Cerita Cinta | Ketika Barongsai Menari | by V. Lestari | Ketika Barongsai Menari | Cersil Sakti | Ketika Barongsai Menari pdf
Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I
a turun dari kamarnya di loteng ia disambut oleh seorang pemuda yang tadinya duduk-duduk membaca koran. Pemuda itu tersenyum sambil mengulurkan tangan. "Tom! Apa kabar?"
Tom mengamati sejenak. Tak segera mengenali. Baru kemudian senyumnya mengembang. "David! Sejak kapan kau berkumis?"
David adalah sepupunya. Sejak Tom pergi ke Amerika, ia belum bertemu lagi dengannya. Tapi dengan Sonny, hubungan David cukup dekat. Cuma sedikit sepupu yang akrab dengan keluarganya. Salah satunya adalah David.
Tom mengajak David sarapan bersama. Mereka mengobrolkan segala hal. Keduanya memiliki se-
310
gudang cerita. Usai sarapan mereka melanjutkan obrolan dengan tema yang lebih serius. Mereka membicarakan tragedi Mei sembilan delapan yang menewaskan Sonny. Dalam hal itu Tom menceritakan perkembangan paling akhir, yaitu soal penemuan guci yang berlanjut dengan kematian Harun, si penemu.
"Sepertinya guci itu muncul kembali dari liang kubur, ya?" kata David dengan takjub.
"Jangan bilang begitu, Dav! Menakutkan." Tom tertawa. "Tapi rasanya memang sedikit aneh. Siapa sangka barang itu bisa didapat kembali. Kata Papa, barang itu memang akan kembali kepada pemilik asal dengan cara apa pun. Ya, tentu saja dia bilang begitu karena memang sudah kembali, bukan?"
"Ya, aku bersyukur untuk kegembiraan Oom. Tapi guci itu tentunya tak bisa jadi pengganti Sonny."
"Tentu saja tidak."
"Kalau saja aku bisa ketemu Pak Harun dan bicara dengannya."
"Kenapa, Dav? Kau kenal dia?"
"Nggak sih. Cuma aku bisa memberinya tambahan informasi."
"Apa itu?" Tom menjadi tegang.
"Pada hari musibah itu Sonny ada di rumah. Aku yakin akan hal itu."
Tom kaget. "Bagaimana kau bisa yakin?"
"Aku meneleponnya. Dia sendiri yang menerima. Aku mengingatkan dia agar waspada karena kerusuhan sudah merebak di mana-mana. Pantai Nyiur Melambai bisa jadi incaran karena penghu ninya melulu orang Tionghoa."
311
"Lalu dia bilang apa?"
"Dia tidak ngomong banyak. Cuma bilang iya, terima kasih. Nggak seperti biasanya. Kayaknya formal."
"Mungkinkah dia segera pergi setelah itu?"
"Kalau dia pergi, kenapa dia mati di rumahnya?"
Mereka sama-sama tertegun. Itu adalah pertanyaan sama yang selalu berulang. Selanjutnya memunculkan pertanyaan sama berikutnya.
"Kalau yang mati itu penjarah, ke mana Sonny?"
"Dan siapa yang dilihat Harun keluar membawa motor sebelum kejadian? Saat itu penjarah belum masuk."
"Kalau Sonny pergi lalu kembali lagi, kenapa tidak menyahut waktu pintunya digedor oleh Harun. Juga ketika diteriaki oleh Maria dan Henry?"
Lalu mereka berpandangan dengan ekspresi ruwet.
"Mungkin si penjarah guci itu yang membunuh Sonny," kata David. "Itu sebabnya dia jadi berbahaya setelah Harun mencarinya."
"Tapi kalau dia yang membunuh Sonny, maka itu berarti Sonny ada di rumah waktu penjarah masuk. Kenapa dia mengambil risiko begitu besar? Dia bukan tipe orang yang mau mempertahankan harta tanpa peduli nyawa. Dan kalau dia ada di rumah, kenapa tidak menyahut waktu digedor? Dia pasti tahu bahwa Maria dan Henry akan pergi mengungsi. Masa dia tak menolong calon mertuanya? Hal terakhir inilah yang paling penting untuknya. Dia sudah seperti anak bagi orangtua Susan."
"Ya, betul sekali. Ini nggak mungkin. Itu nggak mungkin. Mana dong yang mungkin?" David bingung.
