Cerita Silat | Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak | by Rajakelana | Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak | Kong Ciak Bi-Siucai | Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak pdf
Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I
Berselang beberapa saat sebuah rombongan piauwsu
memasuki kota, dan beberapa piauwsu menoleh
padanya
“heh kalian berhenti! teriak Han-ok-liang, ketua
rombongan tidak menggubris
“jalan terus! jangan pedulikan gelandangan itu!” Han-
ok-liang mendelik marah
“bangsat monyet-monyet buduk! berhenti kataku!”
bentaknya dengan marah, empat kuda tunggangan
dan tiga kuda yang menarik kereta meringkik karena
terkejut, kontan sepuluh piuawsu itu terperanjat dan
mengehentikan langkah, karena telingan mereka
sontak berdenging dan jantung mereka berguncang
hebat, ketua rombongan itupun terkesiap karena kuda
yang ditungganginya hampir melemparkan tubuhnya.
Wajah ketua rombongan itu pucat dan menoleh Han-
ok-liang, hatinya kecut merasakan hebatnya bentakan
yang mengandung sin-kang tersebut, ia melihat anak
buahnya semuanya pucat dan bahkan empat orang
duduk menggeloso ditanah dengan bibir bergetar, dan
satu diantaranya muntah-muntah
“a..ada apa tuan menyuruh kami berhenti?” tanya
ketua rombongan dengan nada bergetar
“huh! kamu tahu berhadapan dengan siapa!?”
“ti..tidak tuan, maafkan atas kelancangan saya, yang
tidak mengenal orang sakti”
“cih! sekarang kamu baru tahu orang sakti, cepat
bawakan payung!
“ba..baik tuan.” Ketua rombongan itu turun dari
kudanya dan mengambil sebuah payung kedalam
kereta, lalu dengan langkah bergetar ia mendekati
Han-ok-liang, Han-ok-liang mengambil kasar payung
itu dari tangannya yang gemetar.
Han-ok-liang berjalan menuju kereta kud, setelah ia
duduk didalam dengan sinis ia berkata
“cepat jalankan kereta! dan biarkan empat orang
yang tergeletak itu!
“ta..tapi tuan…” dari dalam kereta Han-ok-liang
menyela
“heh monyet apa kamu mau membawa mayat dan
meletakkannya didalam kereta!?” ketua rombongan
tercenung lalu melihat melihat kebelakang dimana
empat orang anggotanya yang tergeletak, dan
ternyata empat anggotanya itu sudah meregang
nyawa dengan hidung dan telinga mengeluarkan
darah, maka dengan terpaksa ia dan lima orang anak
buahnya menjalankan kereta kuda meninggalkan
tempat itu.
Setengah jam kemudian mereka sampai di kantor
piauwkiok, pimpinan piauwkiok dan tiga orang
piauwsu lain menyambut kedatangan mereka, namun
mereka heran melihat wajah ketua piauwsu dan
anggotanya pucat pias
“kalian kenapa? wajah kalian nampak pu…” ia tidak
melanjutkan kata-katanya karena saat Han-ok-liang
keluar dari dalam kereta
“jangan banyak bertanya, cepat hidangkan makanan
dan arak untukku!”
“heh.. kamu ini siapa!?” tanya pimpinan piauwkiok
sedikit jengkel karena merasa diperintah orang
“hehehe….kamu mau tahu siapa saya!? kesini! ih…
plak…plak…” Han-ok-liang tiba-tiba mengulurkan
tangan dan pimpinan piauwkiok mencoba berkelit,
namun dua tamparan entah bagaimana telah
mendarat di kedua pipinya, pandangannya nanar dan
kepalanya pusing, sementara dikedua sudut bibirnya
pecah berdarah.
“heh! kalian cepat siapkan makanan dan arak
sebelum aku menghajar kalian semua!” bentak Han-
ok-liang pada ketiga piuawsu yang lain, tiga orang itu
dengan hati kecut melaksanakan perintah Han-ok-
liang, sementara ketua rombongan dan dua piauwsu
mengangkat tubuh pimpinan mereka.
