Cerita Misteri | The Son of Neptune (Putra Neptunus) | Serial The Heroes of Olympus | The Son of Neptune (Putra Neptunus) | Cersil Sakti | The Son of Neptune (Putra Neptunus) pdf
Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III
gerutkan kening. "Kita boleh menggunakan senjata sungguhan, kan?"
"iya." Frank mengamini. "Tentu saja. Aku cuma tidak pernah
melihat pedang seperti itu."
"Bagaimana kalau aku melukai seseorang?" "Kita sembuhkan mereka," kata Frank, "atau mencoba menyembuhkan mereka. Paramedis legiun lumayan jago memanfaatkan ambrosia, nektar, dan ramuan unicorn."
"Tak pernah ada yang meninggal," ujar Hazel, "ya, biasanya tidak. Dan andaikan begitu "
Frank menirukan suara Vitellius: "Mereka pecundang! Di zamanku dulu, kami mati terus-terusan, dan kami menyukainya!"
Hazel tertawa. "Dekat-dekatlah saja dengan kami, Percy. Kemungkinan, kita akan mendapat tugas paling tidak enak dan tereliminasi paling awal. Mereka akan melempar kita ke tembok terlebih dahutu untuk memperlemah pertahanan. Kemudian Kohort III dan IV akan berderap masuk dan meraih kejayaan, jika mereka memang bisa menembus benteng pertahanan."
Trompet bertiup. Dakota dan Gwen kembali sesudah urun rembuk perwira, kelihatan murung.
"Baiklah, begini rencananya!" Dakota menenggak seteguk
Kool-Aid dari wadah bekalnya. "Mereka akan melempar kita ke
tembok terlebih dahulu untuk memperlemah pertahanan."
Seisi kohort mengerang.
"Aku tahu, aku tahu," kata Gwen, "tapi mungkin kali ini 1
bakal beruntung!"
Gwen memang selalu optimis. Semua orang menyukainya
karena dia perhatian pada bawahannya dan senantiasa berusaha
membangkitkan semangat mereka. Gwen bahkan bisa mengontral Dakota saat gejala hiperaktivitasnya sedang kumat gara-gara
kebanyakan minum sirup. Namun, para pekemah tetap saja
menggerutu dan mengeluh. Tak seorang pun di Kohort V percaya
pada keberuntungan.
"Regu pertama dengan Dakota," kata Gwen, "kunci tameng
kalian dan maju dengan formasi kura-kura ke gerbang utamai
Cobalah untuk menjaga keutuhan. Pancing tembakan mereka. Rega
kedua " Gwen menoleh ke barisan Frank dengan ekspresi tidak
antusias. "Kahan bertujuh belas, dari Bobby sampai seterusnya
pegang si gajah dan tangga panjat. Coba serangan samping
tembok barat. Mungkin kita bisa menyebar distribusi pertahanan
mereka hingga menipis. Frank, Hazel, Percy ... terserah kalian
Tunjukkan taktik yang biasa pada Percy. Cobalah jaga dia agar
tetap hidup." Gwen menoleh kembali ke seisi kohort. "Kalau ada
yang sampai ke seberang tembok paling pertama, akan kupastikan
agar kalian mendapat Mahkota Mural. Kejayaan bagi Kohort V!"
Kohort bersorak setengah hati dan membubarkan barisan. Percy mengerutkan kening. "Terserah kalian?" "Iya." Hazel mendesah. "Kita dipercaya sekali." "Makota Mural itu apa?" tanya percy.
"Medali militer," kata Frank. Dia sudah dipaksa menghafal
semua penghargaan. "Kehormatan besar bagi prajurit pertama
yang berhasil menerobos benteng musuh. Coba perhatikan, tak
seorangpun di Kohort V mengenakan Mahkota Mural. Biasanya
tbahkan tidak sempat masuk ke benteng karena sudah keburu
atau tenggelam atau ...."
