,Cerita Misteri | The Son of Neptune (Putra Neptunus) | Serial The Heroes of Olympus | The Son of Neptune (Putra Neptunus) | Cersil Sakti | The Son of Neptune (Putra Neptunus) pdf
Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap
V sedang maju
formasi kura-kura, tameng-tameng membentuk cangkang
kepala dan di sisi mereka. Mereka sedang berusaha mencapai
gerbang utama, tapi pasukan pertahanan di atas melempari mereka
batu dan peluru api dari katapel, menciptakan kawah hasil
dan di sekeliling kaki mereka. Sebuah meriam air menyala
bunyi BRUM menggemuruh, dan air yang menyembur
menghasilkan parit pada tanah tepat di depan kohort.
Percy bersiul. "Benar, tekanannya besar sekali." Kohort III dan IV bahkan belum maju. Mereka berdiri di
dan tertawa-tawa, menonton "sekutu" mereka dihajar.
pertahanan berkumpul pada tembok di atas gerbang,
meneriakkan hinaan kepada formasi kura-kura yang terhuyung-
maju-mundur. Simulasi perang telah turun derajat menjadi
inan "kalahkan Kohort V".
Frank jadi naik darah karena marah.
`Ay,, kita meriahkan suasana." Frank menggapai ke wadah
iya dan mengeluarkan anak panah yang lebih berat daripada
lain. Mata besinya berbentuk seperti moncong roket. Seutas
iemas teramat tipis terjulur dari ekornya. Menembakkan panah r secara akurat ke atas tembok bakal membutuhkan kekuatan
t keterampilan melebihi yang sanggup dikerahkan kebanyakan
lab, tapi lengan Frank kuat dan dia jago membidik.
Mungkin Apollo sedang menyaksikan, pikir Frank perharap.
"Itu buat apa?" tanya Percy. "Kait pencengkeram?"
"Namanya panah hydra," kata Frank, "bisakah kau utak-atik
meriam air itu?"
Seorang prajurit pertahanan muncul pada tembok di mereka. "Heir teriaknya kepada kawan-kawannya. "Lihat Ada korban lagi!"
"Percy," ujar Frank, "sekarang saat yang bagus."
Semakin banyak yang datang menyeberangi kubu pertahanan
untuk menertawakan mereka. Segelintir lari ke meriam air terdekat
dan mengayunkan popor meriam ke arah Frank.
Percy memejamkan mata. Diangkatnya tangannya.
Di atas tembok, seseorang berteriak, "Rasakan ini, Pecundang
DUAR!
Meriam meledak di tengah kilatan warna-warni biru, hijau
dan putih. Pasukan pertahanan menjerit-jerit saat gelombang kejut
air menggebrak mereka ke tembok. Anak-anak jatuh terjungkal
dari atas benteng, tapi ditangkap oleh elang raksasa dan dibawa ke
tempat aman. Kemudian seluruh tembok timur berguncang saat
ledakan merambat di sepanjang pipa. Satu demi satu, meriam
di atas kubu pertahanan meledak. Peluru api katapel kalajengking
kena banjur hingga padam. Prajurit pertahanan berhamburan karena kebingungan atau terlempar ke udara, menyibukkan para elang penyelamat. Di gerbang utama, Kohort V melupakan formasi mereka. Tercengang, mereka menurunkan tameng dan menonton kericuhan tersebut.
Frank menembakkan panah. Anak panah tersebut melesat ke atas sambil membawa talinya yang berkilauan. Ketika panah tersebut sampai di puncak, mata logamnya pecah menjadi selusin tali yang melecut dan melilit apa saja yang bisa mereka temukan
katapel kalajengking, meriam air rusak, dan dua pekemah
pasukan pertahanan, yang memekik dan mendapati diri
mereka digencet ke sisi tembok untuk dipakai sebagai jangkar. Dari
utama, terjulurlah pijakan tiap rentang enam puluh sentimeter,
sil menjadikannya tangga.