312
"Sayang sekali Pak Harun keburu pergi."
"Mungkinkah dia bekerja sama dengan penjarah?" David menyodorkan kemungkinan lain lagi. Tapi kemungkinan itu malah tambah membingungkan.
Beberapa saat keduanya termenung. David berpikir keras. "Orang yang keluar dari rumah Sonny sebelum kejadian itulah kuncinya!" katanya kemudian.
"Ya. Dia memang masih misterius. Siapa dia itu? Bukan Sonny, jadi siapa?"
"Menilik waktunya kira-kira bersamaan dengan saat aku menelepon. Jangan-jangan..." Ekspresi David tampak gempar.
"Jangan-jangan apa?"
"Jangan-jangan bukan Sonny yang menyahut teleponku. Orang misterius itulah yang ngomong. Kalau kuingat-ingat sekarang, sepertinya suaranya lain. Sonny kan suaranya bariton. Gampang dikenali. Tapi yang itu... ah, memang lain. Ketika itu mana sempat aku mikir yang tidak-tidak. Suasana sudah kacau. Takut sekali. Habis, Jakarta s
http://cerita-silat.mywapblog.com
udah dikuasai penjarah dan pembunuh. Dan orang kita dijadikan sasaran."
Tom tegang sekali. Setelah David pergi, ia masih diliputi ketegangan. Ia tidak tega membagi ketegangan itu dengan orangtuanya. Mereka sudah mengikhlaskan kematian Sonny.
Belum pernah Adam merasa selega itu. Beban yang selama ini menindihnya sudah lenyap. Mulai sekarang ia bisa menjalani hidup dengan tenang. Tentu masih ada satu masalah yang mengganjal. Si Jason! Tetapi itu tidak terlalu merisaukan. Ia yakin ada saatnya
313
Jason akan menerimanya. Anak itu masih akan tumbuh. Kelak bila sudah besar, masa dia tidak membutuhkan bimbingan seorang ayah? Biarlah sekarang jauh-jauh dulu. Ia toh masih terlalu kecil untuk bisa "dinikmati". Adam sudah belajar menguasai perasaannya. Tak ada gunanya iri hati pada orang lain yang bisa menimang Jason tanpa halangan. Biar saja. Ia tidak perlu memedulikannya.
Tetapi ketidakpedulian Adam itu tidak menyenangkan perasaan Kristin.
"Kau mestinya berupaya terus, Mas. Jangan apatis dong."
"Bagaimana kalau dia menjerit-jerit lagi bila ku-dekati?"
"Tidak apa-apa. Namanya juga berusaha. Kalau tidak dicoba, mana mungkin kita tahu apakah dia sudah bisa menerimamu atau tidak."
Adam merasa pendapat Kristin itu ada benarnya. Meskipun ada kecemasan, tapi ia sendiri juga ingin tahu.
Maka sore itu setelah mandi ia ke kamar bayi bersama Kristin. Rasanya sudah lama sekali ia tidak masuk ke situ. Padahal cuma dalam hitungan hari. Adam berlindung di belakang Kristin ketika mereka mendekati boks Jason. Kristin merasa geli melihat tingkah Adam, tapi ia pun tegang. Toh ia optimis. Bukankah selama ini ia tidak pernah bosan "membujuk" Jason agar mau menerima Adam?
Jason membuka matanya yang jernih. Ia menatap ibunya.
"Hai, Son! Baru bangun, Sayang?" sapa Kristin. Jason cuma menatap.
314
"Papa datang menjengukmu, Son. Terima Papa, ya? Nih, dia sembunyi di belakang Mama," kata Kristin lagi. Lalu dia menyisih sambil menarik Adam ke sisinya. Maka Adam berhadapan dengan Jason. Keduanya saling menatap. Kristin mengamati dengan penuh ketegangan.
Jason diam saja. Matanya tampak jernih seperti biasa.
Kristin menyikut pelan lengan Adam. "Belai kepalanya," ia berbisik.
Adam mengulurkan tangan. Dengan takut-takut ia menyentuh sebentar kepala Jason, lalu menariknya lagi dengan cepat. Tak ada reaksi apa-apa dari Jason.
