Cerita Cinta | Ketika Barongsai Menari | by V. Lestari | Ketika Barongsai Menari | Cersil Sakti | Ketika Barongsai Menari pdf
Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I
Semarang menemani dan membantu Kristin merawat Jason. Kristin tidak mau menggunakan perawat bayi dan bertekad mengurusnya sendiri. Tetapi ibunya tidak bisa lama-lama menemani karena ayah Kristin yang sedang sakit memerlukan bantuannya. Maka Kristin kembali berpaling kepada Maria yang dengan senang hati selalu bersedia membantunya. Tapi bila ada Adam di rumah Kristin berusaha mandiri. Kristin berterus terang bahwa Adam melarangnya minta bantuan tetangga terus-terusan.
"Maafkan sikap Adam, Tante," kata Kristin dengan malu.
"Nggak apa-apa, Kris. Nanti juga dia biasa lagi," hibur Maria.
Sesungguhnya Henry dan Maria merasa kesal atas sikap Adam itu. Seharusnya Adam berterima kasih kepada mereka. Bukan sebaliknya. Terima kasih Adam hanya terucap pada saat awal, setelah Kristin melahirkan dengan selamat.
"Mestinya dia senang bahwa Kristin tidak mengajaknya pindah rumah setelah tahu sejarah rumah mereka," gerutu Henry.
"Ya. Dia juga mesti bersyukur bukan dia yang memberitahu."
136
"Apa Kristin tidak menjelaskan dari mana dia tahu, Ma?"
"Tidak. Mana aku berani tanya-tanya?! Sudahlah."
Sementara itu tangis Jason terus terdengar.
"Barangkali dia sakit," Henry menduga.
"Heran, kalau sore-sore begini dia sering nangis, ya? Pagi dan siang dia manis sekali."
"Ssst...." Henry menempelkan telunjuknya ke bibirnya. "Tuh, dengar."
Kedengaran Adam berteriak keras, "He, diam! Diaaaam! Diaaaam!"
Keduanya berpandangan. Bila suara dari rumah sebelah berhasil menembus tembok tebal hingga sampai ke telinga mereka, pastilah diucapkan dengan keras sekali. Mereka menjadi cemas. Patutkah mereka ikut campur?
Kemudian tangis Jason berhenti. Suara Adam pun tak kedengaran lagi. Keduanya menjadi tegang. Kecemasan meningkat. Apa yang telah dilakukan Adam? Suara Kristin tidak kedengaran karena ia bersuara lembut.
Maria menghambur ke depan rumah. Henry mengikuti di belakangnya. Ia khawatir kalau-kalau Maria lupa diri lalu menerobos ke rumah Adam. Tetapi setelah berada di halaman keduanya tertegun. Dari celah pagar mereka melihat Kristin sedang mendorong kereta bayi, berjalan pelan di trotoar, melewati rumah mereka lalu berbalik lagi. Kristin sedang membawa bayinya berjalan-jalan.
Maria bergegas membuka pintu pagar lalu turun ke trotoar, menyusul Kristin. Henry tidak ikut. Ia hanya memandangi dari balik pintu.
137
Kristin menoleh dan tersenyum kepada Maria. "Sore, Tante," ia menyapa.
"Sore, Kris." Maria menatap tajam sejenak. Tak tampak emosi di wajah Kristin. Ia mengalihkan tatapan kepada si bayi. "Hai, Jason!" sapanya sambil membungkuk.
Jason yang terbungkus selimut linen tampak tenang. Matanya terbuka tapi tidak memperlihatkan kegelisahan. Anak itu masih terlalu kecil untuk bisa bereaksi terhadap sapaan orang. Tapi ketenangannya mengherankan Maria. Salahkah pendengarannya barusan?
Maria menegakkan tubuhnya. "Tadi kudengar dia menangis, Kris. Cukup lama. Apa dia sakit perut?"
Kristin menarik pelan lengan Maria dengan tangannya yang satu, sementara tangan yang lain mendorong kereta. Mereka berjalan pelan-pelan. "Mas Adam lagi ngeliatin, Tante," bisik Kristin.
"Memangnya kenapa, Kris?"
"Entahlah, Tante. Dia lagi marah-marah. Habis Jason nangis melulu kalau dia dekati. Saya jadi bingung."