"Sava!" kata Frank. Percy menyeringai. "Kau duluan, Frank. Ini pestamu." Frank ragu-ragu. Lalu dia menyandangkan busur ke
penggungnya dan mulai memanjat. Pasukan pertahanan masih
,=:ngang, kesadaran mereka belum lagi pulih. Para penjaga di
iteng belum sempat meneriakkan peringatan kepada kawan-
mereka, tapi Frank sudah hampir sampai di atas.
Frank melirik pasukan utama Kohort V di belakangnya.
mereka menatapnya sambil melongo.
"Tunggu apa lagi?" teriak Frank. "Serang!" Gwen-lah yang pertama pulih kembali. Dia menyeringai
mengulangi perintah, tersebut. Sorak sorai berkumandang medan tempur. Hannibal si gajah membunyikan belalainya
in gembira, tapi Frank tidak sempat menonton. Dia buru-
memanjat sampai ke puncak tembok. Di sana, tiga prajurit
tahanan sedang berusaha mencacah-cacah tangga talinya.
Satu keuntungannya karena berbadan besar, ceroboh, dan
)akaian logam: Frank bagaikan bola Boling bersenjata lengkap.
melemparkan diri kepada par
http://cerita-silat.mywapblog.com
a prajurit pertahanan, dan
mereka pun terguling bagaikan pin boling. Frank cepat-cepat
berdiri. Dia menggila di atas tembok pertahanan, mengayunkan
im-nya ke sana-sini dan menjatuhkan prajurit pertahanan.
Sebagian menembakkan panah. Sebagian berusaha menikamkan pedang saat dia sedang lengah, tapi Frank merasa dirinya tak bisa
iiih. en tikan Kemudian Hazel muncul di sebelahnya, mengayun-
ayunkan pedang kavaleri berukuran besar seolah-olah dia memang
dilahirkan untuk bertempur.
Percy melompat naik ke tembok dan mengangkat Riptide. "Ini menyenangkan," ujar Percy.
Bersama-sama, mereka membersihkan tembok dari prajurit
pertahanan. Di bawah mereka, gerbang pun jebol. Hannibal
menerjang masuk ke benteng, panah dan batu mental tanpa dava
dari baju tempur Kevlar-nya.
Kohort V menyerbu masuk di belakang si gajah, dan pecahlah
pertarungan satu lawan satu.
Akhirnya, dari pinggir Lapangan Mars, terdengarlah pekik
perang. Kohort III dan IV lari untuk turut serta dalam pertempuran_
"Terlambat," gerutu Hazel. "Jangan biarkan mereka merebut panji-panji," kata Frank. "Betul." Percy sepakat. "Panji-panji itu milik kita."
Mereka tidak perlu bicara lebih lanjut lagi. Mereka bergerak
bagaikan satu tim, seolah-olah ketiganya sudah bertahun-tahun bekerja sama. Mereka bergegas menuruni tangga ke dalam benteng
dan masuk ke markas musuh. []
BAB DUA BELAS
FRANK
Frank, Percy, dan Hazel menerabas musuh, menjegal
apa pun yang menghalangi. Kohort I dan II kebanggaan
emahan Jupiter, pasukan perang berdisiplin tinggi nan licin
imbangan di bawah serangan tersebut, sekaligus dikalahkan
ketidakwaspadaan mereka sendiri karena tak biasa-biasanya
ada di pihak yang kalah. Sebagian masalah mereka bersumber dari Percy. Dia berkelahi
seperti kesetanan, menggempur barisan pertahanan dengan gaya
bertempur yang lain daripada yang lain, menebaskan alih-alih
enikamkan pedang layaknya yang biasa dilakukan seorang
petarung Romawi, menggetok para pekemah dengan permukaan bilahnya, dan secara umum menyebabkan kepanikan massal. Octavian menjerit-jerit dengan suara melengking mungkin memerintahkan Kohort I agar bertahan dengan gagah, mungkin sedang mencoba menyanyi sopran tapi Percy menghentikannya. Percy bersalto melampaui sebaris tameng dan menghantamkan
pangkal pedangnya ke helm Octavian. Sang Centurion kontan
melemas bagaikan boneka kaus kaki.