Han-ok-liang duduk dikursi makan dan m enikmati
hidangan yang disediakan, sementara pimpinan
piauwkiok dan tiga pembantu utamanya berdiri
dibelakang dengan rasa takut dan rasa penasaran
akan siapa yang telah mempecundangi mereka,
setelah Han-ok-liang selesai makan, ia berdiri dan
membalik badan
“sekarang aku mau istirahat, karena hujan lebat dan
angin kencang membuat hawa dingin, jadi carikan
wanita cantik untuk menemaniku!” para pi uawsu
terkejut dan saling memandang.
“cepat kalian pergi ke rumah plesiran dan panggil
ang-giok kesini!” ujar pimpinan piuawkiok pada
pembantunya, dua pembantunya segera keluar untuk
melaksanakan perintah.
Ketika malam tiba dan hujan masih mengguyur kota
Bianping, wanita bernama ang-giok pun datang,
http://cerita-silat.mywapblog.com
wanita muda berumur dua puluh satu tahun berparas
cantik lagi bermata bintang, wanita itu dibawa
kedalam kamar dimana Han-ok-liang sedang
berbaring malas-malasan
“ini wanita yang dimaksud tuan!” Han-ok-liang
menatap wanita berparas ayu tersebut, mulutnya
tersenyum puas
“bagus! sekarang kalian boleh keluar!” perintah Han-
ok-liang, dua piauwsu itu segera keluar dan menuju
ruang tengah dimana pimpinan mereka bersama
piuawsu lainnya menunggu.
Han-ok-liang malam itu bermanja sayang dalam
dekapan wanita panggilan bernama ang-giok yang
berpengalaman, sementara para piuawsu diruang
tengah saling kasak-kusuk
“siapakah dia liu-te! kalian bertemu dimana!?” tanya
pimpinan piuawkiok pada ketua rombongan
“kami bertemu di gerbang barat dan siapa dia, aku
juga tidak tahu Coa-pangcu.”
“hmh..apakah orang ini jangan-jangan adalah…..dia”
sela seorang piauwsu
“siapa maksudmu Yap-te!?” tanya Coa-pangcu
penasaran, dan rekannya yang lain juga menatap
pada she-Yap
“apakah ia ini mungkin adalah pak-hek-liong?”
mendengar itu mereka terkesiap dan makin takut
“kalau orang ini pak-hek-liong, habislah kita semua
Coa-pangcu, apa yang harus kita lakukan?” ujar she-
Liu dengan bibir bergetar, Coa-pangcu terdiam dan
bingung akan berbuat apa.
“hmh….selagi kita menuruti kemauannya, nyawa kita
kemungkinan selamat!” desah Coa-pangcu
“benar! sebaiknya kita tidak membuat hal yang
membuat dia murka.” sela she-Yap dan yang lain
mengangguk membenarkan, lalu merekapun bubar
dan berusaha menenangkan diri, malam itu semua
piuawsu tidak dapat tidur karena takut dan was-was.
Keesokan harinya Han-ok-liang bangun saat matahari
sudah naik tinggi, ia membuka matanya dan menatap
wajah ang-giok yang cantik sedang tersenyum
memandang padanya padanya
“tuan sudah bangun!” sapanya sambil menggelung
rambutnya yang kusut terurai, Han-ok-liang bangkit
“kamu tetap disini melayaniku Ang-giok!” Ang-giok
tersenyum manis dan dengan lembut ia berkata
“tuan! Aku mau dan senang melayanimu, tapi
bagaimana dengan Cia-ma ditempatku bekerja!?”
“itu biar aku yang urus, dan sekarang kamu temani
aku mandi!” ujarnya sambil turun dari ranjang
“hihihi.....tuan mau dimandiin” hihihi...marilah sayang!
kita mandi bersama.” Ang-giok tersenyum genit nakal
menggairahkan, lalu keduanya keluar dari kamar.
