Cerita Misteri | The Mark of Athena (Tanda Athena) | Serial The Heroes of Olympus | The Mark of Athena (Tanda Athena) | Cersil Sakti | The Mark of Athena (Tanda Athena) pdf
Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap
terkilir. Gelombang rasa nyeri hampir membuat Annabeth pingsan, tapi dia masih sempat menelentang dan melihat Fiat 500 merah cerah yang membentur perangkap Arachne, melubangi lantai gua, dan menghilang beserta Chinese Spidercuff.
Saat Arachne terjun bebas, dia menjerit bagaikan kereta api barang yang hendak tabrakan; tapi teriakannya kian lirih dalam sekejap. Di sekitar Annabeth, puing-puing yang berjatuhan menubruk lantai, melubanginya di sana-sini. Athena Parthenos tetap tak terusik, meskipun marmer di bawah landasannya sudah retak-retak. Sarang laba-laba menempel di sekujur tubuh Annabeth. Annabeth menelusuri benang laba-laba lengket yang terjulur dari lengan dan kakinya bagai tali boneka Marionette. Entah bagaimana, badannya tak tertimpa puing-puing sama sekali. Annabeth ingin memercayai bahwa patung itu telah melindunginya, walaupun dia curiga bahwa dirinya hanya beruntung. Pasukan laba-laba telah menghilang. Entah mereka kabur ke kegelapan atau jatuh ke dalam jurang. Sementara cahaya matahari membanjiri gua, tapestri Arachne di Binding menyerpih jadi debu. Annabeth tak tahan nrielihatnya terutama tapestri yang menggambarkan dirinya dan Percy. Namun, segalanya terlupakan ketika Annabeth mendengar suara Percy dari atas: "Annabeth!" "Di sini!" isak Annabeth. Seluruh rasa takut seolah meninggalkannya seiring satu teriakan nyaring itu. Saat Argo II turun, Annabeth melihat Percy mencondongkan badan ke batik langkan kapal. Senyum Percy lebih memesona daripada tapestri many pun yang pernah Annabeth lihat. Ruangan itu terus berguncang, tapi Annabeth masih bisa berdiri. Lantai di kakinya sementara ini tampak stabil. Tas punggung Annabeth hilang, begitu pula laptop Daedalus. Pisau perunggu Annabeth, yang sudah dimilikinya sejak dia berumur tujuh tahun, juga lenyap barangkali jatuh ke dalam lubang. Namun, Annabeth tidak peduli. Dia masih hidup.
Annabeth beringsut ke tepi lubang menganga yang dihasilkan Fiat 500. Dinding batu bergerigi terjatuh juga ke dalam kegelapan sejauh mata memandang. Tubir sempit menjorok di sana-sini, tapi Annabeth lihat tidak ada apa-apa di atasnya cuma helaian benang laba-laba yang terkulai layu bagaikan kertas krep hiasan Natal. Annabeth bertanya-tanya apakah perkataan Arachne mengenai jurang itu memang benar. Apakah si laba-laba telah terperosok ke Tartarus? Annabeth berusaha merasa puas saat memikirkan hal itu, tapi dia justru sedih. Arachne memang menciptakan karya yang indah. Dia sudah menderita selama berabad-abad. Kini tapestrinya yang terakhir luluh lantak. Setelah semua itu, terperosok ke Tartarus sepertinya merupakan nasib yang terlalu tragis. Annabeth samar-samar menyadari bahwa Argo II tengah mengapung kira-kira dua belas meter dari lantai. Tangga tali telah diulurkan ke bawah, tapi Annabeth malah berdiri sambil bengong dan menatap ke kegelapan. Kemudian, tiba-tiba Percy muncul di sampingnya, menggamit jemari Annabeth. Percy memandu Annabeth dengan lembut menjauhi lubang dan merangkulnya. Annabeth merapatkan wajahnya ke dada Percy dan menangis terisak-isak. "Tidak apa-apa," ajar Percy, "kita bersama lagi." Percy tidak mengucapkan kau tidak apa-apa atau kita masih hidup. Selepas cobaan berat yang mereka lalui setahun terakhir ini, Percy tahu yang terpenting adalah mereka bersama lagi. Annabeth bersyukur Percy berkata begitu. Teman-teman Annabeth dan Percy berkumpul mengelilingi mereka. Nico di Angelo ada di sana, tapi pikiran Annabeth demikian ruwet sampai-sampai dia tidak merasa kaget. Sepertinya wajar saja bahwa Nico bersama mereka.
