Cerita Misteri | The Son of Neptune (Putra Neptunus) | Serial The Heroes of Olympus | The Son of Neptune (Putra Neptunus) | Cersil Sakti | The Son of Neptune (Putra Neptunus) pdf
Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III
pelengkung bata terdekat. Tumpahlah air terjun dari saluran yang bocor.
"Ayo, Putra Neptunus!" pancing Polybotes. "Biar kulihat kekuatanmu! Apakah air bersedia menuruti perintahmu? Apakah air mampu menyembuhkanmu? Tak jadi soal, sebab aku dilahirkan untuk melawan Neptunus."
Sang Raksasa menghunjamkan tangan ke bawah air. Saat aliran air melewati jemari Polybotes, air pun berubah warna menjadi hijau gelap. Dia menyemprotkan air kepada Percy, yang secara instingtif menangkis semburan air dengan tekadnya.
Cairan tersebut terpercik ke tanah di depan Percy. Disertai desis mengerikan, rumput pun layu dan berasap.
"Sentuhanku mengubah air menjadi racun," kata Polybotes, "mari kita lihat bagaimana pengaruhnya pada darahmu!"
Polybotes melemparkan jaring kepada Percy, tapi Percy berguling untuk menghindar. Diubahnya arah aliran air terjun sehingga menghantam wajah sang Raksasa. Selagi Polybotes tidak bisa melihat, Percy menyerang. Dihunjamkannya Riptide ke perut sang Raksasa. Kemudian Percy cepat-cepat menarik pedang itu dan bersalto menjauhi sang Raksasa yang meraung kesakitan.
Tikaman tersebut pasti sudah membuyarkan monster yang kurang tangguh, tapi Polybotes hanya sempoyongan dan menunduk untuk memandang ichor keemasan darah kaum abadi yang mengucur dari lukanya. Luka tersebut sudah mulai tertutup.
"Usaha yang bagus, Demigod," geram Polybotes, "tapi aku tetap akan mematahkanmu."
"Kau harus menangkapku dulu," kata Percy. Percy membalikkan badan dan melesat ke kota. "Apa?" teriak sang Raksasa tak percaya. "Lari, Pengecut? Diam dan matilah!"
Percy tak berniat melakukan itu. Percy tahu dia tak bisa membunuh Polybotes sendirian. Namun, dia punya rencana.
Dia melewati Nyonya O'Leary, yang mendongak dengan raut penasaran sambil menjepit Gorgon yang meronta-ronta di mulutnya.
"Aku baik-baik saja!" teriak Percy sambil lari, diikuti oleh Raksasa yang menjerit-jerit, mengancam akan membunuhnya.
Percy melompati katapel kalajengking yang terbakar dan menunduk saat Hannibal melemparkan seorang Cyclops yang melayang di atasnya. Dari ekor matanya, Percy melihat Tyson
menggebuki Anak Bumi ke tanah seperti sedang memalu. Ella mengepakkan sayap di atas Tyson sambil menghindari misil dan meneriakkan saran, "Selangkangan. Selangkangan Anak Bumi peka."
B RUK! "Bagus. Ya. Tyson menemukan selangkangannya." "Percy. butuh bantuan?" seru Tyson. "Aku bisa sendiri kok!" "Mati kau!" teriak Polybotes, kian lama kian dekat. Percy terus berlari.
Di kejauhan, Percy melihat Hazel dan Anion berderap ke sana-sini di medan tempur, menebas Centaurus dan karpoi. Salah satu roh biji-bijian berteriak, "Gandum! Akan kuberi kau gandum!" Tapi Anion menjejaknya sehingga menjadi gundukan sereal sarapan. Ratu Hylla dan Reyna menggabungkan kekuatan, forklift- dan pegasus melaju bersama-sama, membubarkan siluman pendekar. Frank mengubah dirinya menjadi gajah dan menginjakinjak sejumlah Cyclops, sedangkan Dakota memegangi elang emas tinggi-tinggi, menyambar monster yang berani-berani menantang Kohort V dengan kilat.
Semua itu memang hebat, tapi Percy membutuhkan bantuan jenis lain. Dia membutuhkan Dewa.