Seorang pelayan berpapasan dengan mereka, pelayan
itu terkejut hendak menghindar
“tunggu dulu! hayo tunjukkan pada kami tempat
mandi!”
“ba..baik tuan! mari sebelah sini!” sahut pelayan
sambil melangkah membawa orang yang membuat
majikannya seperti mati kutu, hatinya juga ikut was-
was dengan keberadaan orang yang katanya pak-
hek-liong
“silahkan kedalam tuan!” ujar pelayan, Han-ok-liang
dan ang-giok masuk kedalam, dan sebelum menutup
pintu Han-ok-liang berkata sinis
“katakan pada majikanmu! untuk mempersiapkan
makanan untuk kami!” pelayan mengangguk lalu
membalik badan untuk menyampaikan hal itu kepada
majikannya.
Coa-pangcu tanpa banyak komentar menyuruh para
pelayan menyiapkan hidangan, sementara diluar tiga
puluh anak buahnya duduk menganggur dengan hati
bingung, kemunculan Han-ok-liang membuat mereka
kecut dan ketakutan, dan mereka dari tadi pagi sudah
dikumpulkan untuk bersiap-siap menghadap pak-hek-
liong, ketika pinpinan mereka keluar dan
menyampaikan bahwa pak-hek-liong sedang mandi
dan sebentar lagi akan makan, dan setelah itu
mereka akan menghadap, hal itu membuat jantung
mereka makin berdebar.
Waktu yang mereka tunggu pun tiba, Coa-pangcu
mengajak mereka masuk kedalam dan menuju ruang
tengah, diruang tengah Han-ok-liang duduk
didampingi Ang-giok yang sedang bermanja, melihat
kedatangan para piuawsu Ang-giok merasa heran dan
hendak bangkit dari pangkuan Han-ok-liang, namun
niatnya itu urung karena bahunya dipeluk Han-ok-
liang sehingga ia mandah saja. tiga puluh piauwsu itu
duduk dengan wajah ketakutan
“ada apa!? kenapa kalian kesini dan menggangguku!?”
http://cerita-silat.mywapblog.com
Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I
Berselang beberapa saat sebuah rombongan piauwsu
memasuki kota, dan beberapa piauwsu menoleh
padanya
“heh kalian berhenti! teriak Han-ok-liang, ketua
rombongan tidak menggubris
“jalan terus! jangan pedulikan gelandangan itu!” Han-
ok-liang mendelik marah
“bangsat monyet-monyet buduk! berhenti kataku!”
bentaknya dengan marah, empat kuda tunggangan
dan tiga kuda yang menarik kereta meringkik karena
terkejut, kontan sepuluh piuawsu itu terperanjat dan
mengehentikan langkah, karena telingan mereka
sontak berdenging dan jantung mereka berguncang
hebat, ketua rombongan itupun terkesiap karena kuda
yang ditungganginya hampir melemparkan tubuhnya.
Wajah ketua rombongan itu pucat dan menoleh Han-
ok-liang, hatinya kecut merasakan hebatnya bentakan
yang mengandung sin-kang tersebut, ia melihat anak
buahnya semuanya pucat dan bahkan empat orang
duduk menggeloso ditanah dengan bibir bergetar, dan
satu diantaranya muntah-muntah
“a..ada apa tuan menyuruh kami berhenti?” tanya
ketua rombongan dengan nada bergetar
“huh! kamu tahu berhadapan dengan siapa!?”
“ti..tidak tuan, maafkan atas kelancangan saya, yang
tidak mengenal orang sakti”
“cih! sekarang kamu baru tahu orang sakti, cepat
bawakan payung!
“ba..baik tuan.” Ketua rombongan itu turun dari
kudanya dan mengambil sebuah payung kedalam
kereta, lalu dengan langkah bergetar ia mendekati
Han-ok-liang, Han-ok-liang mengambil kasar payung
itu dari tangannya yang gemetar.
Han-ok-liang berjalan menuju kereta kud, setelah ia
duduk didalam dengan sinis ia berkata
“cepat jalankan kereta! dan biarkan empat orang
yang tergeletak itu!