"Kakimu." Piper berlutut di sebelah Annabeth dan memeriksa bebat plastik bergelembung. "Oh, Annabeth, apa yang terjadi?" Annabeth mulai menjelaskan. Bicara memang susah, tapi semakin dia bercerita, kata-kata keluar semakin mudah. Percy tidak melepaskan tangannya, sehingga membuat Annabeth lebih percaya diri. Seusai Annabeth bercerita, teman-temannya melongo karena takjub. "Demi bangsa Olympia," kata Jason, "kau melakukan semua itu seorang diri. Selagi patah pergelangan kaki." "Ralat sebagian selagi patah pergelangan kaki." Percy nyengir. "Kau mengelabui A
http://cerita-silat.mywapblog.com
rachne sehingga menenun perangkapnya sendiri? Aku tahu kau panjang akal, tapi demi Hera Mahaagung Annabeth, kau berhasil. Anak-anak Athena selama bergenerasi-generasi sudah mencoba dan gagal. Kau menemukan Athena Parthenos!" Semua orang menatap patung tersebut. "Mau kita apakan patung itu?" tanya Frank, "besar sekali ukurannya." "Kita harus membawa serta patung itu ke Yunani," kata Annabeth, "patung itu punya kekuatan. Entah bagaimana, dia bisa membantu kita mengalahkan para raksasa." " Tulang raksasa tegak kemilau dan pucat," kutip Hazel, " dimenangkan dengan rasa sakit Bari penjara yang ditenun." Dipan-dangnya Annabeth dengan kagum. "Penjara yang ditenun itu adalah hasil tenunan Arachne. Kau berhasil mengelabuinya." Dengan susah payah, pikir Annabeth. Leo mengangkat Langan. Dia membentuk bingkai foto mengelilingi Athena Parthenos dengan jari-jarinya, seperti sedang mengukur. "Harus diatur-atur, sih, tapi menurutku patung itu bisa dimasukkan lewat lewat tingkap di istal. Kalau tidak seluruhnya
muat, barangkali aku harus membungkus kakinya dengan bendera atau apalah." Annabeth bergidik. Dia membayangkan Athena Parthenos mencuat dari trireme mereka, landasannya ditempeli tanda berbunyi: HATI-HATI! BARANG PECAH BELAH! Kemudian, Annabeth teringat larik terdahulu ramalan itu: Kembar bendung napas sang malaikat, pemegang kunci maut nan abadi. "Bagaimana dengan kalian?" tanyanya, "apa yang terjadi pada kedua raksasa itu?" Percy bercerita kepada Annabeth tentang proses penyelamatan Nico, kemunculan Bacchus, dan pertarungan melawan raksasa kembar di Koloseum. Nico tidak banyak bicara. Cowok malang itu seperti baru tersesat di gurun pasir selama enam minggu. Percy menjelaskan temuan Nico tentang Pintu Ajal, yang harus ditutup dari kedua sisinya. Meskipun cahaya matahari tumpah ruah dari atas, kabar Percy membuat gua itu terkesan gelap lagi. "jadi, sisi fana Pintu Ajal terletak di Epirus," kata Annabeth, "paling tidak kita bisa mencapai tempat itu." Nico meringis. "Tetapi masalahnya di sisi yang sebelah lagi. Tartarus." Kata itu seolah bergema di ruangan. Lub ang di bawah mereka menyemburkan udara dingin. Sa at itulah Annabeth yakin seyakin-yakinnya. Jurang terse but memang terhubung langsung dengan Dunia Bawah. Percy pasti merasakannya juga. Dia menuntun Annabe th semakin jauh dari tepi lubang. Benang laba-laba berk ibar-kibar dari lengan dan tungkai Annabeth seperti gau n pengantin. Annabeth berharap belatinya masih ada, s upaya dia bisa menebas sampah itu. Dia hampir memin ta Percy menghunuskan Riptide, tapi sebelum Annabeth sempat mengutarakan permintaan, Percy