"Jadi nangisnya tadi karena didekati?"
"Iya, Tante. Adam bertahan di dekatnya, ingin menyentuhnya. Tapi Jason menolaknya dengan tangisan. Kenapa, ya?" keluh Kristin.
Maria juga tak mengerti. Baru sekarang Kristin mengatakannya. Jadi itukah sebabnya Jason menangis berkepanjangan?
"Apa sejak semula Jason begitu?"
"Tiga hari pertama nggak, Tante. Adam bisa menggendongnya dengan leluasa. Jason tenang-tenang saja.
138
Tapi setelah matanya terbuka..." Kristin tidak meneruskan ucapannya.
"Apa maksudmu setelah matanya terbuka?" tegas Maria.
Mereka berbalik lagi kembali ke arah semula. Lalu Kristin berhenti melangkah. "Setelah mata Jason terbuka, ia sepertinya mulai mengenali orang-orang yang berada di dekatnya. Lalu memilih siapa yang disukainya dan siapa yang tidak disukainya. Sama Mama dia tidak ada masalah. Tapi sama Adam..." Kristin mengeluh panjang.
Mereka berjalan lagi. Pelan-pe
http://cerita-silat.mywapblog.com
lan.
"Sama aku dan Oom juga dia nggak masalah. Ya kan, Son?" Maria mengarahkan tatapannya kepada Jason. Tampak mata bayi itu berkedip-kedip. Sayang dia belum bisa diajak tertawa, pikir Maria.
Tiba-tiba Kristin tersentak. Ia berhenti melangkah. Tatapannya kepada Maria terasa aneh. "Oom dan Tante selalu memanggilnya 'Son', kan? Mama juga. Demikian pula saya dan Bi Iyah. Tapi Adam memanggilnya 'Jeis'. Apa karena itu, ya?" Ia termenung sesudahnya.
"Kalau begitu, cobalah suruh dia mengubah panggilannya, Kris."
Sebelum Kristin menjawab mereka melihat Adam di depan rumahnya, tangannya melambai kepada mereka. Isyarat memanggil. Mereka mempercepat langkah. Sebelum memasuki halaman rumahnya, Maria melambai kepada Adam tapi Adam tidak membalasnya, ia malah memalingkan muka. Henry menyambut istrinya.
"Daaag, Tante! Oom!" sapa Kristin tanpa menghentikan langkahnya.
139
Maria dan Henry tak segera masuk ke rumah. Mereka mendengar gerutuan Adam, "Ini kan sudah magrib, Kris. Masa bayi dibawa jalan-jalan. Mana mau hujan lagi!"
Henry menarik tangan Maria, membawanya masuk.
"Jangan begitu sama mereka, Mas!" protes Kristin. "Mereka tetangga yang baik. Kalau tak ada mereka..."
Ucapan Kristin terhenti karena Jason menangis. Kristin mengangkatnya. Ketika Adam mendekat, Jason menangis makin keras. Kristin cepat berlari masuk sambil membawa Jason dalam gendongannya. Tak terdengar lagi tangis Jason.
Adam tidak mengikuti. Ia hanya memandang ke dalam dengan ekspresi geram. Urat-urat di kening dan lehernya bertonjolan. Kepalanya serasa mau meledak oleh kemarahan. Bayangkan, ditolak oleh anak sendiri!
Ia berjalan hilir-mudik, mencoba menenangkan emosinya. Setelah capek ia menjatuhkan diri di sofa lalu termangu-mangu. Perasaannya benar-benar tertekan. Anak itu menerima semua orang, tapi menolak dirinya. Cuma dirinya! Kenapa? Apakah dia tampak mengerikan? Atau dia mengeluarkan aroma tak sedap?
Terdorong oleh rasa penasarannya ia sudah melakukan semacam penelitian. Kalau Jason didekati pada saat sedang tidur, ia tenang-tenang saja. Tapi begitu disentuh lalu matanya terbuka dan beradu pandang dengannya, melengkinglah tangisnya! Tangis Jason begitu mengejutkan dirinya sampai jantungnya serasa mau berhenti. Rasanya konyol sekali. Masakan dia sebagai si ayah mesti mengendap-endap seperti maling.