Percy melirik ke belakang dan melihat bahwa jangkauan sang Raksasa sudah hampir mengenai dirinya. Untuk mengulur-ulur waktu, Percy menunduk ke bawah salah satu pilar Akuaduk. Sang Raksasa mengayunkan trisulanya. Ketika pilar tersebut ambruk, Percy menggunakan air yang tumpah untuk memandu jatuhnya puing-puing menimpakan beberapa ton bata ke kepala sang Raksasa.
Percy berpacu ke batas kota. "Terminus!" teriaknya.
Percy membutuhkan bantuan
Patung dewa terdekat berjarak kira-kira delapan belas meter di depan. Mata batunya mendadak terbuka saat Percy lari menghampirinya.
"Tidak bisa diterima!" keluh Terminus. "Bangunan terbakar! Penyusup! Keluarkan mereka dari sini, Percy Jackson!"
"Sedang kucoba," kata Percy, "tapi ada Raksasa, Polybotes." "Ya, aku tahu! Tunggu Permisi sebentar." Terminus memejamkan mata sambil berkonsentrasi. Bola meriam hijau yang membara meluncur di atas dan tiba-tiba menguap. "Aku tidak bisa menghentikan semua misil
http://cerita-silat.mywapblog.com
," keluh Terminus, "kenapa mereka tak bisa bersikap layaknya bangsa beradab dan menyerang lebih lambat? Aku ini cuma seorang Dewa."
"Bantu aku membunuh si Raksasa," kata Percy, "dan semua ini akan berakhir. Kerja sama antara Dewa dan Demigod itulah satu-satunya cara untuk membunuhnya."
Terminus mendengus. "Aku menjaga perbatasan. Aku tidak mau membunuh Raksasa. Itu tidak termasuk tugasku."
"Terminus, ayolah!" Percy melangkah maju lagi, dan sang Dewa pun memekik sebal.
"Berhenti di sana, Anak Muda! Tidak boleh bawa senjata ke dalam Garis Pomerian!"
"Tapi kita sedang diserang!" "Aku tidak peduli! Aturan ya aturan. Ketika orang-orang tidak mematuhi aturan, aku bisa marah besar."
Percy tersenyum. "Pertahankan amarahmu itu." Dia lari kembali ke arah sang Raksasa. "Hei, Jelek!" "Grao!" Polybotes keluar dari reruntuhan Akuaduk. Air masih bercucuran dari sekujur tubuhnya, berubah menjadi racun dan menciptakan rawa berasap di sekeliling kakinya.
"Kau ... kau akan mati pelan-pelan." Sang Raksasa berjanji. Dia memungut trisulanya, yang kini meneteskan bisa hijau.
Di sekeliling mereka, pertempuran sudah mereda. Sementara monster-monster terakhir dibasmi habis, teman-teman Percy mulai berkumpul, membentuk lingkaran di sekitar sang Raksasa.
"Akan kubawa kau sebagai tawanan, Percy Jackson," geram Polybotes, "akan kusiksa kau di bawah laut. Tiap hari air akan menyembuhkanmu, dan tiap hari akan kubawa kau semakin dekat ke kematian."
"Tawaran bagus," ujar Percy, "tapi mending kubunuh saja kau."
Polybotes meraung murka. Dia menggelengkan kepala, dan Basilisk lagi-lagi beterbangan dari rambutnya.
"Mundur!" Frank memperingatkan. Para pendekar menjadi ricuh. Hazel melajukan Anion dan memosisikan dirinya di antara Basilisk dan para pekemah. Frank berubah wujud menciut menjadi hewan yang ramping dan berbulu seekor musang? Percy kira Frank sudah hilang akal, tapi ketika Frank menyerang para Basilisk, mereka kontan panik. Mereka melata menjauh, dikejar oleh Frank.
Polybotes menunjuk trisulanya dan lari ke arah Percy. Saat sang Raksasa mencapai Garis Pomerian, Percy melompat ke samping seperti matador. Polybotes menerjang masuk, melewati batas kota.
"CUKUP SUDAH!" pekik Terminus. "Itu MELANGGAR PERATURAN!"
Polybotes mengerutkan kening, kentara sekali kebingungan karena dibentak-bentak patung. "Kau ini apa?" geramnya. "Tutup mulut!"