Kristin semakin yakin. Ia membungkuk lalu mengangkat Jason dan menggendongnya. Ia mencium Jason. "Kau manis sekali, Son! Terima kasih ya, sayang?" katanya penuh syukur. "Sekarang sama Papa, ya?"
Kristin menyodorkan Jason kepada Adam. Sesaat Adam ragu-ragu. Kekhawatiran masih menguasainya. Tapi Kristin mengangguk memberi semangat. Adam mengulurkan tangan, mengambil alih Jason dengan hati-hati. Jason diam. Matanya masih menatap biasa saja. Kristin tersenyum lega.
Akhirnya dia menyerah juga, pikir Adam dengan perasaan senang tak kepalang. Ada rasa menang juga. Mungkin pengaruh dari perkembangan situasi belakangan ini. Dia di pihak yang menang.
Lalu Adam terpaku. Kaget dan kengerian tampak di wajahnya. Lenyap sudah senyum dan kelembutan yang semula diekspresikannya. Tak salahkah matanya?
315
Tak salahkah? Yang ada di tangannya itu bukanlah wajah mungil Jason, melainkan wajah Sonny dengan mata terbelalak!
Adam memekik. Jason pun melengkingka n tangisnya. Lalu dengan gerakan mendadak Adam mel empar Jason! Kristin menjerit. Tapi karena ia sudah siap dengan reaksi-reaksi tak terduga, apalagi setelah melih at ekspresi Adam yang aneh, maka ia segera bergerak dengan cepat. Setelah sempat terpaku sejenak ia meng gerakkan tubuhnya dengan lentur dan sigap ketika ia melompat dan berhasil menangkap Jason sebelum bayi itu menyentuh lantai! Sambil memeluk Jason ia terdud uk di lantai lalu tersedu-sedu.
Adam masih berdiri dengan wajah kaku. Kedua tangannya terangkat seolah siap melakukan perlawanan atas penyerangan terhadapnya.
Kristin memeluk Jason yang masih menangis. Tatapannya tertuju kepada Adam dengan sorot ketakutan. "Kau kenapa, Mas? Kenapaaa...?" tanyanya dengan suara gemetar. Tubuhnya pun gemetaran.
Adam segera sadar. Ia menurunkan tangannya. Tapi ekspresi
http://cerita-silat.mywapblog.com
Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I
a turun dari kamarnya di loteng ia disambut oleh seorang pemuda yang tadinya duduk-duduk membaca koran. Pemuda itu tersenyum sambil mengulurkan tangan. "Tom! Apa kabar?"
Tom mengamati sejenak. Tak segera mengenali. Baru kemudian senyumnya mengembang. "David! Sejak kapan kau berkumis?"
David adalah sepupunya. Sejak Tom pergi ke Amerika, ia belum bertemu lagi dengannya. Tapi dengan Sonny, hubungan David cukup dekat. Cuma sedikit sepupu yang akrab dengan keluarganya. Salah satunya adalah David.
Tom mengajak David sarapan bersama. Mereka mengobrolkan segala hal. Keduanya memiliki se-
310
gudang cerita. Usai sarapan mereka melanjutkan obrolan dengan tema yang lebih serius. Mereka membicarakan tragedi Mei sembilan delapan yang menewaskan Sonny. Dalam hal itu Tom menceritakan perkembangan paling akhir, yaitu soal penemuan guci yang berlanjut dengan kematian Harun, si penemu.
"Sepertinya guci itu muncul kembali dari liang kubur, ya?" kata David dengan takjub.
"Jangan bilang begitu, Dav! Menakutkan." Tom tertawa. "Tapi rasanya memang sedikit aneh. Siapa sangka barang itu bisa didapat kembali. Kata Papa, barang itu memang akan kembali kepada pemilik asal dengan cara apa pun. Ya, tentu saja dia bilang begitu karena memang sudah kembali, bukan?"
"Ya, aku bersyukur untuk kegembiraan Oom. Tapi guci itu tentunya tak bisa jadi pengganti Sonny."
"Tentu saja tidak."
"Kalau saja aku bisa ketemu Pak Harun dan bicara dengannya."
"Kenapa, Dav? Kau kenal dia?"
"Nggak sih. Cuma aku bisa memberinya tambahan informasi."
"Apa itu?" Tom menjadi tegang.
"Pada hari musibah itu Sonny ada di rumah. Aku yakin akan hal itu."