keburu berkata, "Bacchus bilang perjalananku bakal lebih berat daripada yang kuperkirakan. Entah apa maksud " Ruangan menggemuruh. Athena Parthenos doyong ke samping. Kepalanya tersangkut untaian benang penyangga buatan Arachne, tapi fondasi marmer di bawah landasannya remuk-remuk. Rasa mual menyumbat dada Annabeth. Jika patung tersebut jatuh ke jurang, semua kerja kerasnya bakal sia-sia belaka. Misi mereka akan gagal. "Amankan!" sera Annabeth. Teman-temannya langsung paham. "Zhang!" teriak Leo, "antarkan aku ke kemudi, cepat! Pak Pelatih di atas sana sendirian." Frank bertransformasi jadi elang raksasa, kemudian mereka berdua membubung ke kapal. Jason merangkul Piper. Pemuda itu menoleh kepada Percy. "Sampai nanti." Dia memanggil angin dan melejit ke udara. "Lantai ini takkan bertahan!" Hazel memperingatkan. "Kita 4 sebaiknya buru-buru naik tangga." Gumpalan debu dan sarang laba-laba mengepul dari lubang-lubang di lantai. Kabel penyangga dari benang laba-laba bergetar seperti senar gitar mah abesar dan mulai putus. Hazel meloncat ke ujung tangg a tali dan memberi Nico isyarat agar mengikuti, tapi ko ndisi Nico tidak memungkinkannya berlari. Percy mengg enggam tangan Annabeth semakin erat. "Semuanya ba kal baik-baik saja," gumamnya. Saat mendongak, Anna beth melihat tambang-tambang ber-mata kait yang dilu ncurkan dari Argo II membelit patung. Salah satu menj erat leher Athena seperti laso. Leo meneriakkan perinta h dari kemudi sementara Jason dan Frank terbang secepat kilat dari tamb
http://cerita-silat.mywapblog.com
Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap
terkilir. Gelombang rasa nyeri hampir membuat Annabeth pingsan, tapi dia masih sempat menelentang dan melihat Fiat 500 merah cerah yang membentur perangkap Arachne, melubangi lantai gua, dan menghilang beserta Chinese Spidercuff.
Saat Arachne terjun bebas, dia menjerit bagaikan kereta api barang yang hendak tabrakan; tapi teriakannya kian lirih dalam sekejap. Di sekitar Annabeth, puing-puing yang berjatuhan menubruk lantai, melubanginya di sana-sini. Athena Parthenos tetap tak terusik, meskipun marmer di bawah landasannya sudah retak-retak. Sarang laba-laba menempel di sekujur tubuh Annabeth. Annabeth menelusuri benang laba-laba lengket yang terjulur dari lengan dan kakinya bagai tali boneka Marionette. Entah bagaimana, badannya tak tertimpa puing-puing sama sekali. Annabeth ingin memercayai bahwa patung itu telah melindunginya, walaupun dia curiga bahwa dirinya hanya beruntung. Pasukan laba-laba telah menghilang. Entah mereka kabur ke kegelapan atau jatuh ke dalam jurang. Sementara cahaya matahari membanjiri gua, tapestri Arachne di Binding menyerpih jadi debu. Annabeth tak tahan nrielihatnya terutama tapestri yang menggambarkan dirinya dan Percy. Namun, segalanya terlupakan ketika Annabeth mendengar suara Percy dari atas: "Annabeth!" "Di sini!" isak Annabeth. Seluruh rasa takut seolah meninggalkannya seiring satu teriakan nyaring itu. Saat Argo II turun, Annabeth melihat Percy mencondongkan badan ke batik langkan kapal. Senyum Percy lebih memesona daripada tapestri many pun yang pernah Annabeth lihat. Ruangan itu terus berguncang, tapi Annabeth masih bisa berdiri. Lantai di kakinya sementara ini tampak stabil. Tas punggung Annabeth hilang, begitu pula laptop Daedalus. Pisau perunggu Annabeth, yang sudah dimilikinya sejak dia berumur tujuh tahun, juga lenyap barangkali jatuh ke dalam lubang. Namun, Annabeth tidak peduli. Dia masih hidup.
