Cerita Cinta | Ketika Barongsai Menari | by V. Lestari | Ketika Barongsai Menari | Cersil Sakti | Ketika Barongsai Menari pdf
Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III
horor di wajahnya masih tampak. Ia menatap Kristin dan Jason bergantian lalu mendekat. Kristin beringsut menjauh dan mendekap Jason lebih erat. "Jangan, Mas! Jangan!" serunya ketakutan.
Adam menghentikan langkahnya. Apa yang dilihatnya tadi tak tampak lagi sekarang. Tetapi debaran di jantungnya masih kencang. Setelah lebih tenang, yang terasa adalah kemarahan. "Dasar anak setan!" ia berseru.
Kristin terbelalak. "Apa katamu? Apaaa?" jeritnya. "Anak setan!" ulang Adam lebih keras.
316
"Sadarkah kau... siapa yang kaumaksud?" Kristin gemetar. Sedih, takut, marah, semua menjadi satu.
Adam mengarahkan telunjuknya kepada Jason. Tangis Kristin pun meledak. Jason dalam pelukannya menangis lagi, padahal tadi sudah diam.
"Pergi kau! Keluar!" seru Kristin di sela isak tangisnya.
Adam melemparkan tatap kebencian sekali lagi kepada Kristin dan Jason, lalu melenggang pergi. Ketika membuka pintu kamar, ia memergoki Bi Iyah sedang berdiri di situ. Dengan tersipu Bi Iyah cepat-cepat pergi. Hampir saja Adam membentaknya. Tapi kemudian ia teringat bahwa Bi Iyah loyal kepadanya.
Kemudian ia memutuskan untuk keluar rumah. Ia mengambil kunci mobilnya. Tanpa mengatakan sesuatu kepada Kristin ia pergi. "Bilang Ibu, aku pergi sebentar!" katanya kepada Bi Iyah.
Kristin mencium Jason lalu meletakkannya kembali di boksnya. Anak itu sudah tenang kembali. Kemudian Kristin mengempaskan tubuhnya di atas dipan. Perasaannya hancur luluh. Ia tak bisa memahami bagaimana mungkin Adam setega itu mengatai Jason dengan sebutan mengerikan seperti itu. Benar-benar sakit hatinya.
Sekarang ia benar-benar putus asa. Semula harapannya selangit, lalu harapan itu hampir jadi kenyataan ketika tadi melihat Jason sudah menerima Adam saat dibelai dan kemudian digendong. Lalu begitu saja Adam memekik dan memandang Jason seolah melihat hantu. Tentu saja Jason menangis. Sekarang situasi jadi terbalik. Mulanya Jason yang menolak Adam,
317
sekarang Adam menolak Jason. Bahkan Adam tega melemparkannya bagaikan melempar benda mati. Bagaimana kalau ia tak berhasil menangkap Jason? Anak itu pasti... aduh, ia tak berani membayangkannya!
Barangkali dirinya salah karena telah mendorong Adam. Seandainya ia tidak melakukannya, maka kengerian itu pastilah tidak terjadi. Padahal mereka sudah bertekad untuk memperbaiki dan membina kembali hubungan yang mendingin. Sia-sia semuanya. Bukan saja mereka kembali ke nol, tapi bahkan lebih mundur lagi.
Seharusnya ia bersabar. Tadi Adam sudah segan. Tapi ia memaksa. Inilah akibatnya. Salah diakah? Apa yang salah? Tadi tak ada yang salah. Adam-lah yang salah!
Kristin tersentak. Ia duduk tegak. Lalu memandang berkeliling. "Sonny? Engkaukah yang mengganggu?" katanya pelan. "Ah, pasti engkau! Tapi kenapa? Kau baik, kan?"
Terdengar isakan Jason. Kristin tersadar. Apakah Jason pipis atau lapar? Ia mengurus Jason dengan air mata berlinang. Ia bicara sendiri mengeluhkan nasibnya. Tetapi tak ada yang menyahut. Tak ada Sonny. Tak ada siapa-siapa.
Terdengar ketukan di pintu kamarnya yang bersebelahan dengan kamar bayi. "Kris! Kris!" Itu suara Maria.
Kristin cepat-cepat mengeringkan air matanya. Ia merapikan Jason di boksnya.
"Kris! Kau baik-baik saja?" kembali terdengar suara Maria.