Frank terbata, dan memandang Percy. "Meriam air." -Apanya tanya Percy. -Meriam di atas tembok," kata Frank, "meriam-meriam itu
;isap air dari akuaduk. Ada sistem pompanya aku tidak
tahu cara kerjanya, tapi tekanannya besar sekali. Kalau kau bisa
mengontrol meriam-meriam itu, seperti kau mengontrol sungai "
'Frank!" ujar Hazel dengan wajah berbinar-binar. "Brilian
Percy kelihatannya tidak terlalu yakin. "Aku tidak tahu
bagaimana sampai aku bisa melakukan yang tadi itu di sungai.
tak yakin bisa mengontrol meriam dari jarak sejauh ini."
"Akan kita dekatkan kau." Frank menunjuk tembok timur
tempat yang tidak akan diserang Kohort V. "Di
sanalah pertahanannya paling lemah. Mereka takkan mungkin
menanggapi tiga orang anak secara serius. Menurutku, kita pasti
bisa mengendap-endap hingga lumayan dekat sebelum mereka
dapat melihat kita."
"Mengendap-endap bagaimana?" tanya Percy. Frank menoleh kepada Hazel. "Bisakah kau lakukan itu lagi?" Hazel meninju dada Frank. "Katamu kau takkan bilang siapa-
siapa!"
Serta-merta Frank menjadi tidak enak hati. Dia kelewat sibuk memikirkan ide itu sehingga
Hazel menggerutu. "Tidak apa-apa. Suda
http://cerita-silat.mywapblog.com
h telanjur. Percy, maksud Frank bekas parit. Lapangan Mars dipenuhi terowongan, berkat perang-perangan selama bertahun-tahun ini. Sebagian sudah runtuh, atau terkubur dalam-dalam, tapi banyak yang masih
bisa dilewati. Aku cukup lihai menemukan dan menggunakan
terowongan tersebut. Aku bahkan bisa meruntuhkan terowongan
jika perlu."
"Seperti yang kau lakukan saat menghadapi Gorgon," ujar
Percy, "untuk memperlambat mereka."
Frank mengangguk setuju. "Sudah kubilang Pluto itu keren
Dia adalah Dewa yang menguasai segalanya di bawah tanah. Hazel
bisa menemukan gua, terowongan, pintu jebakan "
"Dan itu adalah rahasia kita," gerutu Hazel.
Frank merasakan dirinya merona. "Iya, maaf. Tapi kalau
bisa mendekat "
"Dan kalau aku bisa mengutak-atik meriam air ...." Percy
mengangguk, sepertinya makin menyukai gagasan tersebut.
yang akan kita lakukan sesudah itu?"
Frank mengecek wadah panahnya. Dia selalu menyiapkan
panah khusus. Dia tidak pernah berkesempatan menggunakan
anak panah khusus sebelumnya, tapi mungkin malam ini
saatnya. Mungkin akhirnya dia bisa melakukan sesuatu yang sangat
bagus sehingga menarik perhatian Apollo.
"Sisanya terserah padaku," kata Frank, "ayo!"[]
BAB SEBELAS
FRANK
FRANK TIDAK PERNAH MERASA SEYAKIN ini sebelumnya.
dia menjadi gugup. Tak satu pun rencananya pernah berjalan lancar. Dia selalu sukses merusak, menghancurkan,
membakar, menduduki, atau menabrak sesuatu yang penting.
meski begitu, dia tahu strategi ini pasti berhasil.
Hazel tidak kesulitan menemukan terowongan untuk ,treka. Malahan, Frank curiga bahwa Hazel tidak menemukan
anrowongan secara kebetulan. Sepertinya, justru terowonganlah
yang terbentuk sesuai dengan kebutuhan Hazel. Lorong-lorong yang sudah tertimbun bertahun-tahun lalu mendadak terkeruk, berubah arah untuk mengantarkan Hazel ke tempat yang ingin dia
tuju. Mereka mengendap-endap diterangi cahaya dari pedang Percy yang berpendar, Riptide. Di atas, mereka mendengar ributnya pertempuran anak-anak yang berteriak, Hannibal si gajah menggerung kegirangan, katapel kalajengking hancur berkepingkeping, dan meriam air menembak. Terowongan berguncang.
Tanah menghujani mereka.
Frank menyelipkan tangan ke dalam baju tempur. Potongan
kayu masih utuh dan aman dalam saku jaketnya, meskipun
tembakan jitu dari katapel kalajengking mungkin saja membakar
tambatan hidupnya
Frank nakal, dia mengomeli dirinya sendiri. Bakar adalah
terlarang. Tidak boleh dipikirkan.