140
Yang membuat ia sangat marah adalah ketika Kristin, ibu Kristin, dan Bi Iyah menerobos masuk kamar bayi dan semua memandangnya dengan penuh kecurigaan. Apa yang telah kaulakukan kepada Jason? Apa dia kaupukul atau kaucubit? Mustahil dirinya sudah segila itu!
Ia sangat menyesal telah menyetujui pemberian nama Jason oleh Kristin. Tetapi waktu itu ia sedang merasa bersalah karena tidak bisa mendampingi Kristin pada saat melahirkan, hingga ingin menyenangkan hatinya. Anggaplah sebagai imbalan dari kesalahan yang telah dilakukannya. Tetapi dalam perkembangan kemudian, ia jadi merasa tersiksa oleh panggilan orang-orang kepada si bayi. Son! Son! Sooon! Begitu celoteh mereka.
Panggilan itu jadi mengingatkannya kepada seseorang. Sonny! Sepertinya panggilan itu bisa membangkitkan si mati dari liang kuburnya. Jadinya terbalik. Bukan Kristin yang merasa terganggu oleh riwayat rumah itu, tapi dirinya! Bukan Kristin yang patut dicemaskan, tapi dirinya sendiri!
Dari sofa tempatnya duduk Adam bisa melihat di mana dulu Sonny terkapar. Di sudut dinding, di situ sekarang berdiri sebuah lemari antik. Di sanalah ia telah meninggalkan Sonny dalam keadaan tak berkutik. Entah masih hidup atau sudah mati. Kepalanya berdarah. Di sampingnya tergeletak sebuah guci kuno dari tembaga berlapis emas yang bernoda darah. Guci itulah yang digunakan untuk menghantam kepala Sonny.
Ia bisa mengenang kembali kejadiannya dengan
141
jelas. Memang belum terlalu lama. Pertengahan Mei 1998. Ketika itu mereka sedang membicarakan rencana kerja. Sonny memenangkan tender proyek pembangunan kompleks perumahan bagi karyawan staf sebuah perusahaan besar BUMN, ia lalu mengajaknya bekerja sama.
Mereka hanya berdua di rumah itu. Suasana antara mereka baik-baik saja. Lalu Sonny mengatakan dengan nada gurau, "Kemarin
http://cerita-silat.mywapblog.com
Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I
Semarang menemani dan membantu Kristin merawat Jason. Kristin tidak mau menggunakan perawat bayi dan bertekad mengurusnya sendiri. Tetapi ibunya tidak bisa lama-lama menemani karena ayah Kristin yang sedang sakit memerlukan bantuannya. Maka Kristin kembali berpaling kepada Maria yang dengan senang hati selalu bersedia membantunya. Tapi bila ada Adam di rumah Kristin berusaha mandiri. Kristin berterus terang bahwa Adam melarangnya minta bantuan tetangga terus-terusan.
"Maafkan sikap Adam, Tante," kata Kristin dengan malu.
"Nggak apa-apa, Kris. Nanti juga dia biasa lagi," hibur Maria.
Sesungguhnya Henry dan Maria merasa kesal atas sikap Adam itu. Seharusnya Adam berterima kasih kepada mereka. Bukan sebaliknya. Terima kasih Adam hanya terucap pada saat awal, setelah Kristin melahirkan dengan selamat.
"Mestinya dia senang bahwa Kristin tidak mengajaknya pindah rumah setelah tahu sejarah rumah mereka," gerutu Henry.
"Ya. Dia juga mesti bersyukur bukan dia yang memberitahu."
136
"Apa Kristin tidak menjelaskan dari mana dia tahu, Ma?"
"Tidak. Mana aku berani tanya-tanya?! Sudahlah."
Sementara itu tangis Jason terus terdengar.
"Barangkali dia sakit," Henry menduga.
"Heran, kalau sore-sore begini dia sering nangis, ya? Pagi dan siang dia manis sekali."
"Ssst...." Henry menempelkan telunjuknya ke bibirnya. "Tuh, dengar."
Kedengaran Adam berteriak keras, "He, diam! Diaaaam! Diaaaam!"
Keduanya berpandangan. Bila suara dari rumah sebelah berhasil menembus tembok tebal hingga sampai ke telinga mereka, pastilah diucapkan dengan keras sekali. Mereka menjadi cemas. Patutkah mereka ikut campur?