318
"Ya, Tante! Masuk saja!" teriak Kristin.
Tak lama kemudian Maria masuk. Kristin memalingkan muka. Tapi Maria keburu melihat wajahnya yang memerah. "Kenapa, Kris? Tadi aku dengar kegaduhan di sini. Lalu kulihat Adam keluar dengan mobilnya. Aku memberanikan diri menjengukmu. Kau tidak apa-apa?" tanya Maria khawatir.
"Tidak apa-apa, Tante." Kristin berusaha gagah.
Maria menatap tidak percaya. "Betul tidak apa-apa? Bukan maksudku ikut campur, Kris. Aku cuma mengkhawatirkan dirimu dan Jason."
Lalu Kristin tak kuasa lagi menahan diri. Ia memeluk Maria dan tersedu-sedu.
Setelah berulang-ulang mempelajari coretan Harun yang ditemukannya, Anwar mengambil keputusan. Bila ayahnya telah melakukan kesalahan, maka ia bertekad akan memperbaiki kesalahan itu. Ia tak boleh menirukan atau mengulangi kesalahan yang sama. Tetapi ia juga ingin membantu ayahnya dengan melanjutkan jerih payahnya yan
http://cerita-silat.mywapblog.com
g terpaksa ia tinggalkan. Catatan itu dibuat dengan pemikiran mendalam.
Ia bukan cuma bersedih, tapi juga marah dan dendam.
Selesai makan malam bersama orangtuanya, Tom mengangkat telepon yang berdering. Jantungnya berdebar lebih kencang ketika si penelepon memperkenalkan dirinya sebagai Anwar, putra Harun. Anwar mengatakan, ia memperoleh nomor telepon ini dari Henry. Ia ingin bertemu dan berbicara malam itu juga, kalau Tom tidak keberatan. Masalahnya, ia
319
ingin kasus ayahnya selesai secepat mungkin. Supaya nanti malam bisa enak tidur, katanya sambil tertawa. Tentu saja Tom bersedia. Ia sendiri menghendaki hal yang sama.
Kedua orangtuanya ikut merasakan ketegangan.
"Jadi masih ada masalah, ya?" keluh Lien.
"Apa kematian Harun bisa melibatkan kita?" Bun Liong cemas.
"Jangan khawatir dulu. Kita kan belum bertemu dengannya," hibur Tom. "Mungkin ada informasi baru yang diceritakan Harun kepada anaknya. Sesuatu yang dianggapnya penting untuk kita ketahui juga. Kalau ia menganggap kita terlibat atau bersalah, apa salahnya?"
Ketiganya merasa gelisah menunggu kedatangan Anwar.
Maria menemani Kristin selama beberapa waktu.
"Apa saya salah, Tante?" tanya Kristin.
"Menurutku tidak. Adam yang salah. Apa dia mengatakan alasannya, kenapa ia sampai melempar Jason?"
"Tidak. Tapi dia memandang Jason seperti melihat hantu. Padahal sebelumnya tidak."
"Hantu?" Maria melihat berkeliling seolah ingin mencari pembuktian.
"Ya. Matanya melotot. Lalu dia memekik kaget. Sesudah itu dia melempar Jason."
"Begitu?"
"Ya. Aneh, kan?"
Kristin menyatakannya dengan serius. Meskipun ia sudah menduga apa yang sebenarnya dilihat Adam
320
hingga ia begitu kaget, tapi ia tidak mengerti kenapa Adam bisa ikut "melihat" seperti dirinya. Bukankah hanya orang yang punya kepekaan tertentu saja yang punya kemampuan seperti itu, seperti yang diyakininya selama ini? Apalagi sebelumnya Adam tidak pernah memperlihatkan gejala seperti itu. Kalau memang iya, sampai menimbulkan ketakutan, kenapa Adam bertahan tinggal di situ? Apalagi rumah itu pilihan Adam sendiri, dan dia tahu betul riwayatnya. Selama ini ia menilai Adam bermental kuat dan memiliki keberanian.
Tetapi Kristin bertahan untuk tidak menceritakan semua hal itu kepada Maria, meskipun ia merasakan kedekatan bagaikan kepada ibu sendiri. Yang tahu hanyalah Tom. Biarlah tetap Tom seorang yang tahu.
"Aneh memang. Tapi kau tidak takut, kan?"
