmu." Dari nada suara Frank, kentara sekali dia tidak menyetujui penempatan tersebut. Dia kelihatannya tidak terluka, tapi Leo menyadari pemuda itu tak lagi membawa busur atau wadah panahnya. Dengan panik, Leo menepuk-nepuk pinggangnya. Sabuk perkakasnya tidak ada. "Mereka menggeledah kita," ujar Frank, "membawa apa saja yang bisa dijadikan senjata." "Siapa?" tuntut Leo, "siapa itu kuda-ikan ?"
"Manusia kuda-ikan." Frank mengklarifikasi. Klarifikasinya sama sekali tidak menjelaskan apa-apa. "Mereka pasti menangkap kita ketika kita jatuh ke laut, kemudian menyeret kita entah ke mana." Leo teringat hal terakhir yang dia lihat sebelum pingsan wajah hijau muda seorang pria berjanggut yang membawa belati. "Monster udang. Argo 2 apa kapal baik-baik saja?" "Aku tidak tahu," kata Frank kecut, "yang lain mungkin sedang kesulitan atau terluka, atau atau lebih parah lagi. Tetapi kurasa kau lebih peduli pada kapalmu daripada teman-teman kita." Leo merasa seakan-akan wajahnya baru menghantam air lagi. "Ucapan bodoh apa ?" Kemudian, Leo menyadari apa sebabnya Frank demikian marah: kilas balik. Serangan monster terjadi begitu cepat sampai-sampai Leo hampir lupa. Pak Pelatih Hedge melontarkan komentar tolol mengenai Leo dan Hazel yang bergandengan dan bertatapan. Apalagi tepat sesudah itu, Leo membuat Frank terjungkal dari kapal. Mendadak Leo jadi sulit memandang mata Frank. "Dengar, Bung ... maaf aku menjerumuskan kita ke dalam kekacauan ini. Aku benar-benar mengacau." Dia menarik napas dalam-dalam. Anehnya, rasanya normal, padahal dia berada di bawah air. "Aku dan Hazel bergandengan bukan seperti yang kau kira. Dia menunjukiku kilas balik dari masa lalunya, untuk mencari tahu hubunganku dengan Sammy." Ekspresi marah Frank mulai melunak, digantikan oleh mimik penasaran. "Apa dia apa kalian berhasil?" "Iya," kata Leo, "kurang-lebih, sih. Kami tidak sempat membicarakannya sesudah itu gara-gara si udangsaurus, tapi Sammy itu ternyata kakek buyutku."
Dia memberi tahu Frank apa yang mereka lihat. Dia belu meresapi betapa ganjil pengalamannya tadi, tapi sekarang, selagi menerangkan keras-keras, Leo jadi terheran-heran sendiri. Hazel ternyata naksir bisabuelo-nya, lelaki yang sudah meninggal ketikaa Leo masih bayi. Leo tidak menduga macam-macam sebelumnya, tapi dia samar-samar teringat sejumlah kerabat yang sudah berumur memanggil kakeknya Sam Junior. Artinya Sam Senior adalah Sammy, bisabuelo Leo. Pada suatu saat, Tia Callida De wi Hera sendiri malah pernah bicara dengan Sammy, menghibur dan memperlihatkannya masa depan. Dengan kata lain, Hera telah membentuk kehidupan Leo bergenerasi-generasi sebelum dia dilahirkan. Kalau saja Hazel tetap tinggal di tahun 1940-an, kalau saja dia menikahi Sammy, Leo mungkin bakal jadi cicitnya. "Ya, ampun," kata Leo ketika selesai bercerita, "aku jadi mual. Tetapi aku bersumpah demi Sungai Styx, itulah yang kami liha Frank menampakkan raut muka persis seperti kepala lele si udang saurus mata kosong membelalak dan mulut menganga. "Hazel ... Hazel suka pada kakek buyutmu? Itukah sebabnya dia suka padamu?" "Frank, aku tahu ceritaku aneh. Percayalah padaku. Tetapi aku tidak suka pada Hazel bukan suka yang seperti itu. Aku tidal keluh si laba-laba, "melebihi yang bisa kubuat dalam waktu
setahun." Itulah yang diharapkan Annabeth. Dia telah memperhitungkan massa dan ukuran sesuai dengan asumsi tersebut. "Kau harus melepas jejaring yang menutupi patung," kata Annabeth, "gunakan benangnya." Arachne sepertinya k eberatan, tapi Annabeth melambai ke Athena Partheno n seol
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 3: The Mark Of Athena (Tanda Athena)
ah benda itu tidaklah berarti. "Mana yang lebih penting menutupi patung tua itu atau membuktikan bahwa karya senimulah yang terbaik? Tentu saja, kau harus sangat berhati-hati. Kau harus menyisakan jejaring yang memadai untuk menahan ruangan ini. Kalau menurutmu itu terlalu susah " "Aku tidak berkata begitu!" "Oke. Hanya saja ... Athena bilang anyaman bangun ruang ini mustahil diciptakan penenun mana pun, bahkan dirinya. Jadi, kalau menurutmu kau tidak bisa " "Athena bilang begitu?" "Iya.