Kemudian tangis Jason berhenti. Suara Adam pun tak kedengaran lagi. Keduanya menjadi tegang. Kecemasan meningkat. Apa yang telah dilakukan Adam? Suara Kristin tidak kedengaran karena ia bersuara lembut.
Maria menghambur ke depan rumah. Henry mengikuti di belakangnya. Ia khawatir kalau-kalau Maria lupa diri lalu menerobos ke rumah Adam. Tetapi setelah berada di halaman keduanya tertegun. Dari celah pagar mereka melihat Kristin sedang mendorong kereta bayi, berjalan pelan di trotoar, melewati rumah mereka lalu berbalik lagi. Kristin sedang membawa bayinya berjalan-jalan.
Maria bergegas membuka pintu pagar lalu turun ke trotoar, menyusul Kristin. Henry tidak ikut. Ia hanya memandangi dari balik pintu.
137
Kristin menoleh dan tersenyum kepada Maria. "Sore, Tante," ia menyapa.
"Sore, Kris." Maria menatap tajam sejenak. Tak tampak emosi di wajah Kristin. Ia mengalihkan tatapan kepada si bayi. "Hai, Jason!" sapanya sambil membungkuk.
Jason yang terbungkus selimut linen tampak tenang. Matanya terbuka tapi tidak memperlihatkan kegelisahan. Anak itu masih terlalu kecil untuk bisa bereaksi terhadap sapaan orang. Tapi ketenangannya mengherankan Maria. Salahkah pendengarannya barusan?
Maria menegakkan tubuhnya. "Tadi kudengar dia menangis, Kris. Cukup lama. Apa dia sakit perut?"
Kristin menarik pelan lengan Maria dengan tangannya yang satu, sementara tangan yang lain mendorong kereta. Mereka berjalan pelan-pelan. "Mas Adam lagi ngeliatin, Tante," bisik Kristin.
"Memangnya kenapa, Kris?"
"Entahlah, Tante. Dia lagi marah-marah. Habis Jason nangis melulu kalau dia dekati. Saya jadi bingung."
"Jadi nangisnya tadi karena didekati?"
"Iya, Tante. Adam bertahan di dekatnya, ingin menyentuhnya. Tapi Jason menolaknya dengan tangisan. Kenapa, ya?" keluh Kristin.
Maria juga tak mengerti. Baru sekarang Kristin mengatakannya. Jadi itukah sebabnya Jason menangis berkepanjangan?
"Apa sejak semula Jason begitu?"
"Tiga hari pertama nggak, Tante. Adam bisa menggendongnya dengan leluasa. Jason tenang-tenang saja.
138
Tapi setelah matanya terbuka..." Kristin tidak meneruskan ucapannya.
"Apa maksudmu setelah matanya terbuka?" tegas Maria.
Mereka berbalik lagi kembali ke arah semula. Lalu Kristin berhenti melangkah. "Setelah mata Jason terbuka, ia sepertinya mulai mengenali orang-orang yang berada di dekatnya. Lalu memilih siapa yang disukainya dan siapa yang tidak disukainya. Sama Mama dia tidak ada masalah. Tapi sama Adam..." Kristin mengeluh panjang.
Mereka berjalan lagi. Pelan-pe
http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika Barongsai Menari - V. Lestari
lan.
"Sama aku dan Oom juga dia nggak masalah. Ya kan, Son?" Maria mengarahkan tatapannya kepada Jason. Tampak mata bayi itu berkedip-kedip. Sayang dia belum bisa diajak tertawa, pikir Maria.
Tiba-tiba Kristin tersentak. Ia berhenti melangkah. Tatapannya kepada Maria terasa aneh. "Oom dan Tante selalu memanggilnya 'Son', kan? Mama juga. Demikian pula saya dan Bi Iyah. Tapi Adam memanggilnya 'Jeis'. Apa karena itu, ya?" Ia termenung sesudahnya.
"Kalau begitu, cobalah suruh dia mengubah panggilannya, Kris."
Sebelum Kristin menjawab mereka melihat Adam di depan rumahnya, tangannya melambai kepada mereka. Isyarat memanggil. Mereka mempercepat langkah. Sebelum memasuki halaman rumahnya, Maria melambai kepada Adam tapi Adam tidak membalasnya, ia malah memalingkan muka. Henry menyambut istrinya.