Tom kaget. "Bagaimana kau bisa yakin?"
"Aku meneleponnya. Dia sendiri yang menerima. Aku mengingatkan dia agar waspada karena kerusuhan sudah merebak di mana-mana. Pantai Nyiur Melambai bisa jadi incaran karena penghu ninya melulu orang Tionghoa."
311
"Lalu dia bilang apa?"
"Dia tidak ngomong banyak. Cuma bilang iya, terima kasih. Nggak seperti biasanya. Kayaknya formal."
"Mungkinkah dia segera pergi setelah itu?"
"Kalau dia pergi, kenapa dia mati di rumahnya?"
Mereka sama-sama tertegun. Itu adalah pertanyaan sama yang selalu berulang. Selanjutnya memunculkan pertanyaan sama berikutnya.
"Kalau yang mati itu penjarah, ke mana Sonny?"
"Dan siapa yang dilihat Harun keluar membawa motor sebelum kejadian? Saat itu penjarah belum masuk."
"Kalau Sonny pergi lalu kembali lagi, kenapa tidak menyahut waktu pintunya digedor oleh Harun. Juga ketika diteriaki oleh Maria dan Henry?"
Lalu mereka berpandangan dengan ekspresi ruwet.
"Mungkin si penjarah guci itu yang membunuh Sonny," kata David. "Itu sebabnya dia jadi berbahaya setelah Harun mencarinya."
"Tapi kalau dia yang membunuh Sonny, maka itu berarti Sonny ada di rumah waktu penjarah masuk. Kenapa dia mengambil risiko begitu besar? Dia bukan tipe orang yang mau mempertahankan harta tanpa peduli nyawa. Dan kalau dia ada di rumah, kenapa tidak menyahut waktu digedor? Dia pasti tahu bahwa Maria dan Henry akan pergi mengungsi. Masa dia tak menolong calon mertuanya? Hal terakhir inilah yang paling penting untuknya. Dia sudah seperti anak bagi orangtua Susan."
"Ya, betul sekali. Ini nggak mungkin. Itu nggak mungkin. Mana dong yang mungkin?" David bingung.
312
"Sayang sekali Pak Harun keburu pergi."
"Mungkinkah dia bekerja sama dengan penjarah?" David menyodorkan kemungkinan lain lagi. Tapi kemungkinan itu malah tambah membingungkan.
Beberapa saat keduanya termenung. David berpikir keras. "Orang yang keluar dari rumah Sonny sebelum kejadian itulah kuncinya!" katanya kemudian.
"Ya. Dia memang masih misterius. Siapa dia itu? Bukan Sonny, jadi siapa?"
"Menilik waktunya kira-kira bersamaan dengan saat aku menelepon. Jangan-jangan..." Ekspresi David tampak gempar.
"Jangan-jangan apa?"
"Jangan-jangan bukan Sonny yang menyahut teleponku. Orang misterius itulah yang ngomong. Kalau kuingat-ingat sekarang, sepertinya suaranya lain. Sonny kan suaranya bariton. Gampang dikenali. Tapi yang itu... ah, memang lain. Ketika itu mana sempat aku mikir yang tidak-tidak. Suasana sudah kacau. Takut sekali. Habis, Jakarta s
http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika Barongsai Menari - V. Lestari
udah dikuasai penjarah dan pembunuh. Dan orang kita dijadikan sasaran."
Tom tegang sekali. Setelah David pergi, ia masih diliputi ketegangan. Ia tidak tega membagi ketegangan itu dengan orangtuanya. Mereka sudah mengikhlaskan kematian Sonny.
Belum pernah Adam merasa selega itu. Beban yang selama ini menindihnya sudah lenyap. Mulai sekarang ia bisa menjalani hidup dengan tenang. Tentu masih ada satu masalah yang mengganjal. Si Jason! Tetapi itu tidak terlalu merisaukan. Ia yakin ada saatnya
313
Jason akan menerimanya. Anak itu masih akan tumbuh. Kelak bila sudah besar, masa dia tidak membutuhkan bimbingan seorang ayah? Biarlah sekarang jauh-jauh dulu. Ia toh masih terlalu kecil untuk bisa "dinikmati". Adam sudah belajar menguasai perasaannya. Tak ada gunanya iri hati pada orang lain yang bisa menimang Jason tanpa halangan. Biar saja. Ia tidak perlu memedulikannya.