"Ada bukaan tepat di depan sana." Hazel mengumumk
"Kita akan keluar tiga meter dari tembok timur."
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Percy. "Aku tidak tahu," kata Hazel, "tapi aku yakin."
"Tidak bisakah kita menggali terowongan yang langsung
masuk ke bawah tembok?" Frank bertanya-tanya.
"Tidak," kata Hazel, "para insinyur pintar. Mereka membangun
tembok di atas fondasi lama yang bertopangkan lapisan batu. Dan
jangan tanya bagaimana sampai aku bisa tahu. Pokoknya aku tahu
Frank terantuk sesuatu dan menyumpah. Percy mendekatkan
pedangnya supaya lebih terang. Benda yang menyandung Frank
adalah perak yang berkilauan.
Frank berjongkok. "Jangan sentuh!" kata Hazel.
Tangan Frank berhenti beberapa sentimeter dari bongkahan logam itu. Bentuknya seperti permen cokelat raksasa, kira-kira
seukuran kepalannya.
"Besar sekali," ujar Frank, "perak?" "Platina." Hazel kedengarannya takut setengah mati. "Sebentar lagi juga hilang. Tolong jangan disentuh. Benda itu berbahaya."
Frank tidak mengerti bagaimana mungkin sebongkah logam bisa berbahaya, tapi ditanggapinya peringatan Hazel dengan serius. Selagi mereka memperhatikan, bongkahan platina itu terbenam ke dalam tanah.
Frank menatap Hazel. "Bagaimana kau bisa tahu?" Di bawah sorotan cahaya pedang Percy, Hazel kelihatan mirip
seperti Lar. "Akan kujelaskan nanti." Janjinya.
Ledakan lagi-lagi mengguncangkan terowongan, dan mereka
melangkah maj u.
Mereka keluar dari lubang persis di tempat yang diperkirakan
Di depan mereka, menjulanglah tembok timur benteng. Di
i mereka, Frank bisa melihat regu utama Kohort
http://cerita-silat.mywapblog.com
Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III
gerutkan kening. "Kita boleh menggunakan senjata sungguhan, kan?"
"iya." Frank mengamini. "Tentu saja. Aku cuma tidak pernah
melihat pedang seperti itu."
"Bagaimana kalau aku melukai seseorang?" "Kita sembuhkan mereka," kata Frank, "atau mencoba menyembuhkan mereka. Paramedis legiun lumayan jago memanfaatkan ambrosia, nektar, dan ramuan unicorn."
"Tak pernah ada yang meninggal," ujar Hazel, "ya, biasanya tidak. Dan andaikan begitu "
Frank menirukan suara Vitellius: "Mereka pecundang! Di zamanku dulu, kami mati terus-terusan, dan kami menyukainya!"
Hazel tertawa. "Dekat-dekatlah saja dengan kami, Percy. Kemungkinan, kita akan mendapat tugas paling tidak enak dan tereliminasi paling awal. Mereka akan melempar kita ke tembok terlebih dahutu untuk memperlemah pertahanan. Kemudian Kohort III dan IV akan berderap masuk dan meraih kejayaan, jika mereka memang bisa menembus benteng pertahanan."
Trompet bertiup. Dakota dan Gwen kembali sesudah urun rembuk perwira, kelihatan murung.
"Baiklah, begini rencananya!" Dakota menenggak seteguk
Kool-Aid dari wadah bekalnya. "Mereka akan melempar kita ke
tembok terlebih dahulu untuk memperlemah pertahanan."
Seisi kohort mengerang.
"Aku tahu, aku tahu," kata Gwen, "tapi mungkin kali ini 1
bakal beruntung!"
Gwen memang selalu optimis. Semua orang menyukainya
karena dia perhatian pada bawahannya dan senantiasa berusaha
membangkitkan semangat mereka. Gwen bahkan bisa mengontral Dakota saat gejala hiperaktivitasnya sedang kumat gara-gara
kebanyakan minum sirup. Namun, para pekemah tetap saja
menggerutu dan mengeluh. Tak seorang pun di Kohort V percaya
pada keberuntungan.