“ta..tapi tuan…” dari dalam kereta Han-ok-liang
menyela
“heh monyet apa kamu mau membawa mayat dan
meletakkannya didalam kereta!?” ketua rombongan
tercenung lalu melihat melihat kebelakang dimana
empat orang anggotanya yang tergeletak, dan
ternyata empat anggotanya itu sudah meregang
nyawa dengan hidung dan telinga mengeluarkan
darah, maka dengan terpaksa ia dan lima orang anak
buahnya menjalankan kereta kuda meninggalkan
tempat itu.
Setengah jam kemudian mereka sampai di kantor
piauwkiok, pimpinan piauwkiok dan tiga orang
piauwsu lain menyambut kedatangan mereka, namun
mereka heran melihat wajah ketua piauwsu dan
anggotanya pucat pias
“kalian kenapa? wajah kalian nampak pu…” ia tidak
melanjutkan kata-katanya karena saat Han-ok-liang
keluar dari dalam kereta
“jangan banyak bertanya, cepat hidangkan makanan
dan arak untukku!”
“heh.. kamu ini siapa!?” tanya pimpinan piauwkiok
sedikit jengkel karena merasa diperintah orang
“hehehe….kamu mau tahu siapa saya!? kesini! ih…
plak…plak…” Han-ok-liang tiba-tiba mengulurkan
tangan dan pimpinan piauwkiok mencoba berkelit,
namun dua tamparan entah bagaimana telah
mendarat di kedua pipinya, pandangannya nanar dan
kepalanya pusing, sementara dikedua sudut bibirnya
pecah berdarah.
“heh! kalian cepat siapkan makanan dan arak
sebelum aku menghajar kalian semua!” bentak Han-
ok-liang pada ketiga piuawsu yang lain, tiga orang itu
dengan hati kecut melaksanakan perintah Han-ok-
liang, sementara ketua rombongan dan dua piauwsu
mengangkat tubuh pimpinan mereka.
Han-ok-liang duduk dikursi makan dan m enikmati
hidangan yang disediakan, sementara pimpinan
piauwkiok dan tiga pembantu utamanya berdiri
dibelakang dengan rasa takut dan rasa penasaran
akan siapa yang telah mempecundangi mereka,
setelah Han-ok-liang selesai makan, ia berdiri dan
membalik badan
“sekarang aku mau istirahat, karena hujan lebat dan
angin kencang membuat hawa dingin, jadi carikan
wanita cantik untuk menemaniku!” para pi uawsu
terkejut dan saling memandang.
“cepat kalian pergi ke rumah plesiran dan panggil
ang-giok kesini!” ujar pimpinan piuawkiok pada
pembantunya, dua pembantunya segera keluar untuk
melaksanakan perintah.
Ketika malam tiba dan hujan masih mengguyur kota
Bianping, wanita bernama ang-giok pun datang,
http://cerita-silat.mywapblog.com
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)
wanita muda berumur dua puluh satu tahun berparas
cantik lagi bermata bintang, wanita itu dibawa
kedalam kamar dimana Han-ok-liang sedang
berbaring malas-malasan
“ini wanita yang dimaksud tuan!” Han-ok-liang
menatap wanita berparas ayu tersebut, mulutnya
tersenyum puas
“bagus! sekarang kalian boleh keluar!” perintah Han-
ok-liang, dua piauwsu itu segera keluar dan menuju
ruang tengah dimana pimpinan mereka bersama
piuawsu lainnya menunggu.
Han-ok-liang malam itu bermanja sayang dalam
dekapan wanita panggilan bernama ang-giok yang
berpengalaman, sementara para piuawsu diruang
tengah saling kasak-kusuk
“siapakah dia liu-te! kalian bertemu dimana!?” tanya
pimpinan piuawkiok pada ketua rombongan
“kami bertemu di gerbang barat dan siapa dia, aku
juga tidak tahu Coa-pangcu.”
