Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Ketika Barongsai Menari - 14

$
0
0
Cerita Cinta | Ketika Barongsai Menari | by V. Lestari | Ketika Barongsai Menari | Cersil Sakti | Ketika Barongsai Menari pdf

Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III

ra Amerika. Tetapi ke-pindahan kewarganegaraan itu bukan karena dia tidak nasionalis atau dorongan emosional. Baginya itu merupakan pilihan pribadi yang didasari kekaguman pribadi pula pada sesuatu yang bernama demokrasi.
  Motivasi pilihannya itu jelas berbeda dengan motivasi sebagian orang lain yang dia ketahui. Mereka terdorong oleh dendam. Terutama sesudah tragedi Mei 1998 yang menimpa Indonesia, ketika terjadi kerusuhan rasial terhadap etnis Cina, banyak orang Tionghoa atau warga negara Indonesia keturunan Cina pergi ke negara lain dan pindah kewarganegaraan. Lalu mereka dituding tidak patriot atau tidak nasionalis. Ia sendiri menganggap tudingan semacam itu sama sekali tidak tepat dan tidak patut. Ketika orang-orang itu diinjak dan disakiti, mereka tidak melawan. Mereka hanya pergi.
  93
  Di antara orang-orang yang dendam itu terdapat Susan, kekasih Sonny. Justru karena terjadi pada orang yang dekat dan dikenal baik, maka ia merasa lebih bisa memahami. Tapi bukan berarti ia setuju. Ia memang tidak berhak untuk menyatakan setuju atau tidak.
  Ketika kedua orangtuanya menyatakan ingin pulang ke Indonesia, ia tidak bisa melarang. Ia juga tidak mau melarang. Mereka tidak betah di Amerika meskipun keduanya sama-sama lancar berbahasa Inggris dan ahli di bidang komputer. Mereka mengaku sulit beradaptasi secara sosial dengan lingkungan. Ada perbedaan besar antara menetap sementara dan menetap seterusnya. Di Indonesia mereka memiliki banyak teman dari berbagai kalangan, dan segudang sanak keluarga. Bukan itu saja. Bukan cuma orang, suasana, adat kebiasaan, budaya, makanan, atau apa saja yang khas. Masih banyak yang lain. Kesemuanya sudah tertanam di dalam diri mereka. Menjadi bagian dari mereka. Tak mungkin bisa dicabut atau dihilangkan begitu saja dengan memberi sesuatu yang baru.
  Padahal kedua orangtuanya juga termasuk mereka yang dendam. Seperti Susan. Sonny itu bukan cuma kekasih Susan, tapi juga anak orangtuanya. "Tetapi yang jahat itu kan cuma sebagian kecil. Bukan semuanya." Demikian keyakinan mereka. Seperti keyakinannya sendiri juga. Bagaimanapun penderitaan dan sengsara yang dialami pada suatu ketika, masih ada jangka waktu lain yang jauh lebih panjang dan sangat manis untuk dikenang. Penderitaan itu mungkin kecil bila dibandingkan dengan derita etnis Albania di Kosovo, ketika mereka diteror dan dibantai
  94
  lalu terusir dari tanah air oleh kelompok etnis Serbia. Bahkan di Amerika sendiri yang warganya begitu heterogen masih saja dihantui oleh teror rasial. Di negara yang super ini hantu rasialis malah tak ubahnya seperti psikopat. Bila sedang sial, bisa saja dirinya yang jadi sasaran.
  Kedua orangtuanya berkunjung pada bulan April 1998, sekitar sebulan sebelum pecahnya kerusuhan rasial di Jakarta. Pada saat itu pun Indonesia, terutama Jakarta sudah dilanda demonstrasi demi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa. Mereka mengajukan berbagai tuntutan. Puncak dari semua tuntutan adalah turunnya Soeharto dari kursi presiden. Tetapi di samping peristiwa demonstrasi itu, terjadi pula beberapa kerusuhan rasial di berbagai daerah meskipun dalam skala terbilang kecil. Maka ketika akhirnya kerusuhan meledak pula di Ibukota, sesuatu yang tak pernah terbayangkan bisa terjadi, ada rasa syukur bahwa orangtuanya tak perlu mengalami teror itu meskipun mereka harus kehilangan Sonny.
  Sejak saat itu orangtuanya menetap bersamanya. Selama itu pula mereka tetap menjalin hubungan dengan sanak keluarga di Jakarta dan kota-k ota lain. Kedua orangtuanya sama-sama berasal dari ke luarga besar. Hubungan dijalin lewat e-mail. Mereka jug a bisa memantau perkembangan lewat media televisi s eperti CNN.
  Lalu berdatangan berita menggembirakan. Setelah Soeharto turun, liong dan barongsai pun keluar dari kandang setelah puluhan tahun dikurung! Mereka menari-nari di jalan dengan gerakan seadanya karena
  95
  pelakunya adalah orang-orang yang baru belajar. Maklumlah, para penari profesional yang benar-benar menguasai tarian liong dan barongsai sudah pada uzur, bahkan sebagian sudah almarhum. Padahal seharusnya tarian itu dilakukan oleh orang-orang yang pintar kungfu d
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika Barongsai Menari - V. Lestari