"Konyol! Aku bisa melakukannya!"
"Hebat! Tetapi kau harus mulai sekarang juga, sebelum bangsa Olympia memilih pajangan karya seniman lain."
Arachne menggeram. "Kalau kau menipuku, Gadis Kecil "
"Kau bisa menawanku di sini." Annabeth mengingatkannya. "Lagi pula, aku toh tidak bisa ke mana-mana. Begitu patung tersebut rampung, kau pasti setuju bahwa inilah karya terbaik yang pernali kau buat. Jika tidak, aku bersedia mati."
Arachne ragu-ragu. Kakinya yang berduri teramat dekat. Dia bisa saja menyula Annabeth dengan sekali tebas.
"Baildah," kata si laba-laba,
satu tantangan terakhir
melawan diriku sendiri!"
Arachne memanjati sarangnya dan mulai mengurai anyaman yang menyelubungi Athena Parthenos. []
BAB LIMA PULUH
ANNABETH
ANNABETH LUPA WAKTU.
Dia bisa merasakan bahwa ambrosia yang tadi dimakannya mulai memulihkan kakinya, tapi nyerinya masih tak terperi sampai ke lehernya yang berdenyut-denyut. Di dinding, laba-laba kecil merangkak ke sana-sini dalam kegelapan, seakan tengah menanti perintah majikan mereka. Ribuan laba-laba bergemeresik di balik tapestri, membuat tenunan pemandangan bergerak-gerak bagai ditiup angin.
Annabeth duduk di lantai rapuh dan berusaha menyimpan kekuatannya. Selagi Arachne tidak memerhatikan, Annabeth berupaya mengirimkan sinyal lewat iaptop Daedalus untuk menghubungi teman-temannya, tapi tentu saja dia tidak beruntung. Dia pun tak punya kegiatan selain menonton dengan takjub sementara Arachne bekerja, kedelapan kakinya bekerja dengan kecepatan yang menghipnotis, pelan-pelan mengurai benang-benang yang menyelimuti patung.
Berkat gaunnya yang keemasan serta wajah gadingnya yang cemerlang, Athena Parthenos malah tampak lebih menakutkan
Arachne mulai menenun. Kerjanya lambat, mengubah helaian benang jadi lembaran kain. Ruangan tersebut berguncang. Retakan di kaki Annabeth melebar. Jika Arachne menyadari hal tersebut, dia tampaknya tidak peduli. Annabeth mempertimbangkan untuk mendorong si laba-laba ke dalam lubang, tapi dia mengesampingkan ide itu. Lubang di lantai tidak cukup besar. Lagi pula, andaikan lantai ambruk, Arachne mungkin bisa saja menggelantung dari benang dan meloloskan diri, sedangkan Annabeth dan patung kuno bakal terperosok ke Tartarus. Lambat laun Arachne merampungkan lembar-lembar anyam-an dan menenunnya jadi saw. Keterampilannya tak bercela. Mau tak mau, Annabeth terkesan. Lagi-lagi dia merasakan secercah keraguan terhadap ibunya. Bagaimana kalau Arachne memang 1 ebih mahir menenun daripada Athena? Namun, intinya bukan keahlian Arachne. Dia dihukum karena sombong dan lancang. Tak peduli sehebat apa diri kita, kita tidak boleh menghina para dewa. Mestinya kita ingat bahwa selalu ada yang lebih hebat daripada kita, yaitu bangsa Olympia. Oleh sebab itu, kita tak boleh besar kepala. Walau begitu dijadikan monster laba-laba abadi gara-gara menyombong sepertinya merupakan hukuman yang terlalu berat. Arachne bekerja semakin cepat, menyatukan lembar-lembar anyaman. Tidak lama kemudian, bangun ruang tersebut sudah jadi. Di kaki patung, terhampar sebuah tabung yang ditenun dari lima lembar anyaman, diameternya satu setengah meter dan panjangnya tiga meter. Permukaan tabung itu berkilau seperti cangkang abalon, tapi Annabeth tak merasakan keindahannya. Kreasi itu semata-mata bernilai fungsional: sebuah jebakan. Benda itu hanya indah jika ampuh sebagai jebakan.
Arachne menoleh kepada Annabeth sambil tersenyum lapar. "Beres! Nah, sekarang imbalanku! Buktikan kepadaku bahwa kau bisa mewujudkan janjimu." Annabeth mengamat-amati jebakan itu. Dia mengerutkan kening dan berjalan mengelilingi tabung tersebut
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 3: The Mark Of Athena (Tanda Athena)