Frank menembakkan anak panah sampai wadah panahhnya
kosong, menggunakan misil bermata tumpul yang tak
membunuh, tapi meninggalkan memar-memar menyakittkan
Pilum Frank patah kena kepala seorang prajurit pertahanan, maka
dia pun dengan enggan menghunus gladius-nya.
Sementara itu, Hazel naik ke punggung Hannibal. Hazel
menyetir si gajah ke pusat benteng sambil menyeringai kepada
teman-temannya. "Ayo, Lamban!"
Demi dewa-dewi Olympus, dia cantik sekali, pikir Frank.
Mereka lari ke pusat markas besar. Menara utama praktis tidak
dijaga. Pasukan pertahanan jelas tak pernah mimpi bahwa regu
penyerang bisa sampai sejauh ini. Hannibal mendobrak pintu besar menara tersebut. Di dalam, pembawa panji-panji Kohort I dan II sedang duduk-duduk di balik meja sambil main kartu Mythomagic dan figurin. Bendera kohort disandarkan ke dinding sekenanya saja, tidak dijaga sama sekali.
Hazel dan Hannibal langsung masuk ke ruangan tersebut Para pembawa panji-panji jatuh terjengkang dari kursi mereka.
Hannibal menginjak meja, dan berhamburanlah keping- keping
permainan.
Pada saat anggota kohort yang lain menyusul mereka, Percy dan Frank sudah melucuti musuh, merebut panji-panji, dan memanj at ke punggung Hannibal bersama Hazel. Mereka berderap
keluar dari menara utama sambil membawa panji-panji musuh, sudah menang.
Kohort V membentuk barisan di sekeliling mereka. Bersamasama, mereka berarak-arakan ke luar benteng, melewati musuh yang terbengong-bengong dan pasukan sekutu yang sama herannya.
Reyna berputar-putar rendah di punggung pegasusnya. sudah dimenangi!" Dia kedengarannya sedang ber-
Gaya tidak tertawa. "Berkumpul untuk memberi pengI!"
pelan para pekema
http://cerita-silat.mywapblog.com
Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap
V sedang maju
formasi kura-kura, tameng-tameng membentuk cangkang
kepala dan di sisi mereka. Mereka sedang berusaha mencapai
gerbang utama, tapi pasukan pertahanan di atas melempari mereka
batu dan peluru api dari katapel, menciptakan kawah hasil
dan di sekeliling kaki mereka. Sebuah meriam air menyala
bunyi BRUM menggemuruh, dan air yang menyembur
menghasilkan parit pada tanah tepat di depan kohort.
Percy bersiul. "Benar, tekanannya besar sekali." Kohort III dan IV bahkan belum maju. Mereka berdiri di
dan tertawa-tawa, menonton "sekutu" mereka dihajar.
pertahanan berkumpul pada tembok di atas gerbang,
meneriakkan hinaan kepada formasi kura-kura yang terhuyung-
maju-mundur. Simulasi perang telah turun derajat menjadi
inan "kalahkan Kohort V".
Frank jadi naik darah karena marah.
`Ay,, kita meriahkan suasana." Frank menggapai ke wadah
iya dan mengeluarkan anak panah yang lebih berat daripada
lain. Mata besinya berbentuk seperti moncong roket. Seutas
iemas teramat tipis terjulur dari ekornya. Menembakkan panah r secara akurat ke atas tembok bakal membutuhkan kekuatan
t keterampilan melebihi yang sanggup dikerahkan kebanyakan
lab, tapi lengan Frank kuat dan dia jago membidik.
Mungkin Apollo sedang menyaksikan, pikir Frank perharap.
"Itu buat apa?" tanya Percy. "Kait pencengkeram?"
"Namanya panah hydra," kata Frank, "bisakah kau utak-atik
meriam air itu?"
Seorang prajurit pertahanan muncul pada tembok di mereka. "Heir teriaknya kepada kawan-kawannya. "Lihat Ada korban lagi!"
"Percy," ujar Frank, "sekarang saat yang bagus."