Dia menjungkalkan patung dan membalikkan badan untuk menghadap Percy.
"Sekarang aku MARAH!" jerit Terminus. "Biar kucekik kau. Terasa, tidak? Itu tanganku yang mencekik lehermu, dasar tukang gencet. Ayo, sini! Biar kusundul kau keras-keras "
"Cukup!" Sang Raksasa menginjak patung dan mematahkan Teminus menjadi tiga landasan, badan, dan kepala.
"BERANI-BERANINYA KAU!" teriak Terminus. "Percy Jackson, kuterima tawaranmu! Ayo, kita bunuh makhluk kurang ajar ini."
Sang Raksasa tertawa amat nyaring sampai-sampai dia tidak menyadari serbuan Percy hingga sudah terlambat. Percy melompat, bersalto dari lutut sang Raksasa, dan menghunjamkan Riptide ke salah 'satu celah logam di tameng dada Polybotes, menusukkan Riptide ke dada sang Raksasa hingga gagangnya terbenam. Sang Raksasa terhuyung-huyung ke belakang, tersandung landasan Terminus dan jatuh berdebum ke tanah.
Selagi dia berusaha bangun sambil mencakar-cakar pedang di dadanya, Percy mengambil kepala patung.
"Kau takkan bisa menang!" raung sang Raksasa. "Kau tidak bisa mengalahkanku sendirian."
"Aku tidak sendirian." Percy mengangkat kepala patung ke atas wajah sang Raksasa. "Perkenalkan, ini temanku Terminus. Dia Dewa!"
Terlambat sudah. Kesadaran dan rasa takut merekah di wajah sang Raksasa. Percy menghantamkan kepala Dewa sekeras mungkin ke hidung Polybotes, dan sang Raksasa pun terbuyarkan, menyisakan gundukan rumput laut, kulit reptil, dan Lumpur beracun yang mengepulkan asap.
Percy menjauh sambil sempoyongan, kehabisan tenaga. "Ha!" kata kepala Terminus, "rasakan! Biar dia belajar mematuhi aturan Romawi."
Sesaat medan tempur menjadi hening. Hanya terdengar bunyi kobaran api, dan suara segelintir monster yang mundur dala
http://cerita-silat.mywapblog.com
Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III
pelengkung bata terdekat. Tumpahlah air terjun dari saluran yang bocor.
"Ayo, Putra Neptunus!" pancing Polybotes. "Biar kulihat kekuatanmu! Apakah air bersedia menuruti perintahmu? Apakah air mampu menyembuhkanmu? Tak jadi soal, sebab aku dilahirkan untuk melawan Neptunus."
Sang Raksasa menghunjamkan tangan ke bawah air. Saat aliran air melewati jemari Polybotes, air pun berubah warna menjadi hijau gelap. Dia menyemprotkan air kepada Percy, yang secara instingtif menangkis semburan air dengan tekadnya.
Cairan tersebut terpercik ke tanah di depan Percy. Disertai desis mengerikan, rumput pun layu dan berasap.
"Sentuhanku mengubah air menjadi racun," kata Polybotes, "mari kita lihat bagaimana pengaruhnya pada darahmu!"
Polybotes melemparkan jaring kepada Percy, tapi Percy berguling untuk menghindar. Diubahnya arah aliran air terjun sehingga menghantam wajah sang Raksasa. Selagi Polybotes tidak bisa melihat, Percy menyerang. Dihunjamkannya Riptide ke perut sang Raksasa. Kemudian Percy cepat-cepat menarik pedang itu dan bersalto menjauhi sang Raksasa yang meraung kesakitan.
Tikaman tersebut pasti sudah membuyarkan monster yang kurang tangguh, tapi Polybotes hanya sempoyongan dan menunduk untuk memandang ichor keemasan darah kaum abadi yang mengucur dari lukanya. Luka tersebut sudah mulai tertutup.
"Usaha yang bagus, Demigod," geram Polybotes, "tapi aku tetap akan mematahkanmu."
"Kau harus menangkapku dulu," kata Percy. Percy membalikkan badan dan melesat ke kota. "Apa?" teriak sang Raksasa tak percaya. "Lari, Pengecut? Diam dan matilah!"