  an gerakan akrobatik. Bukan cuma sekadar meloncat-loncat. Tetapi tidak apalah. Pertunjukan itu bukan dinilai dari segi keseniannya, melainkan sebagai pembebasan dari kungkungan dan pengakuan atas hak dan martabat. Sangat mengharukan. Ibunya sampai menangis sesenggukan dan ayahnya berlinang air mata.
  Masih ada lagi berita menggembirakan dan juga mengharukan. Sekarang mereka dipanggil dengan sebutan "orang Tionghoa" dan bukan lagi "orang Cina". Sudah begitu lama sebutan yang disebut belakangan itu mengakar, hingga generasi muda Tionghoa sendiri merasa kikuk dengan sebutan "baru" itu, dan generasi yang lebih tua perlu menjelaskannya. Dulu, setelah peristiwa G30S-PKI dengan terbunuhnya enam jenderal, disebutkan adanya keterlibatan atau campur tangannya Republik Rakyat Cina. Maka kemarahan ditimpakan kepada warga negara Indonesia keturunan Cina yang sebenarnya tidak tahu-menahu. Ketika itu seorang pejabat mempermaklumkan, bahwa mulai saat itu para warganegara keturunan Cina itu harus disebut sebagai "orang Cina". Suatu sebutan yang bila dilihat latar bela kangnya sebenarnya mengandung penghinaan. Padahal selayaknya setiap warga negara Indonesia, tak peduli keturunan atau suku apa, haruslah disebut sebagai oran g Indonesia. Sangatlah berbeda bila menyebut orang Ja wa atau
  96
  orang Sunda karena sebutan itu cuma menandakan suku, bukan kebangsaan. Sedang definisi "orang Cina" mestinya adalah orang asing dari negeri Cina. Tetapi selama bertahun-tahun orang menjadi terbiasa. Kehidupan berjalan terus dan mau tak mau orang harus beradaptasi.
  Berita menggembirakan itulah yang membuat suami-istri Lie, kedua orangtua Tom, menjadi gelisah seperti cacing kena abu. Mereka ingin pulang! Keinginan itu tak bisa ditahan lagi. Mereka pulang setelah kerabat di Jakarta mencarikan rumah untuk dikontrak, karena rumah yang semula mereka tempati di Pantai Nyiur Melambai sudah bukan milik mereka lagi.
  Walaupun di atas kertas Tom sudah menjadi orang Amerika, tapi sebagian dirinya tetap merasa Indonesia. Ia tetap memiliki keterikatan batin dengan negara di mana ia dilahirkan dan dibesarkan. Kenangan dari masa itu memang paling membekas dalam diri seseorang. Tak mungkin hilang. Pada saat-saat itulah seseorang mulai terbentuk sebelum menjadi benar-benar matang secara emosional dan intelektual.
  Jadi bukan karena kedua orangtua dan adiknya, Sonny, masih berada di Indonesia dan masih jadi orang Indonesia. Sonny memang berbeda. Misalnya dia tak mau bersekolah di Amerika mengikuti dirinya. Padahal dari segi kecerdasan adiknya itu tidak kalah. Mereka berdua mewarisi kecerdasan yang tinggi dari kedua orangtua mereka. Tetapi Sonny tidak mau menjadi ilmuwan. Dia ingin jadi pengusaha!
  Dengan Susan ia pun menjalin komunikasi lewat
  97
  e-mail. Paling sering adalah hari-hari setelah tragedi itu terjadi. Mereka saling menghibur. Orangtuanya pun ikut dalam komunikasi itu. Bagi mereka, Susan sudah seperti anak sendiri. Sayang mereka tak bisa saling mengunjungi. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sedang Susan berusaha hemat dengan segala pengeluarannya karena dia harus mandiri. Tapi ia berjanji bila mendapat cuti ia akan mengunjungi Susan.
  Belakangan Susan tak begitu rajin lagi mengirimi atau membalas e-mail-nya. Ia memaklumi kesibukan Susan. Apalagi belakangan orangtuanya memintanya datang ke Jakarta bila mendapat cuti. Itu berarti ia tak bisa memenuhi janjinya kepada Susan. Mungkin Susan pun sudah melupakan janji itu, pikirnya. Atau Susan sudah punya teman dekat baru?
  Ayah dan ibunya menulis dengan penuh semangat. Kau harus melihat dan merasakan suasana baru di Indonesia, khususnya di Jakarta, kata ayahnya. Dan ibunya bercerita mengenai suami-istri Tan yang mempunyai tetangga baru di rumah miliknya dulu. Ada yang aneh dengan tetangga baru itu. Mereka pasangan suami-istri muda. Sang istri sedang hamil ketika menempati rumah itu. Tahukah kau apa nama yang diberikannya kepada si bayi setelah lahir? Namanya Jason! Kenapa tidak Sonny saja, ya?
  Tetapi bukan cerita-cerita itu yang membangkitkan keinginannya untuk pergi ke Jakarta, melainkan semangat yang tergambar dari cerita
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika Barongsai Menari - V. Lestari

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>