"Tidak, Tante," Kristin berkata dengan sesungguhnya. Selama ini ia yakin, Sonny adalah "sahabat". Karena itu ia pasti akan melindunginya. Bukan mencelakakan. Sayang ia tak bisa menjelaskannya kepada Maria.
"Syukurlah. Itu yang penting. Kau harus menjaga Jason baik-baik."
"Tentu saja, Tante. Dia adalah segalanya bagi saya."
Maria menepuk Kristin, memberinya semangat. Sebenarnya ia merasa itu merupakan saat yang baik untuk menanyakan semua keanehan yang pernah diperlihatkan Kristin sebelumnya. Tapi ia tidak tega. Ia juga khawatir kalau pertanyaannya nanti justru membangkitkan ketakutan Kristin.
"Jaga diri baik-baik ya, Kris?" pesan Maria sekali
321
lagi sebelum pulang. "Kalau ada apa-apa, berteriaklah. Tante dan Oom akan datang secepatnya!" "Terima kasih, Tante."
Sesudah Maria pulang, Kristin meraih telepon. Ia sudah memutuskan. Demi Jason, ia membutuhkan bantuan orang lain. Orangtuanya sendiri jauh dan ia tak punya teman atau kerabat dekat.
Telepon di rumah Tom berdering, membuat orang-orang yang sedang gelisah terlonjak kaget. Tom mengangkatnya. Wajahnya tampak surprise mendengar suara Kristin. Apalagi Kristin bicara dalam bahasa Inggris. Ia tak menyangka bahwa Kristin cukup fasih berbahasa Inggris. Tapi ia segera memahami bahwa Kristin bukanlah sedang membanggakan diri. Pasti ada alasannya kenapa Kristin menggunakan bahasa itu.
Tom terkejut mendengar cerita Kristin yang menggegerkan. Tengkuknya meremang membayangkan cedera yang bisa menimpa Jason seandainya tak terselamatkan. Lalu ia sadar kedua orangtuanya tekun mendengarkan omongannya, berusaha memahami apa yang tengah dibicarakan. Tentu mereka mengamati ekspresinya yang risau.
Setelah telepon diletakkan Tom menceritakan apa
http://cerita-silat.mywapblog.com
Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III
horor di wajahnya masih tampak. Ia menatap Kristin dan Jason bergantian lalu mendekat. Kristin beringsut menjauh dan mendekap Jason lebih erat. "Jangan, Mas! Jangan!" serunya ketakutan.
Adam menghentikan langkahnya. Apa yang dilihatnya tadi tak tampak lagi sekarang. Tetapi debaran di jantungnya masih kencang. Setelah lebih tenang, yang terasa adalah kemarahan. "Dasar anak setan!" ia berseru.
Kristin terbelalak. "Apa katamu? Apaaa?" jeritnya. "Anak setan!" ulang Adam lebih keras.
316
"Sadarkah kau... siapa yang kaumaksud?" Kristin gemetar. Sedih, takut, marah, semua menjadi satu.
Adam mengarahkan telunjuknya kepada Jason. Tangis Kristin pun meledak. Jason dalam pelukannya menangis lagi, padahal tadi sudah diam.
"Pergi kau! Keluar!" seru Kristin di sela isak tangisnya.
Adam melemparkan tatap kebencian sekali lagi kepada Kristin dan Jason, lalu melenggang pergi. Ketika membuka pintu kamar, ia memergoki Bi Iyah sedang berdiri di situ. Dengan tersipu Bi Iyah cepat-cepat pergi. Hampir saja Adam membentaknya. Tapi kemudian ia teringat bahwa Bi Iyah loyal kepadanya.
Kemudian ia memutuskan untuk keluar rumah. Ia mengambil kunci mobilnya. Tanpa mengatakan sesuatu kepada Kristin ia pergi. "Bilang Ibu, aku pergi sebentar!" katanya kepada Bi Iyah.
Kristin mencium Jason lalu meletakkannya kembali di boksnya. Anak itu sudah tenang kembali. Kemudian Kristin mengempaskan tubuhnya di atas dipan. Perasaannya hancur luluh. Ia tak bisa memahami bagaimana mungkin Adam setega itu mengatai Jason dengan sebutan mengerikan seperti itu. Benar-benar sakit hatinya.