Percy tak berniat melakukan itu. Percy tahu dia tak bisa membunuh Polybotes sendirian. Namun, dia punya rencana.
Dia melewati Nyonya O'Leary, yang mendongak dengan raut penasaran sambil menjepit Gorgon yang meronta-ronta di mulutnya.
"Aku baik-baik saja!" teriak Percy sambil lari, diikuti oleh Raksasa yang menjerit-jerit, mengancam akan membunuhnya.
Percy melompati katapel kalajengking yang terbakar dan menunduk saat Hannibal melemparkan seorang Cyclops yang melayang di atasnya. Dari ekor matanya, Percy melihat Tyson
menggebuki Anak Bumi ke tanah seperti sedang memalu. Ella mengepakkan sayap di atas Tyson sambil menghindari misil dan meneriakkan saran, "Selangkangan. Selangkangan Anak Bumi peka."
B RUK! "Bagus. Ya. Tyson menemukan selangkangannya." "Percy. butuh bantuan?" seru Tyson. "Aku bisa sendiri kok!" "Mati kau!" teriak Polybotes, kian lama kian dekat. Percy terus berlari.
Di kejauhan, Percy melihat Hazel dan Anion berderap ke sana-sini di medan tempur, menebas Centaurus dan karpoi. Salah satu roh biji-bijian berteriak, "Gandum! Akan kuberi kau gandum!" Tapi Anion menjejaknya sehingga menjadi gundukan sereal sarapan. Ratu Hylla dan Reyna menggabungkan kekuatan, forklift- dan pegasus melaju bersama-sama, membubarkan siluman pendekar. Frank mengubah dirinya menjadi gajah dan menginjakinjak sejumlah Cyclops, sedangkan Dakota memegangi elang emas tinggi-tinggi, menyambar monster yang berani-berani menantang Kohort V dengan kilat.
Semua itu memang hebat, tapi Percy membutuhkan bantuan jenis lain. Dia membutuhkan Dewa.
Percy melirik ke belakang dan melihat bahwa jangkauan sang Raksasa sudah hampir mengenai dirinya. Untuk mengulur-ulur waktu, Percy menunduk ke bawah salah satu pilar Akuaduk. Sang Raksasa mengayunkan trisulanya. Ketika pilar tersebut ambruk, Percy menggunakan air yang tumpah untuk memandu jatuhnya puing-puing menimpakan beberapa ton bata ke kepala sang Raksasa.
Percy berpacu ke batas kota. "Terminus!" teriaknya.
Percy membutuhkan bantuan
Patung dewa terdekat berjarak kira-kira delapan belas meter di depan. Mata batunya mendadak terbuka saat Percy lari menghampirinya.
"Tidak bisa diterima!" keluh Terminus. "Bangunan terbakar! Penyusup! Keluarkan mereka dari sini, Percy Jackson!"
"Sedang kucoba," kata Percy, "tapi ada Raksasa, Polybotes." "Ya, aku tahu! Tunggu Permisi sebentar." Terminus memejamkan mata sambil berkonsentrasi. Bola meriam hijau yang membara meluncur di atas dan tiba-tiba menguap. "Aku tidak bisa menghentikan semua misil
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 2: The Son Of Neptune (Putra Neptunus)
," keluh Terminus, "kenapa mereka tak bisa bersikap layaknya bangsa beradab dan menyerang lebih lambat? Aku ini cuma seorang Dewa."
"Bantu aku membunuh si Raksasa," kata Percy, "dan semua ini akan berakhir. Kerja sama antara Dewa dan Demigod itulah satu-satunya cara untuk membunuhnya."
Terminus mendengus. "Aku menjaga perbatasan. Aku tidak mau membunuh Raksasa. Itu tidak termasuk tugasku."
"Terminus, ayolah!" Percy melangkah maju lagi, dan sang Dewa pun memekik sebal.
"Berhenti di sana, Anak Muda! Tidak boleh bawa senjata ke dalam Garis Pomerian!"
"Tapi kita sedang diserang!" "Aku tidak peduli! Aturan ya aturan. Ketika orang-orang tidak mematuhi aturan, aku bisa marah besar."