“hmh..apakah orang ini jangan-jangan adalah…..dia”
sela seorang piauwsu
“siapa maksudmu Yap-te!?” tanya Coa-pangcu
penasaran, dan rekannya yang lain juga menatap
pada she-Yap
“apakah ia ini mungkin adalah pak-hek-liong?”
mendengar itu mereka terkesiap dan makin takut
“kalau orang ini pak-hek-liong, habislah kita semua
Coa-pangcu, apa yang harus kita lakukan?” ujar she-
Liu dengan bibir bergetar, Coa-pangcu terdiam dan
bingung akan berbuat apa.
“hmh….selagi kita menuruti kemauannya, nyawa kita
kemungkinan selamat!” desah Coa-pangcu
“benar! sebaiknya kita tidak membuat hal yang
membuat dia murka.” sela she-Yap dan yang lain
mengangguk membenarkan, lalu merekapun bubar
dan berusaha menenangkan diri, malam itu semua
piuawsu tidak dapat tidur karena takut dan was-was.
Keesokan harinya Han-ok-liang bangun saat matahari
sudah naik tinggi, ia membuka matanya dan menatap
wajah ang-giok yang cantik sedang tersenyum
memandang padanya padanya
“tuan sudah bangun!” sapanya sambil menggelung
rambutnya yang kusut terurai, Han-ok-liang bangkit
“kamu tetap disini melayaniku Ang-giok!” Ang-giok
tersenyum manis dan dengan lembut ia berkata
“tuan! Aku mau dan senang melayanimu, tapi
bagaimana dengan Cia-ma ditempatku bekerja!?”
“itu biar aku yang urus, dan sekarang kamu temani
aku mandi!” ujarnya sambil turun dari ranjang
“hihihi.....tuan mau dimandiin” hihihi...marilah sayang!
kita mandi bersama.” Ang-giok tersenyum genit nakal
menggairahkan, lalu keduanya keluar dari kamar.
Seorang pelayan berpapasan dengan mereka, pelayan
itu terkejut hendak menghindar
“tunggu dulu! hayo tunjukkan pada kami tempat
mandi!”
“ba..baik tuan! mari sebelah sini!” sahut pelayan
sambil melangkah membawa orang yang membuat
majikannya seperti mati kutu, hatinya juga ikut was-
was dengan keberadaan orang yang katanya pak-
hek-liong
“silahkan kedalam tuan!” ujar pelayan, Han-ok-liang
dan ang-giok masuk kedalam, dan sebelum menutup
pintu Han-ok-liang berkata sinis
“katakan pada majikanmu! untuk mempersiapkan
makanan untuk kami!” pelayan mengangguk lalu
membalik badan untuk menyampaikan hal itu kepada
majikannya.
Coa-pangcu tanpa banyak komentar menyuruh para
pelayan menyiapkan hidangan, sementara diluar tiga
puluh anak buahnya duduk menganggur dengan hati
bingung, kemunculan Han-ok-liang membuat mereka
kecut dan ketakutan, dan mereka dari tadi pagi sudah
dikumpulkan untuk bersiap-siap menghadap pak-hek-
liong, ketika pinpinan mereka keluar dan
menyampaikan bahwa pak-hek-liong sedang mandi
dan sebentar lagi akan makan, dan setelah itu
mereka akan menghadap, hal itu membuat jantung
mereka makin berdebar.
Waktu yang mereka tunggu pun tiba, Coa-pangcu
mengajak mereka masuk kedalam dan menuju ruang
tengah, diruang tengah Han-ok-liang duduk
didampingi Ang-giok yang sedang bermanja, melihat
kedatangan para piuawsu Ang-giok merasa heran dan
hendak bangkit dari pangkuan Han-ok-liang, namun
niatnya itu urung karena bahunya dipeluk Han-ok-
liang sehingga ia mandah saja. tiga puluh piauwsu itu
duduk dengan wajah ketakutan
“ada apa!? kenapa kalian kesini dan menggangguku!?”
http://cerita-silat.mywapblog.com
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)