Sekarang ia benar-benar putus asa. Semula harapannya selangit, lalu harapan itu hampir jadi kenyataan ketika tadi melihat Jason sudah menerima Adam saat dibelai dan kemudian digendong. Lalu begitu saja Adam memekik dan memandang Jason seolah melihat hantu. Tentu saja Jason menangis. Sekarang situasi jadi terbalik. Mulanya Jason yang menolak Adam,
317
sekarang Adam menolak Jason. Bahkan Adam tega melemparkannya bagaikan melempar benda mati. Bagaimana kalau ia tak berhasil menangkap Jason? Anak itu pasti... aduh, ia tak berani membayangkannya!
Barangkali dirinya salah karena telah mendorong Adam. Seandainya ia tidak melakukannya, maka kengerian itu pastilah tidak terjadi. Padahal mereka sudah bertekad untuk memperbaiki dan membina kembali hubungan yang mendingin. Sia-sia semuanya. Bukan saja mereka kembali ke nol, tapi bahkan lebih mundur lagi.
Seharusnya ia bersabar. Tadi Adam sudah segan. Tapi ia memaksa. Inilah akibatnya. Salah diakah? Apa yang salah? Tadi tak ada yang salah. Adam-lah yang salah!
Kristin tersentak. Ia duduk tegak. Lalu memandang berkeliling. "Sonny? Engkaukah yang mengganggu?" katanya pelan. "Ah, pasti engkau! Tapi kenapa? Kau baik, kan?"
Terdengar isakan Jason. Kristin tersadar. Apakah Jason pipis atau lapar? Ia mengurus Jason dengan air mata berlinang. Ia bicara sendiri mengeluhkan nasibnya. Tetapi tak ada yang menyahut. Tak ada Sonny. Tak ada siapa-siapa.
Terdengar ketukan di pintu kamarnya yang bersebelahan dengan kamar bayi. "Kris! Kris!" Itu suara Maria.
Kristin cepat-cepat mengeringkan air matanya. Ia merapikan Jason di boksnya.
"Kris! Kau baik-baik saja?" kembali terdengar suara Maria.
318
"Ya, Tante! Masuk saja!" teriak Kristin.
Tak lama kemudian Maria masuk. Kristin memalingkan muka. Tapi Maria keburu melihat wajahnya yang memerah. "Kenapa, Kris? Tadi aku dengar kegaduhan di sini. Lalu kulihat Adam keluar dengan mobilnya. Aku memberanikan diri menjengukmu. Kau tidak apa-apa?" tanya Maria khawatir.
"Tidak apa-apa, Tante." Kristin berusaha gagah.
Maria menatap tidak percaya. "Betul tidak apa-apa? Bukan maksudku ikut campur, Kris. Aku cuma mengkhawatirkan dirimu dan Jason."
Lalu Kristin tak kuasa lagi menahan diri. Ia memeluk Maria dan tersedu-sedu.
Setelah berulang-ulang mempelajari coretan Harun yang ditemukannya, Anwar mengambil keputusan. Bila ayahnya telah melakukan kesalahan, maka ia bertekad akan memperbaiki kesalahan itu. Ia tak boleh menirukan atau mengulangi kesalahan yang sama. Tetapi ia juga ingin membantu ayahnya dengan melanjutkan jerih payahnya yan
http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika Barongsai Menari - V. Lestari
g terpaksa ia tinggalkan. Catatan itu dibuat dengan pemikiran mendalam.
Ia bukan cuma bersedih, tapi juga marah dan dendam.
Selesai makan malam bersama orangtuanya, Tom mengangkat telepon yang berdering. Jantungnya berdebar lebih kencang ketika si penelepon memperkenalkan dirinya sebagai Anwar, putra Harun. Anwar mengatakan, ia memperoleh nomor telepon ini dari Henry. Ia ingin bertemu dan berbicara malam itu juga, kalau Tom tidak keberatan. Masalahnya, ia
319
ingin kasus ayahnya selesai secepat mungkin. Supaya nanti malam bisa enak tidur, katanya sambil tertawa. Tentu saja Tom bersedia. Ia sendiri menghendaki hal yang sama.
Kedua orangtuanya ikut merasakan ketegangan.
"Jadi masih ada masalah, ya?" keluh Lien.
"Apa kematian Harun bisa melibatkan kita?" Bun Liong cemas.