Tetapi ketidakpedulian Adam itu tidak menyenangkan perasaan Kristin.
"Kau mestinya berupaya terus, Mas. Jangan apatis dong."
"Bagaimana kalau dia menjerit-jerit lagi bila ku-dekati?"
"Tidak apa-apa. Namanya juga berusaha. Kalau tidak dicoba, mana mungkin kita tahu apakah dia sudah bisa menerimamu atau tidak."
Adam merasa pendapat Kristin itu ada benarnya. Meskipun ada kecemasan, tapi ia sendiri juga ingin tahu.
Maka sore itu setelah mandi ia ke kamar bayi bersama Kristin. Rasanya sudah lama sekali ia tidak masuk ke situ. Padahal cuma dalam hitungan hari. Adam berlindung di belakang Kristin ketika mereka mendekati boks Jason. Kristin merasa geli melihat tingkah Adam, tapi ia pun tegang. Toh ia optimis. Bukankah selama ini ia tidak pernah bosan "membujuk" Jason agar mau menerima Adam?
Jason membuka matanya yang jernih. Ia menatap ibunya.
"Hai, Son! Baru bangun, Sayang?" sapa Kristin. Jason cuma menatap.
314
"Papa datang menjengukmu, Son. Terima Papa, ya? Nih, dia sembunyi di belakang Mama," kata Kristin lagi. Lalu dia menyisih sambil menarik Adam ke sisinya. Maka Adam berhadapan dengan Jason. Keduanya saling menatap. Kristin mengamati dengan penuh ketegangan.
Jason diam saja. Matanya tampak jernih seperti biasa.
Kristin menyikut pelan lengan Adam. "Belai kepalanya," ia berbisik.
Adam mengulurkan tangan. Dengan takut-takut ia menyentuh sebentar kepala Jason, lalu menariknya lagi dengan cepat. Tak ada reaksi apa-apa dari Jason.
Kristin semakin yakin. Ia membungkuk lalu mengangkat Jason dan menggendongnya. Ia mencium Jason. "Kau manis sekali, Son! Terima kasih ya, sayang?" katanya penuh syukur. "Sekarang sama Papa, ya?"
Kristin menyodorkan Jason kepada Adam. Sesaat Adam ragu-ragu. Kekhawatiran masih menguasainya. Tapi Kristin mengangguk memberi semangat. Adam mengulurkan tangan, mengambil alih Jason dengan hati-hati. Jason diam. Matanya masih menatap biasa saja. Kristin tersenyum lega.
Akhirnya dia menyerah juga, pikir Adam dengan perasaan senang tak kepalang. Ada rasa menang juga. Mungkin pengaruh dari perkembangan situasi belakangan ini. Dia di pihak yang menang.
Lalu Adam terpaku. Kaget dan kengerian tampak di wajahnya. Lenyap sudah senyum dan kelembutan yang semula diekspresikannya. Tak salahkah matanya?
315
Tak salahkah? Yang ada di tangannya itu bukanlah wajah mungil Jason, melainkan wajah Sonny dengan mata terbelalak!
Adam memekik. Jason pun melengkingka n tangisnya. Lalu dengan gerakan mendadak Adam mel empar Jason! Kristin menjerit. Tapi karena ia sudah siap dengan reaksi-reaksi tak terduga, apalagi setelah melih at ekspresi Adam yang aneh, maka ia segera bergerak dengan cepat. Setelah sempat terpaku sejenak ia meng gerakkan tubuhnya dengan lentur dan sigap ketika ia melompat dan berhasil menangkap Jason sebelum bayi itu menyentuh lantai! Sambil memeluk Jason ia terdud uk di lantai lalu tersedu-sedu.
Adam masih berdiri dengan wajah kaku. Kedua tangannya terangkat seolah siap melakukan perlawanan atas penyerangan terhadapnya.
Kristin memeluk Jason yang masih menangis. Tatapannya tertuju kepada Adam dengan sorot ketakutan. "Kau kenapa, Mas? Kenapaaa...?" tanyanya dengan suara gemetar. Tubuhnya pun gemetaran.
Adam segera sadar. Ia menurunkan tangannya. Tapi ekspresi
http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika Barongsai Menari - V. Lestari