"Daaag, Tante! Oom!" sapa Kristin tanpa menghentikan langkahnya.
139
Maria dan Henry tak segera masuk ke rumah. Mereka mendengar gerutuan Adam, "Ini kan sudah magrib, Kris. Masa bayi dibawa jalan-jalan. Mana mau hujan lagi!"
Henry menarik tangan Maria, membawanya masuk.
"Jangan begitu sama mereka, Mas!" protes Kristin. "Mereka tetangga yang baik. Kalau tak ada mereka..."
Ucapan Kristin terhenti karena Jason menangis. Kristin mengangkatnya. Ketika Adam mendekat, Jason menangis makin keras. Kristin cepat berlari masuk sambil membawa Jason dalam gendongannya. Tak terdengar lagi tangis Jason.
Adam tidak mengikuti. Ia hanya memandang ke dalam dengan ekspresi geram. Urat-urat di kening dan lehernya bertonjolan. Kepalanya serasa mau meledak oleh kemarahan. Bayangkan, ditolak oleh anak sendiri!
Ia berjalan hilir-mudik, mencoba menenangkan emosinya. Setelah capek ia menjatuhkan diri di sofa lalu termangu-mangu. Perasaannya benar-benar tertekan. Anak itu menerima semua orang, tapi menolak dirinya. Cuma dirinya! Kenapa? Apakah dia tampak mengerikan? Atau dia mengeluarkan aroma tak sedap?
Terdorong oleh rasa penasarannya ia sudah melakukan semacam penelitian. Kalau Jason didekati pada saat sedang tidur, ia tenang-tenang saja. Tapi begitu disentuh lalu matanya terbuka dan beradu pandang dengannya, melengkinglah tangisnya! Tangis Jason begitu mengejutkan dirinya sampai jantungnya serasa mau berhenti. Rasanya konyol sekali. Masakan dia sebagai si ayah mesti mengendap-endap seperti maling.
140
Yang membuat ia sangat marah adalah ketika Kristin, ibu Kristin, dan Bi Iyah menerobos masuk kamar bayi dan semua memandangnya dengan penuh kecurigaan. Apa yang telah kaulakukan kepada Jason? Apa dia kaupukul atau kaucubit? Mustahil dirinya sudah segila itu!
Ia sangat menyesal telah menyetujui pemberian nama Jason oleh Kristin. Tetapi waktu itu ia sedang merasa bersalah karena tidak bisa mendampingi Kristin pada saat melahirkan, hingga ingin menyenangkan hatinya. Anggaplah sebagai imbalan dari kesalahan yang telah dilakukannya. Tetapi dalam perkembangan kemudian, ia jadi merasa tersiksa oleh panggilan orang-orang kepada si bayi. Son! Son! Sooon! Begitu celoteh mereka.
Panggilan itu jadi mengingatkannya kepada seseorang. Sonny! Sepertinya panggilan itu bisa membangkitkan si mati dari liang kuburnya. Jadinya terbalik. Bukan Kristin yang merasa terganggu oleh riwayat rumah itu, tapi dirinya! Bukan Kristin yang patut dicemaskan, tapi dirinya sendiri!
Dari sofa tempatnya duduk Adam bisa melihat di mana dulu Sonny terkapar. Di sudut dinding, di situ sekarang berdiri sebuah lemari antik. Di sanalah ia telah meninggalkan Sonny dalam keadaan tak berkutik. Entah masih hidup atau sudah mati. Kepalanya berdarah. Di sampingnya tergeletak sebuah guci kuno dari tembaga berlapis emas yang bernoda darah. Guci itulah yang digunakan untuk menghantam kepala Sonny.
Ia bisa mengenang kembali kejadiannya dengan
141
jelas. Memang belum terlalu lama. Pertengahan Mei 1998. Ketika itu mereka sedang membicarakan rencana kerja. Sonny memenangkan tender proyek pembangunan kompleks perumahan bagi karyawan staf sebuah perusahaan besar BUMN, ia lalu mengajaknya bekerja sama.
Mereka hanya berdua di rumah itu. Suasana antara mereka baik-baik saja. Lalu Sonny mengatakan dengan nada gurau, "Kemarin
http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika Barongsai Menari - V. Lestari