Semakin banyak yang datang menyeberangi kubu pertahanan
untuk menertawakan mereka. Segelintir lari ke meriam air terdekat
dan mengayunkan popor meriam ke arah Frank.
Percy memejamkan mata. Diangkatnya tangannya.
Di atas tembok, seseorang berteriak, "Rasakan ini, Pecundang
DUAR!
Meriam meledak di tengah kilatan warna-warni biru, hijau
dan putih. Pasukan pertahanan menjerit-jerit saat gelombang kejut
air menggebrak mereka ke tembok. Anak-anak jatuh terjungkal
dari atas benteng, tapi ditangkap oleh elang raksasa dan dibawa ke
tempat aman. Kemudian seluruh tembok timur berguncang saat
ledakan merambat di sepanjang pipa. Satu demi satu, meriam
di atas kubu pertahanan meledak. Peluru api katapel kalajengking
kena banjur hingga padam. Prajurit pertahanan berhamburan karena kebingungan atau terlempar ke udara, menyibukkan para elang penyelamat. Di gerbang utama, Kohort V melupakan formasi mereka. Tercengang, mereka menurunkan tameng dan menonton kericuhan tersebut.
Frank menembakkan panah. Anak panah tersebut melesat ke atas sambil membawa talinya yang berkilauan. Ketika panah tersebut sampai di puncak, mata logamnya pecah menjadi selusin tali yang melecut dan melilit apa saja yang bisa mereka temukan
katapel kalajengking, meriam air rusak, dan dua pekemah
pasukan pertahanan, yang memekik dan mendapati diri
mereka digencet ke sisi tembok untuk dipakai sebagai jangkar. Dari
utama, terjulurlah pijakan tiap rentang enam puluh sentimeter,
sil menjadikannya tangga.
"Sava!" kata Frank. Percy menyeringai. "Kau duluan, Frank. Ini pestamu." Frank ragu-ragu. Lalu dia menyandangkan busur ke
penggungnya dan mulai memanjat. Pasukan pertahanan masih
,=:ngang, kesadaran mereka belum lagi pulih. Para penjaga di
iteng belum sempat meneriakkan peringatan kepada kawan-
mereka, tapi Frank sudah hampir sampai di atas.
Frank melirik pasukan utama Kohort V di belakangnya.
mereka menatapnya sambil melongo.
"Tunggu apa lagi?" teriak Frank. "Serang!" Gwen-lah yang pertama pulih kembali. Dia menyeringai
mengulangi perintah, tersebut. Sorak sorai berkumandang medan tempur. Hannibal si gajah membunyikan belalainya
in gembira, tapi Frank tidak sempat menonton. Dia buru-
memanjat sampai ke puncak tembok. Di sana, tiga prajurit
tahanan sedang berusaha mencacah-cacah tangga talinya.
Satu keuntungannya karena berbadan besar, ceroboh, dan
)akaian logam: Frank bagaikan bola Boling bersenjata lengkap.
melemparkan diri kepada par
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 2: The Son Of Neptune (Putra Neptunus)
a prajurit pertahanan, dan
mereka pun terguling bagaikan pin boling. Frank cepat-cepat
berdiri. Dia menggila di atas tembok pertahanan, mengayunkan
im-nya ke sana-sini dan menjatuhkan prajurit pertahanan.
Sebagian menembakkan panah. Sebagian berusaha menikamkan pedang saat dia sedang lengah, tapi Frank merasa dirinya tak bisa
iiih. en tikan Kemudian Hazel muncul di sebelahnya, mengayun-
ayunkan pedang kavaleri berukuran besar seolah-olah dia memang
dilahirkan untuk bertempur.
Percy melompat naik ke tembok dan mengangkat Riptide. "Ini menyenangkan," ujar Percy.
Bersama-sama, mereka membersihkan tembok dari prajurit
pertahanan. Di bawah mereka, gerbang pun jebol. Hannibal
menerjang masuk ke benteng, panah dan batu mental tanpa dava
dari baju tempur Kevlar-nya.