Percy tersenyum. "Pertahankan amarahmu itu." Dia lari kembali ke arah sang Raksasa. "Hei, Jelek!" "Grao!" Polybotes keluar dari reruntuhan Akuaduk. Air masih bercucuran dari sekujur tubuhnya, berubah menjadi racun dan menciptakan rawa berasap di sekeliling kakinya.
"Kau ... kau akan mati pelan-pelan." Sang Raksasa berjanji. Dia memungut trisulanya, yang kini meneteskan bisa hijau.
Di sekeliling mereka, pertempuran sudah mereda. Sementara monster-monster terakhir dibasmi habis, teman-teman Percy mulai berkumpul, membentuk lingkaran di sekitar sang Raksasa.
"Akan kubawa kau sebagai tawanan, Percy Jackson," geram Polybotes, "akan kusiksa kau di bawah laut. Tiap hari air akan menyembuhkanmu, dan tiap hari akan kubawa kau semakin dekat ke kematian."
"Tawaran bagus," ujar Percy, "tapi mending kubunuh saja kau."
Polybotes meraung murka. Dia menggelengkan kepala, dan Basilisk lagi-lagi beterbangan dari rambutnya.
"Mundur!" Frank memperingatkan. Para pendekar menjadi ricuh. Hazel melajukan Anion dan memosisikan dirinya di antara Basilisk dan para pekemah. Frank berubah wujud menciut menjadi hewan yang ramping dan berbulu seekor musang? Percy kira Frank sudah hilang akal, tapi ketika Frank menyerang para Basilisk, mereka kontan panik. Mereka melata menjauh, dikejar oleh Frank.
Polybotes menunjuk trisulanya dan lari ke arah Percy. Saat sang Raksasa mencapai Garis Pomerian, Percy melompat ke samping seperti matador. Polybotes menerjang masuk, melewati batas kota.
"CUKUP SUDAH!" pekik Terminus. "Itu MELANGGAR PERATURAN!"
Polybotes mengerutkan kening, kentara sekali kebingungan karena dibentak-bentak patung. "Kau ini apa?" geramnya. "Tutup mulut!"
Dia menjungkalkan patung dan membalikkan badan untuk menghadap Percy.
"Sekarang aku MARAH!" jerit Terminus. "Biar kucekik kau. Terasa, tidak? Itu tanganku yang mencekik lehermu, dasar tukang gencet. Ayo, sini! Biar kusundul kau keras-keras "
"Cukup!" Sang Raksasa menginjak patung dan mematahkan Teminus menjadi tiga landasan, badan, dan kepala.
"BERANI-BERANINYA KAU!" teriak Terminus. "Percy Jackson, kuterima tawaranmu! Ayo, kita bunuh makhluk kurang ajar ini."
Sang Raksasa tertawa amat nyaring sampai-sampai dia tidak menyadari serbuan Percy hingga sudah terlambat. Percy melompat, bersalto dari lutut sang Raksasa, dan menghunjamkan Riptide ke salah 'satu celah logam di tameng dada Polybotes, menusukkan Riptide ke dada sang Raksasa hingga gagangnya terbenam. Sang Raksasa terhuyung-huyung ke belakang, tersandung landasan Terminus dan jatuh berdebum ke tanah.
Selagi dia berusaha bangun sambil mencakar-cakar pedang di dadanya, Percy mengambil kepala patung.
"Kau takkan bisa menang!" raung sang Raksasa. "Kau tidak bisa mengalahkanku sendirian."
"Aku tidak sendirian." Percy mengangkat kepala patung ke atas wajah sang Raksasa. "Perkenalkan, ini temanku Terminus. Dia Dewa!"
Terlambat sudah. Kesadaran dan rasa takut merekah di wajah sang Raksasa. Percy menghantamkan kepala Dewa sekeras mungkin ke hidung Polybotes, dan sang Raksasa pun terbuyarkan, menyisakan gundukan rumput laut, kulit reptil, dan Lumpur beracun yang mengepulkan asap.
Percy menjauh sambil sempoyongan, kehabisan tenaga. "Ha!" kata kepala Terminus, "rasakan! Biar dia belajar mematuhi aturan Romawi."
Sesaat medan tempur menjadi hening. Hanya terdengar bunyi kobaran api, dan suara segelintir monster yang mundur dala
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes Of Olympus 2: The Son Of Neptune (Putra Neptunus)