"Regu pertama dengan Dakota," kata Gwen, "kunci tameng
kalian dan maju dengan formasi kura-kura ke gerbang utamai
Cobalah untuk menjaga keutuhan. Pancing tembakan mereka. Rega
kedua " Gwen menoleh ke barisan Frank dengan ekspresi tidak
antusias. "Kahan bertujuh belas, dari Bobby sampai seterusnya
pegang si gajah dan tangga panjat. Coba serangan samping
tembok barat. Mungkin kita bisa menyebar distribusi pertahanan
mereka hingga menipis. Frank, Hazel, Percy ... terserah kalian
Tunjukkan taktik yang biasa pada Percy. Cobalah jaga dia agar
tetap hidup." Gwen menoleh kembali ke seisi kohort. "Kalau ada
yang sampai ke seberang tembok paling pertama, akan kupastikan
agar kalian mendapat Mahkota Mural. Kejayaan bagi Kohort V!"
Kohort bersorak setengah hati dan membubarkan barisan. Percy mengerutkan kening. "Terserah kalian?" "Iya." Hazel mendesah. "Kita dipercaya sekali." "Makota Mural itu apa?" tanya percy.
"Medali militer," kata Frank. Dia sudah dipaksa menghafal
semua penghargaan. "Kehormatan besar bagi prajurit pertama
yang berhasil menerobos benteng musuh. Coba perhatikan, tak
seorangpun di Kohort V mengenakan Mahkota Mural. Biasanya
tbahkan tidak sempat masuk ke benteng karena sudah keburu
atau tenggelam atau ...."
Frank terbata, dan memandang Percy. "Meriam air." -Apanya tanya Percy. -Meriam di atas tembok," kata Frank, "meriam-meriam itu
;isap air dari akuaduk. Ada sistem pompanya aku tidak
tahu cara kerjanya, tapi tekanannya besar sekali. Kalau kau bisa
mengontrol meriam-meriam itu, seperti kau mengontrol sungai "
'Frank!" ujar Hazel dengan wajah berbinar-binar. "Brilian
Percy kelihatannya tidak terlalu yakin. "Aku tidak tahu
bagaimana sampai aku bisa melakukan yang tadi itu di sungai.
tak yakin bisa mengontrol meriam dari jarak sejauh ini."
"Akan kita dekatkan kau." Frank menunjuk tembok timur
tempat yang tidak akan diserang Kohort V. "Di
sanalah pertahanannya paling lemah. Mereka takkan mungkin
menanggapi tiga orang anak secara serius. Menurutku, kita pasti
bisa mengendap-endap hingga lumayan dekat sebelum mereka
dapat melihat kita."
"Mengendap-endap bagaimana?" tanya Percy. Frank menoleh kepada Hazel. "Bisakah kau lakukan itu lagi?" Hazel meninju dada Frank. "Katamu kau takkan bilang siapa-
siapa!"
Serta-merta Frank menjadi tidak enak hati. Dia kelewat sibuk memikirkan ide itu sehingga
Hazel menggerutu. "Tidak apa-apa. Suda
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 2: The Son Of Neptune (Putra Neptunus)
h telanjur. Percy, maksud Frank bekas parit. Lapangan Mars dipenuhi terowongan, berkat perang-perangan selama bertahun-tahun ini. Sebagian sudah runtuh, atau terkubur dalam-dalam, tapi banyak yang masih
bisa dilewati. Aku cukup lihai menemukan dan menggunakan
terowongan tersebut. Aku bahkan bisa meruntuhkan terowongan
jika perlu."
"Seperti yang kau lakukan saat menghadapi Gorgon," ujar
Percy, "untuk memperlambat mereka."
Frank mengangguk setuju. "Sudah kubilang Pluto itu keren
Dia adalah Dewa yang menguasai segalanya di bawah tanah. Hazel
bisa menemukan gua, terowongan, pintu jebakan "
"Dan itu adalah rahasia kita," gerutu Hazel.