Kohort V menyerbu masuk di belakang si gajah, dan pecahlah
pertarungan satu lawan satu.
Akhirnya, dari pinggir Lapangan Mars, terdengarlah pekik
perang. Kohort III dan IV lari untuk turut serta dalam pertempuran_
"Terlambat," gerutu Hazel. "Jangan biarkan mereka merebut panji-panji," kata Frank. "Betul." Percy sepakat. "Panji-panji itu milik kita."
Mereka tidak perlu bicara lebih lanjut lagi. Mereka bergerak
bagaikan satu tim, seolah-olah ketiganya sudah bertahun-tahun bekerja sama. Mereka bergegas menuruni tangga ke dalam benteng
dan masuk ke markas musuh. []
BAB DUA BELAS
FRANK
Frank, Percy, dan Hazel menerabas musuh, menjegal
apa pun yang menghalangi. Kohort I dan II kebanggaan
emahan Jupiter, pasukan perang berdisiplin tinggi nan licin
imbangan di bawah serangan tersebut, sekaligus dikalahkan
ketidakwaspadaan mereka sendiri karena tak biasa-biasanya
ada di pihak yang kalah. Sebagian masalah mereka bersumber dari Percy. Dia berkelahi
seperti kesetanan, menggempur barisan pertahanan dengan gaya
bertempur yang lain daripada yang lain, menebaskan alih-alih
enikamkan pedang layaknya yang biasa dilakukan seorang
petarung Romawi, menggetok para pekemah dengan permukaan bilahnya, dan secara umum menyebabkan kepanikan massal. Octavian menjerit-jerit dengan suara melengking mungkin memerintahkan Kohort I agar bertahan dengan gagah, mungkin sedang mencoba menyanyi sopran tapi Percy menghentikannya. Percy bersalto melampaui sebaris tameng dan menghantamkan
pangkal pedangnya ke helm Octavian. Sang Centurion kontan
melemas bagaikan boneka kaus kaki.
Frank menembakkan anak panah sampai wadah panahhnya
kosong, menggunakan misil bermata tumpul yang tak
membunuh, tapi meninggalkan memar-memar menyakittkan
Pilum Frank patah kena kepala seorang prajurit pertahanan, maka
dia pun dengan enggan menghunus gladius-nya.
Sementara itu, Hazel naik ke punggung Hannibal. Hazel
menyetir si gajah ke pusat benteng sambil menyeringai kepada
teman-temannya. "Ayo, Lamban!"
Demi dewa-dewi Olympus, dia cantik sekali, pikir Frank.
Mereka lari ke pusat markas besar. Menara utama praktis tidak
dijaga. Pasukan pertahanan jelas tak pernah mimpi bahwa regu
penyerang bisa sampai sejauh ini. Hannibal mendobrak pintu besar menara tersebut. Di dalam, pembawa panji-panji Kohort I dan II sedang duduk-duduk di balik meja sambil main kartu Mythomagic dan figurin. Bendera kohort disandarkan ke dinding sekenanya saja, tidak dijaga sama sekali.
Hazel dan Hannibal langsung masuk ke ruangan tersebut Para pembawa panji-panji jatuh terjengkang dari kursi mereka.
Hannibal menginjak meja, dan berhamburanlah keping- keping
permainan.
Pada saat anggota kohort yang lain menyusul mereka, Percy dan Frank sudah melucuti musuh, merebut panji-panji, dan memanj at ke punggung Hannibal bersama Hazel. Mereka berderap
keluar dari menara utama sambil membawa panji-panji musuh, sudah menang.
Kohort V membentuk barisan di sekeliling mereka. Bersamasama, mereka berarak-arakan ke luar benteng, melewati musuh yang terbengong-bengong dan pasukan sekutu yang sama herannya.
Reyna berputar-putar rendah di punggung pegasusnya. sudah dimenangi!" Dia kedengarannya sedang ber-
Gaya tidak tertawa. "Berkumpul untuk memberi pengI!"
pelan para pekema
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 2: The Son Of Neptune (Putra Neptunus)