Cerita Silat | Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak | by Rajakelana | Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak | Kong Ciak Bi-Siucai | Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak pdf
Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I
ayani pak-
hek-liong, dan malam itu seluruh piawsu terkejut
mendengar jeritan Ang-giok, pasalnya malam itu Han-
ok-liang meminta Ang-giok melayaninya, namun tiba-
tiba Ang-giok muntah karena sudah tiga hari perutnya
terasa mual, karena jijik dan marah pak-hek-liong
menampari muka Ang-giok
“tidak…aouwh …jangan..aouwh…..tolooooong….” jerit
Ang-giok kesakitan
“sialan kamu perempuan goblok! kamu muntah
didepanku! plak..plak…”
“aouw….ti..tidak..jangan maafkan aku tuan…aku tidak
bisa menahan, aku..aku sedang hamil.” Keluhnya
sambil menangis
“bangsat! kamu hamil!?” bentak Han-ok-liang, lalu ia
kembali menampari muka Ang-giok, Ang-giok
menjerit-jerit minta tolong, namun tidak ada yang
datang, para piauwsu malah keluar dan melarikan diri,
karena mereka yakin bahwa kemurkaan pak-hek-
liong akan merembet pada mereka, lalu pak-hek-liong
kembali mencengkeram rambut Ang-giok dan dengan
kesal ia melempar tubuh Ang-giok kedinding.
“mampus kamu perempuan sundal!”
“aouw..toloooong…!” lolongan Ang-giok terdengar
histeris merobek kesunyian malam saat tubuhnya
melayang hendak menghantam dinding, namun
sebelum kepalanya membentur dinding sebuah
bayangan menangkap tubuhnya.
“cukup Ok-liang!” bentak bayangan itu sambil
meletakkan Ang-giok yang pingsan, dengan sorot
mata tajam Han-ok-liang menatap lelaki didepannya,
hatinya sedikit kecut setelah memperhatikan bahwa
yang berdiri didepannya adalah musuh besarnya Han-
fei-lun., Han-fei-lun berketepatan malam itu memasuki
kota Bianping, dia meninggalkan kota Kunming tiga
bulan yang lalu saat hari pertama pengobatan syaraf
Han-kwi-ong, ketika itu ia hendak mencari
penginapan, namun ia dikejutkan suara minta tolong
Ang-giok, dengan cepat ia melesat ke arah suara, dan
ia heran melihat banyak para piauwsu yang berlarian
tunggang langgang, dengan mudah ia masuk kedalam
bangunan dan menuju suara umpatan yang terdengar
dari dalam kamar, saat ia membuka pintu jeritan
histeris Ang-giok terdengar, Han-fei-lun segera
bertindak cepat menyelamatkan Ang-giok yang
dilemparkan ke arah dinding
“mampuslah kamu Fei-lun!” bentak Han-ok-liang
sambil menyerang hebat dengan pedangnya, Han-fei-
lun berkelit dengan cekatan dan sesekali melancarkan
serangan balasan, sabetan pedang Han-ok-liang
dalam rangkaian bun-liong-kiam mengawung
mengicar tubuh Han-fei-lun dengan gencar, namun
yang diserang ini bukan orang sembarangan, dengan
tenang sang bengcu melayani permainan pedang
yang belum ada tandingan ini, kilatan pedang
berkesiuran diantara bayangan Han-fei-lun yang
cekatan memainkan kipasnya, dan sesekali terdengar
suara dentingan ketika jemari Han-fei-lun menyentil
batang pedang.
Han-ok-liang dengan gemas dan marah terus
menyerang tapa henti, datangnya serangan laksana
air bah menerpa tubuh Siauw-taihap, tapi Han-fei-lun
tidak keteter walaupun diserang sedemikian rupa,
setelah berlalu seratus jurus lebih, Han-fei-lun
merubah pola perlawanan, dengan jurus “bun-sian-
minling-ci” (jari titah dewa sastra), ilmu su-hoat ini
adalah ciptaan Han-fei-lun dari resapan ilmu pedang
yang dikeluarkan Han-ok-liang, dan tiga puluh jurus
kemudian Han-ok-liang mulai terdesak, tekanan
totolan dari gagang kipas mulai membuat Han-ok-
liang kelabakan, serangan yang cepat dan tiba
membuat Han-ok-liang tercekat dan kebingungan.
Dan pada jurus ke lima puluh diawali dengan totolan
gagang kipas pada pergelangan tangan dan membuat
Han-ok-liang terkejut dan berusaha menarik kembali
serangannya, disusul dengan serangan jitu totolan dua
buah jari yang datang dari bawah mengarah bawah
dagu, Han-ok-liang terkesiap dan mencoba menebas
lengan, namun entah bagaimana lengan itu raib dan
malah jemari itu mematuk pergelangan tangannya
“auh....! trang…tuk…..akh…tuk….tuk…” Han-ok-liang
roboh pingsan, pelipis kanan dan punggungnya kena
hantam sodokan secara bersamaan dan disusul dua
totolan pada kedua bahunya.