Annabeth beringsut ke tepi lubang menganga yang dihasilkan Fiat 500. Dinding batu bergerigi terjatuh juga ke dalam kegelapan sejauh mata memandang. Tubir sempit menjorok di sana-sini, tapi Annabeth lihat tidak ada apa-apa di atasnya cuma helaian benang laba-laba yang terkulai layu bagaikan kertas krep hiasan Natal. Annabeth bertanya-tanya apakah perkataan Arachne mengenai jurang itu memang benar. Apakah si laba-laba telah terperosok ke Tartarus? Annabeth berusaha merasa puas saat memikirkan hal itu, tapi dia justru sedih. Arachne memang menciptakan karya yang indah. Dia sudah menderita selama berabad-abad. Kini tapestrinya yang terakhir luluh lantak. Setelah semua itu, terperosok ke Tartarus sepertinya merupakan nasib yang terlalu tragis. Annabeth samar-samar menyadari bahwa Argo II tengah mengapung kira-kira dua belas meter dari lantai. Tangga tali telah diulurkan ke bawah, tapi Annabeth malah berdiri sambil bengong dan menatap ke kegelapan. Kemudian, tiba-tiba Percy muncul di sampingnya, menggamit jemari Annabeth. Percy memandu Annabeth dengan lembut menjauhi lubang dan merangkulnya. Annabeth merapatkan wajahnya ke dada Percy dan menangis terisak-isak. "Tidak apa-apa," ajar Percy, "kita bersama lagi." Percy tidak mengucapkan kau tidak apa-apa atau kita masih hidup. Selepas cobaan berat yang mereka lalui setahun terakhir ini, Percy tahu yang terpenting adalah mereka bersama lagi. Annabeth bersyukur Percy berkata begitu. Teman-teman Annabeth dan Percy berkumpul mengelilingi mereka. Nico di Angelo ada di sana, tapi pikiran Annabeth demikian ruwet sampai-sampai dia tidak merasa kaget. Sepertinya wajar saja bahwa Nico bersama mereka.
"Kakimu." Piper berlutut di sebelah Annabeth dan memeriksa bebat plastik bergelembung. "Oh, Annabeth, apa yang terjadi?" Annabeth mulai menjelaskan. Bicara memang susah, tapi semakin dia bercerita, kata-kata keluar semakin mudah. Percy tidak melepaskan tangannya, sehingga membuat Annabeth lebih percaya diri. Seusai Annabeth bercerita, teman-temannya melongo karena takjub. "Demi bangsa Olympia," kata Jason, "kau melakukan semua itu seorang diri. Selagi patah pergelangan kaki." "Ralat sebagian selagi patah pergelangan kaki." Percy nyengir. "Kau mengelabui A
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 3: The Mark Of Athena (Tanda Athena)
rachne sehingga menenun perangkapnya sendiri? Aku tahu kau panjang akal, tapi demi Hera Mahaagung Annabeth, kau berhasil. Anak-anak Athena selama bergenerasi-generasi sudah mencoba dan gagal. Kau menemukan Athena Parthenos!" Semua orang menatap patung tersebut. "Mau kita apakan patung itu?" tanya Frank, "besar sekali ukurannya." "Kita harus membawa serta patung itu ke Yunani," kata Annabeth, "patung itu punya kekuatan. Entah bagaimana, dia bisa membantu kita mengalahkan para raksasa." " Tulang raksasa tegak kemilau dan pucat," kutip Hazel, " dimenangkan dengan rasa sakit Bari penjara yang ditenun." Dipan-dangnya Annabeth dengan kagum. "Penjara yang ditenun itu adalah hasil tenunan Arachne. Kau berhasil mengelabuinya." Dengan susah payah, pikir Annabeth. Leo mengangkat Langan. Dia membentuk bingkai foto mengelilingi Athena Parthenos dengan jari-jarinya, seperti sedang mengukur. "Harus diatur-atur, sih, tapi menurutku patung itu bisa dimasukkan lewat lewat tingkap di istal. Kalau tidak seluruhnya