"Jangan khawatir dulu. Kita kan belum bertemu dengannya," hibur Tom. "Mungkin ada informasi baru yang diceritakan Harun kepada anaknya. Sesuatu yang dianggapnya penting untuk kita ketahui juga. Kalau ia menganggap kita terlibat atau bersalah, apa salahnya?"
Ketiganya merasa gelisah menunggu kedatangan Anwar.
Maria menemani Kristin selama beberapa waktu.
"Apa saya salah, Tante?" tanya Kristin.
"Menurutku tidak. Adam yang salah. Apa dia mengatakan alasannya, kenapa ia sampai melempar Jason?"
"Tidak. Tapi dia memandang Jason seperti melihat hantu. Padahal sebelumnya tidak."
"Hantu?" Maria melihat berkeliling seolah ingin mencari pembuktian.
"Ya. Matanya melotot. Lalu dia memekik kaget. Sesudah itu dia melempar Jason."
"Begitu?"
"Ya. Aneh, kan?"
Kristin menyatakannya dengan serius. Meskipun ia sudah menduga apa yang sebenarnya dilihat Adam
320
hingga ia begitu kaget, tapi ia tidak mengerti kenapa Adam bisa ikut "melihat" seperti dirinya. Bukankah hanya orang yang punya kepekaan tertentu saja yang punya kemampuan seperti itu, seperti yang diyakininya selama ini? Apalagi sebelumnya Adam tidak pernah memperlihatkan gejala seperti itu. Kalau memang iya, sampai menimbulkan ketakutan, kenapa Adam bertahan tinggal di situ? Apalagi rumah itu pilihan Adam sendiri, dan dia tahu betul riwayatnya. Selama ini ia menilai Adam bermental kuat dan memiliki keberanian.
Tetapi Kristin bertahan untuk tidak menceritakan semua hal itu kepada Maria, meskipun ia merasakan kedekatan bagaikan kepada ibu sendiri. Yang tahu hanyalah Tom. Biarlah tetap Tom seorang yang tahu.
"Aneh memang. Tapi kau tidak takut, kan?"
"Tidak, Tante," Kristin berkata dengan sesungguhnya. Selama ini ia yakin, Sonny adalah "sahabat". Karena itu ia pasti akan melindunginya. Bukan mencelakakan. Sayang ia tak bisa menjelaskannya kepada Maria.
"Syukurlah. Itu yang penting. Kau harus menjaga Jason baik-baik."
"Tentu saja, Tante. Dia adalah segalanya bagi saya."
Maria menepuk Kristin, memberinya semangat. Sebenarnya ia merasa itu merupakan saat yang baik untuk menanyakan semua keanehan yang pernah diperlihatkan Kristin sebelumnya. Tapi ia tidak tega. Ia juga khawatir kalau pertanyaannya nanti justru membangkitkan ketakutan Kristin.
"Jaga diri baik-baik ya, Kris?" pesan Maria sekali
321
lagi sebelum pulang. "Kalau ada apa-apa, berteriaklah. Tante dan Oom akan datang secepatnya!" "Terima kasih, Tante."
Sesudah Maria pulang, Kristin meraih telepon. Ia sudah memutuskan. Demi Jason, ia membutuhkan bantuan orang lain. Orangtuanya sendiri jauh dan ia tak punya teman atau kerabat dekat.
Telepon di rumah Tom berdering, membuat orang-orang yang sedang gelisah terlonjak kaget. Tom mengangkatnya. Wajahnya tampak surprise mendengar suara Kristin. Apalagi Kristin bicara dalam bahasa Inggris. Ia tak menyangka bahwa Kristin cukup fasih berbahasa Inggris. Tapi ia segera memahami bahwa Kristin bukanlah sedang membanggakan diri. Pasti ada alasannya kenapa Kristin menggunakan bahasa itu.
Tom terkejut mendengar cerita Kristin yang menggegerkan. Tengkuknya meremang membayangkan cedera yang bisa menimpa Jason seandainya tak terselamatkan. Lalu ia sadar kedua orangtuanya tekun mendengarkan omongannya, berusaha memahami apa yang tengah dibicarakan. Tentu mereka mengamati ekspresinya yang risau.
Setelah telepon diletakkan Tom menceritakan apa
http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika Barongsai Menari - V. Lestari