Han-fei-lun melangkah mendekati Ang-giok yang
sudah siuman,
http://cerita-silat.mywapblog.com
wajahnya yang cantik babak bundas
dan bengkak
“kamu ini siapakah nona?” tanya Han-fei-lun lembut
“aku..aku Ang-giok, apakah dia itu mati?”
“tidak…dia hanya pingsan, apakah keluargamu pemilik
piauwkiok ini?”
“tidak ingkong, eh…kemana para piauwsu?”
“sepertinya mereka telah melarikan diri, kalau kamu
bukan keluarga piauwsu, lalu kamu siapa? Kemana
saya harus mengantar nona?”
“saya penduduk kota ini, saya..saya...tiga bulan yang
lalu bekerja dirumah bordil, tapi sejak pak-hek-liong
disini, saya dibawa para piauwsu kesini.”
“hmh.... begitu! lalu apa rencana nona selanjutnya?”
“saya tidak tahu ingkong, saya bingung, apakah yang
ingkong rencanakan setelah dia itu siuman?”
“saya Han-fei-lun! dan saya akan membawanya
pulang.”
“pulang!? pulang kemana? apakah dia ini keluarga
ingkong?”
“benar nona! jadi saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya atas perlakuannya pada nona.”
“ingkong! saya ini perempuan lemah, dan saya akan
katakan terus terang karena ingkong adalah keluarga
pak-hek-liong, sebenarnya saya sekarang sedang
mengandung anaknya, jadi saya benar-benar bingung
harus bagaimana.” Han-fei-lun menarik nafas panjang
dan sejenak berpikir
“baiklah jika demikian kenyataannya, pertama-tama
memar di wajahmu disembuhkan dulu, dan setelah
itu kita akan pikirkan bagaimana nantinya.” ujar Han-
fei-lun lalu ia membalik badan dan melangkah
mendekati Han-ok-liang dan mengangkatnya ke atas
ranjang.
“dimanakah kita mendapatkan tabib dikota ini!?”
“dua blok dari sini ada toko penjual obat, pemiliknya
adalah seorang sinse.”
“baguslah! dan sekarang nona boleh istira hat dan
besok kita akan mengobati wajahmu.”
“baik ingkong, saya akan kekamar sebelah.” sahut
Ang-giok, lalu ia keluar dari kamar dan masuk untuk
tidur dikamar sebelah, ia membaringkan diri dan
terkadang ia meringis karena nyeri diwajahnya
berdenyut sakit, dan saat larut baru ia dapat tidur.
Dan ketika ia bangun, Lai-sinse sudah berada diruang
tengah duduk bersama Han-fei-lun
“Lai-sinse sudah disini, kesinilah nona biar wajahmu
diperiksa!” ujar Han-fei-lun, Ang-giok duduk didekat
Lai-sinse, Lai-sinse dengan memeriksa keadaan Ang-
giok, setelah itu Lai-sinse mengeluarkan obat yang
dibawanya
http://cerita-silat.mywapblog.com
Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I
ayani pak-
hek-liong, dan malam itu seluruh piawsu terkejut
mendengar jeritan Ang-giok, pasalnya malam itu Han-
ok-liang meminta Ang-giok melayaninya, namun tiba-
tiba Ang-giok muntah karena sudah tiga hari perutnya
terasa mual, karena jijik dan marah pak-hek-liong
menampari muka Ang-giok
“tidak…aouwh …jangan..aouwh…..tolooooong….” jerit
Ang-giok kesakitan
“sialan kamu perempuan goblok! kamu muntah
didepanku! plak..plak…”
“aouw….ti..tidak..jangan maafkan aku tuan…aku tidak
bisa menahan, aku..aku sedang hamil.” Keluhnya
sambil menangis
“bangsat! kamu hamil!?” bentak Han-ok-liang, lalu ia
kembali menampari muka Ang-giok, Ang-giok
menjerit-jerit minta tolong, namun tidak ada yang
datang, para piauwsu malah keluar dan melarikan diri,
karena mereka yakin bahwa kemurkaan pak-hek-
liong akan merembet pada mereka, lalu pak-hek-liong
kembali mencengkeram rambut Ang-giok dan dengan
kesal ia melempar tubuh Ang-giok kedinding.
“mampus kamu perempuan sundal!”
“aouw..toloooong…!” lolongan Ang-giok terdengar
histeris merobek kesunyian malam saat tubuhnya
melayang hendak menghantam dinding, namun
sebelum kepalanya membentur dinding sebuah
bayangan menangkap tubuhnya.
