Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

The Son of Neptune (Putra Neptunus) - 27

$
0
0
Cerita Misteri | The Son of Neptune (Putra Neptunus) | Serial The Heroes of Olympus | The Son of Neptune (Putra Neptunus) | Cersil Sakti | The Son of Neptune (Putra Neptunus) pdf

Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III

h berhimpun kembali di Lapangan
  Frank melihat banyak cedera ringan luka bakar, patah
  lingkaran hitam di seputar mata, luka iris dan robek, juga
  tatanan rambut sangat menarik karena terbakar atau kena
  meriam air tapi tak ada yang tidak bisa diobati.
  Frank meluncur turun dari gajah. Rekan-rekannya mengeiuninya, menepuk punggungnya dan memujinya. Frank
  bertanya apakah dia bermimpi. Ini adalah malam terbaik
  hidupnya sampai dia melihat Gwen.
  `Tolong!" Seseorang berteriak. Dua pekemah bergegas keluar
  dari benteng sambil menggendong seorang perempuan di usungan.
  mereka menurunkannya, dan anak-anak lain mulai lari mendekat.
  darii jauh sekalipun, Frank bisa tahu bahwa perempuan itu adalah
  gwen. Kondisinya payah. Gwen berbaring menyamping di
  lgan, pilum mencuat dari baju tempurnya seolah-olah dia
  sedang memegangi tombak itu di antara dada dan tangannya, tapi
  darahnya terlalu banyak.
  Frank menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. "Tidak,
  tidak, tidak gumamnya sambil lari ke sisi Gwen.
  Paramedis membentaki semua orang supaya mundur dan .rnberi Gwen udara. Seisi legiun membisu sementara para
  penyembuh bekerja berusaha menaburkan bubuk tanduk
  unicorn dan membalutkan perban di bawah baju tempur Gwen untuk menghentikan pendarahan, berusaha menyuapkan nektar dengan paksa ke dalam mulutnya. Gwen tidak bergerak. Wajahnya pucat pasi.
 
  Akhirnya salah seorang paramedis mendongak untuk menatap
  Reyna dan menggelengkan kepala.
  Selama sesaat, tidak ada suara apa pun kecuali bunyi
  yang mengucur dari meriam rusak ke tembok benteng. Hannibal
  mengelus rambut Gwen dengan belalainya.
  Reyna mengamat-amati para pekemah dari pegasusny
  Ekspresinya sekaku dan sekelam besi. "Akan ada penyelidikan
  Siapa pun yang melakukan ini, kalian menyebabkan legiu
  kehilangan seorang perwira yang baik. Kematian yang terhormat
  memang pantas dipuji. Tapi ini .."
  Frank tidak yakin apa maksud Reyna. Kemudian
  menyadari bahwa pada gagang kayu pilum terukir tulisan
  CHS I LEGIO XII F. Senjata itu milik Kohort I, dan mata tombak
  tersebut mencuat dari depan baju tempur Gwen. Gwen telah
  ditombak dari belakang kemungkinan setelah permainan usai
  Frank menelaah kerumunan orang untuk mencari Octavian
  Sang Centurion sedang menonton, ekspresinya tertarik alih-a
  khawatir, seakan-akan dia sedang mengamat-amati boneka beruang
  yang jeroannya baru saja dia keluarkan. Dia tidak membawapi/u
  Telinga Frank menjadi panas. Dia ingin mencekik Octavian
  dengan tangan kosong, tapi tepat saat itu, Gwen menarik napas
  Semua orang melangkah mundur. Gwen membuka mauta
  Rona kembali ke wajahnya.
  "A-ada apa?" Gwen berkedip. "Kenapa semua orang melongo?"
  Dia sepertinya tidak menyadari keberadaan seruit sepanjang satu
  meter yang mencuat dari dadanya.
  Di belakang Frank, seorang paramedis berbisik, "Tidak
  mungkin. Dia sudah mati. Dia seharusnya sudah mati."
  Gwen mencoba duduk tegak, tapi tidak bisa. Ada sungai, dan seorang pria meminta koin? Aku berbalik dan terbukalah kamu keluar. Jadi, aku aku pergi saja. Aku tidak mengerti. Apa yang terjadi?"
  Semua orang menatap Gwen dengan ngeri. Tak seorang pun
  berusaha menolong.
  "Gwen." Frank berlutut di sebelah Gwen. "Jangan mencoba duduk tegak dulu. Pejamkan saja matamu sebentar, ya?"
  "Kenap a? Apa " "Percaya saja padaku." Gwen melakukan yang diminta. Frank mencengkeram gagang pilum di bawah mata tombak,
  tapi tangannya gemetaran. Kayu tersebut licin. "Percy, Hazel bantu aku."
  Salah seorang paramedis menyadari apa yang sedang Frank
  rencanakan. "Jangan!" katanya. "Bisa-bisa kau "
  "Apa?" bentak Hazel. "Memperparah kondisinya?"
  Frank menarik napas dalam-dalam. "Pegangi dia. Satu, dua, agar
  Ditariknya pilum dari depan. Gwen bahkan tidak berjengit.
  Darah dengan cepat berhenti mengalir.
  Hazel membungkuk untuk memeriksa luka Gwen. "Lukanya menutup sendiri," ujar Hazel, "aku tidak tahu bagaimana bisa
  begitu, tapi "
  "Aku merasa sehat-sehat saja," protes Gwen, "kenapa semua
  orang khawatir sekali sih?"
  Sambil dibantu Frank dan Percy, Gwen berdiri. Frank me
  http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 2: The Son Of Neptune (Putra Neptunus)

  melototi Octavian, tapi wajah si Centurion semata-mata menampilkan kecemasan yang sopan.
  Nanti, pikir Frank. Hadapi dia nanti saja. "Gwen," ujar Hazel lembut, "tidak mudah mengatakan ini.
  tapi tadi kau sudah meninggal. Entah bagaimana, kau hidup
  kembali."
 