Frank merasakan dirinya merona. "Iya, maaf. Tapi kalau
bisa mendekat "
"Dan kalau aku bisa mengutak-atik meriam air ...." Percy
mengangguk, sepertinya makin menyukai gagasan tersebut.
yang akan kita lakukan sesudah itu?"
Frank mengecek wadah panahnya. Dia selalu menyiapkan
panah khusus. Dia tidak pernah berkesempatan menggunakan
anak panah khusus sebelumnya, tapi mungkin malam ini
saatnya. Mungkin akhirnya dia bisa melakukan sesuatu yang sangat
bagus sehingga menarik perhatian Apollo.
"Sisanya terserah padaku," kata Frank, "ayo!"[]
BAB SEBELAS
FRANK
FRANK TIDAK PERNAH MERASA SEYAKIN ini sebelumnya.
dia menjadi gugup. Tak satu pun rencananya pernah berjalan lancar. Dia selalu sukses merusak, menghancurkan,
membakar, menduduki, atau menabrak sesuatu yang penting.
meski begitu, dia tahu strategi ini pasti berhasil.
Hazel tidak kesulitan menemukan terowongan untuk ,treka. Malahan, Frank curiga bahwa Hazel tidak menemukan
anrowongan secara kebetulan. Sepertinya, justru terowonganlah
yang terbentuk sesuai dengan kebutuhan Hazel. Lorong-lorong yang sudah tertimbun bertahun-tahun lalu mendadak terkeruk, berubah arah untuk mengantarkan Hazel ke tempat yang ingin dia
tuju. Mereka mengendap-endap diterangi cahaya dari pedang Percy yang berpendar, Riptide. Di atas, mereka mendengar ributnya pertempuran anak-anak yang berteriak, Hannibal si gajah menggerung kegirangan, katapel kalajengking hancur berkepingkeping, dan meriam air menembak. Terowongan berguncang.
Tanah menghujani mereka.
Frank menyelipkan tangan ke dalam baju tempur. Potongan
kayu masih utuh dan aman dalam saku jaketnya, meskipun
tembakan jitu dari katapel kalajengking mungkin saja membakar
tambatan hidupnya
Frank nakal, dia mengomeli dirinya sendiri. Bakar adalah
terlarang. Tidak boleh dipikirkan.
"Ada bukaan tepat di depan sana." Hazel mengumumk
"Kita akan keluar tiga meter dari tembok timur."
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Percy. "Aku tidak tahu," kata Hazel, "tapi aku yakin."
"Tidak bisakah kita menggali terowongan yang langsung
masuk ke bawah tembok?" Frank bertanya-tanya.
"Tidak," kata Hazel, "para insinyur pintar. Mereka membangun
tembok di atas fondasi lama yang bertopangkan lapisan batu. Dan
jangan tanya bagaimana sampai aku bisa tahu. Pokoknya aku tahu
Frank terantuk sesuatu dan menyumpah. Percy mendekatkan
pedangnya supaya lebih terang. Benda yang menyandung Frank
adalah perak yang berkilauan.
Frank berjongkok. "Jangan sentuh!" kata Hazel.
Tangan Frank berhenti beberapa sentimeter dari bongkahan logam itu. Bentuknya seperti permen cokelat raksasa, kira-kira
seukuran kepalannya.
"Besar sekali," ujar Frank, "perak?" "Platina." Hazel kedengarannya takut setengah mati. "Sebentar lagi juga hilang. Tolong jangan disentuh. Benda itu berbahaya."
Frank tidak mengerti bagaimana mungkin sebongkah logam bisa berbahaya, tapi ditanggapinya peringatan Hazel dengan serius. Selagi mereka memperhatikan, bongkahan platina itu terbenam ke dalam tanah.
Frank menatap Hazel. "Bagaimana kau bisa tahu?" Di bawah sorotan cahaya pedang Percy, Hazel kelihatan mirip
seperti Lar. "Akan kujelaskan nanti." Janjinya.
Ledakan lagi-lagi mengguncangkan terowongan, dan mereka
melangkah maj u.
Mereka keluar dari lubang persis di tempat yang diperkirakan
Di depan mereka, menjulanglah tembok timur benteng. Di
i mereka, Frank bisa melihat regu utama Kohort
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 2: The Son Of Neptune (Putra Neptunus)