muat, barangkali aku harus membungkus kakinya dengan bendera atau apalah." Annabeth bergidik. Dia membayangkan Athena Parthenos mencuat dari trireme mereka, landasannya ditempeli tanda berbunyi: HATI-HATI! BARANG PECAH BELAH! Kemudian, Annabeth teringat larik terdahulu ramalan itu: Kembar bendung napas sang malaikat, pemegang kunci maut nan abadi. "Bagaimana dengan kalian?" tanyanya, "apa yang terjadi pada kedua raksasa itu?" Percy bercerita kepada Annabeth tentang proses penyelamatan Nico, kemunculan Bacchus, dan pertarungan melawan raksasa kembar di Koloseum. Nico tidak banyak bicara. Cowok malang itu seperti baru tersesat di gurun pasir selama enam minggu. Percy menjelaskan temuan Nico tentang Pintu Ajal, yang harus ditutup dari kedua sisinya. Meskipun cahaya matahari tumpah ruah dari atas, kabar Percy membuat gua itu terkesan gelap lagi. "jadi, sisi fana Pintu Ajal terletak di Epirus," kata Annabeth, "paling tidak kita bisa mencapai tempat itu." Nico meringis. "Tetapi masalahnya di sisi yang sebelah lagi. Tartarus." Kata itu seolah bergema di ruangan. Lub ang di bawah mereka menyemburkan udara dingin. Sa at itulah Annabeth yakin seyakin-yakinnya. Jurang terse but memang terhubung langsung dengan Dunia Bawah. Percy pasti merasakannya juga. Dia menuntun Annabe th semakin jauh dari tepi lubang. Benang laba-laba berk ibar-kibar dari lengan dan tungkai Annabeth seperti gau n pengantin. Annabeth berharap belatinya masih ada, s upaya dia bisa menebas sampah itu. Dia hampir memin ta Percy menghunuskan Riptide, tapi sebelum Annabeth sempat mengutarakan permintaan, Percy
keburu berkata, "Bacchus bilang perjalananku bakal lebih berat daripada yang kuperkirakan. Entah apa maksud " Ruangan menggemuruh. Athena Parthenos doyong ke samping. Kepalanya tersangkut untaian benang penyangga buatan Arachne, tapi fondasi marmer di bawah landasannya remuk-remuk. Rasa mual menyumbat dada Annabeth. Jika patung tersebut jatuh ke jurang, semua kerja kerasnya bakal sia-sia belaka. Misi mereka akan gagal. "Amankan!" sera Annabeth. Teman-temannya langsung paham. "Zhang!" teriak Leo, "antarkan aku ke kemudi, cepat! Pak Pelatih di atas sana sendirian." Frank bertransformasi jadi elang raksasa, kemudian mereka berdua membubung ke kapal. Jason merangkul Piper. Pemuda itu menoleh kepada Percy. "Sampai nanti." Dia memanggil angin dan melejit ke udara. "Lantai ini takkan bertahan!" Hazel memperingatkan. "Kita 4 sebaiknya buru-buru naik tangga." Gumpalan debu dan sarang laba-laba mengepul dari lubang-lubang di lantai. Kabel penyangga dari benang laba-laba bergetar seperti senar gitar mah abesar dan mulai putus. Hazel meloncat ke ujung tangg a tali dan memberi Nico isyarat agar mengikuti, tapi ko ndisi Nico tidak memungkinkannya berlari. Percy mengg enggam tangan Annabeth semakin erat. "Semuanya ba kal baik-baik saja," gumamnya. Saat mendongak, Anna beth melihat tambang-tambang ber-mata kait yang dilu ncurkan dari Argo II membelit patung. Salah satu menj erat leher Athena seperti laso. Leo meneriakkan perinta h dari kemudi sementara Jason dan Frank terbang secepat kilat dari tamb
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 3: The Mark Of Athena (Tanda Athena)