  "Aku apa?" Gwen menabrak Frank, kehilangan keseimbangan
  bangan. Tangan Gwen menekan lubang bergerigi di baju
  tempurnya. "Bagaimana bagaimana?"
  "Pertanyaan bagus." Reyna menoleh kepada Nico, yang sedang
  menyaksikan dengan raut muka suram dari tepi kerumunan orang.
  "Apakah ini berkat kekuatan Pluto?"
  Nico menggelengkan kepala. "Pluto tidak pernah membiarkan
  orang mati hidup kembali."
  Nico melirik Hazel seolah-olah memperingatkannya
  tutup mulut. Frank bertanya-tanya apa maksud Nico, tapi tidak punya waktu untuk berpikir soal itu.
  Suara menggemuruh berkumandang di padang: Ma
  kehilangan pegangan. Ini baru permulaan.
  Para pekemah menghunus senjata. Hannibal membunyikan
  belalainya dengan gugup. Scipio mendompak, hampir saja menjatuhkan Reyna.
  "Aku kenal suara itu," ujar Percy. Dia kedengarannya tidak
  senang.
  Di tengah-tengah legiun, pusaran api yang menggelegak
  tiba-tiba menjulang ke udara. Hawa panas menggosongkan bulu
  mata Frank. Pakaian para pekemah yang mulanya basah kuyup
  kena semburan meriam serta-merta menjadi kering karena air
  menguap. Semua orang buru-buru mundur saat seorang prajurit
  Raksasa melangkah keluar dari ledakan api tersebut.
  Frank tidak punya banyak rambut, tapi semua helai rambut
  yang dia miliki kontan berdiri: Prajurit itu tingginya tiga meteer mengenakan seragam kamuflase gurun Tentara Kanada. Dia memancarkan kepercayaan diri dan kekua tan. Rambut hitammn dipotong cepak seperti rambut Fr ank. Wajahnya menyiku dan tampak brutal, berbekas t orehan pisau di sana-sini. Matanya
  ditutupi goggle inframerah yang berpendar dari dalam.
 
  ddia mengenakan sabuk perkakas yang memuat pistol, pisau, dan beberapa butir granat. Di tangannya ada senapan M16 yang kebesaran.
  Parahnya, Frank justru merasa tertarik pada pria tersebut. Sementara yang lain melangkah mundur, Frank malah maju. Dia menyadari bahwa prajurit itu mengajaknya maju tanpa berkatakata.
  Frank setengah mati ingin kabur dan sembunyi, tapi dia tidak
  bisa. Dia maju tiga langkah lagi. Kemudian dia merosot, bertumpu pada satu lutut.
  Para pekemah lain mengikuti teladannya dan berlutut. Bahkan
  Rena juga turun.
  "Begitu baru bagus," kata sang prajurit, "berlutut itu bagus. Sudah lama sejak aku terakhir kali mengunjungi Perkemahan
  Jupiter."
  Frank menyadari bahwa ada satu orang yang tidak berlutut. Percy Jackson, pedangnya masih di tangan, sedang memelototi prajurit itu.
  "Kau Ares," kata Percy, "apa yang kau inginkan?" Dua ratus pekemah dan seekor gajah terkesiap secara serempak.
  Frank ingin mengucapkan sesuatu supaya Dewa itu memaklumi
  sikap Percy dan tidak marah, tapi dia tidak tahu harus berkata apa.
  Dia takut kalau-kalau si Dewa perang bakal menembaki temannya
  dengan kegedean itu.
  Namun, sang Dewa justru memamerkan gigi putihnya yang
  cemerlang.
  'Kau punya nyali, Demigod," katanya, "Ares adalah wujud Yunaniku."
  Tapi bagi para pengikut yang ini, bagi anak-anak
  romawi, aku adalah Mars pelindung kekaisaran, bapak dewata
  Romulus dan Remus."
  "Kita pernah bertemu," kata Percy, "kita ... kita bertarung ...."
 
  Sang Dewa menggaruk-garuk dagunya, seolah sedang
  mencoba mengingat-ingat. "Aku bertarung dengan banyak orang
  Tapi kuyakinkan kau kau tidak pernah bertarung denganku
  dalam wujud Mars. Kalau pernah, kau pasti sudah mati. Na
  sekarang berlututlah, layaknya seorang anak Romawi, sebelum
  kau membuatku kehilangan kesabaran."
  Di seputar kaki Mars, lingkaran api menggelegak di tanah.
  "Percy," kata Frank, "kumohon." Percy kentara sekali tidak menyukainya, tapi dia berlutut.
  Mars menelaah khayalak ramai. "Bangsa Romawi, pasang
  telinga kalian!" Dia tertawa terbahak-bahak dengan riang, tawa
  yang menular sampai-sampai hampir membuat Frank tertawa.
  meskipun dia masih bergidik ketakutan. "Aku ingin mengatakan
  it
  http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 2: The Son Of Neptune (Putra Neptunus)

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>