“cukup Ok-liang!” bentak bayangan itu sambil
meletakkan Ang-giok yang pingsan, dengan sorot
mata tajam Han-ok-liang menatap lelaki didepannya,
hatinya sedikit kecut setelah memperhatikan bahwa
yang berdiri didepannya adalah musuh besarnya Han-
fei-lun., Han-fei-lun berketepatan malam itu memasuki
kota Bianping, dia meninggalkan kota Kunming tiga
bulan yang lalu saat hari pertama pengobatan syaraf
Han-kwi-ong, ketika itu ia hendak mencari
penginapan, namun ia dikejutkan suara minta tolong
Ang-giok, dengan cepat ia melesat ke arah suara, dan
ia heran melihat banyak para piauwsu yang berlarian
tunggang langgang, dengan mudah ia masuk kedalam
bangunan dan menuju suara umpatan yang terdengar
dari dalam kamar, saat ia membuka pintu jeritan
histeris Ang-giok terdengar, Han-fei-lun segera
bertindak cepat menyelamatkan Ang-giok yang
dilemparkan ke arah dinding
“mampuslah kamu Fei-lun!” bentak Han-ok-liang
sambil menyerang hebat dengan pedangnya, Han-fei-
lun berkelit dengan cekatan dan sesekali melancarkan
serangan balasan, sabetan pedang Han-ok-liang
dalam rangkaian bun-liong-kiam mengawung
mengicar tubuh Han-fei-lun dengan gencar, namun
yang diserang ini bukan orang sembarangan, dengan
tenang sang bengcu melayani permainan pedang
yang belum ada tandingan ini, kilatan pedang
berkesiuran diantara bayangan Han-fei-lun yang
cekatan memainkan kipasnya, dan sesekali terdengar
suara dentingan ketika jemari Han-fei-lun menyentil
batang pedang.
Han-ok-liang dengan gemas dan marah terus
menyerang tapa henti, datangnya serangan laksana
air bah menerpa tubuh Siauw-taihap, tapi Han-fei-lun
tidak keteter walaupun diserang sedemikian rupa,
setelah berlalu seratus jurus lebih, Han-fei-lun
merubah pola perlawanan, dengan jurus “bun-sian-
minling-ci” (jari titah dewa sastra), ilmu su-hoat ini
adalah ciptaan Han-fei-lun dari resapan ilmu pedang
yang dikeluarkan Han-ok-liang, dan tiga puluh jurus
kemudian Han-ok-liang mulai terdesak, tekanan
totolan dari gagang kipas mulai membuat Han-ok-
liang kelabakan, serangan yang cepat dan tiba
membuat Han-ok-liang tercekat dan kebingungan.
Dan pada jurus ke lima puluh diawali dengan totolan
gagang kipas pada pergelangan tangan dan membuat
Han-ok-liang terkejut dan berusaha menarik kembali
serangannya, disusul dengan serangan jitu totolan dua
buah jari yang datang dari bawah mengarah bawah
dagu, Han-ok-liang terkesiap dan mencoba menebas
lengan, namun entah bagaimana lengan itu raib dan
malah jemari itu mematuk pergelangan tangannya
“auh....! trang…tuk…..akh…tuk….tuk…” Han-ok-liang
roboh pingsan, pelipis kanan dan punggungnya kena
hantam sodokan secara bersamaan dan disusul dua
totolan pada kedua bahunya.
Han-fei-lun melangkah mendekati Ang-giok yang
sudah siuman,
http://cerita-silat.mywapblog.com
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)
wajahnya yang cantik babak bundas
dan bengkak
“kamu ini siapakah nona?” tanya Han-fei-lun lembut
“aku..aku Ang-giok, apakah dia itu mati?”
“tidak…dia hanya pingsan, apakah keluargamu pemilik
piauwkiok ini?”
“tidak ingkong, eh…kemana para piauwsu?”
“sepertinya mereka telah melarikan diri, kalau kamu
bukan keluarga piauwsu, lalu kamu siapa? Kemana
saya harus mengantar nona?”
“saya penduduk kota ini, saya..saya...tiga bulan yang
lalu bekerja dirumah bordil, tapi sejak pak-hek-liong
disini, saya dibawa para piauwsu kesini.”
“hmh.... begitu! lalu apa rencana nona selanjutnya?”
“saya tidak tahu ingkong, saya bingung, apakah yang
ingkong rencanakan setelah dia itu siuman?”
“saya Han-fei-lun! dan saya akan membawanya
pulang.”
“pulang!? pulang kemana? apakah dia ini keluarga
ingkong?”
“benar nona! jadi saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya atas perlakuannya pada nona.”
“ingkong! saya ini perempuan lemah, dan saya akan
katakan terus terang karena ingkong adalah keluarga
pak-hek-liong, sebenarnya saya sekarang sedang
mengandung anaknya, jadi saya benar-benar bingung
harus bagaimana.” Han-fei-lun menarik nafas panjang
dan sejenak berpikir
“baiklah jika demikian kenyataannya, pertama-tama
memar di wajahmu disembuhkan dulu, dan setelah
itu kita akan pikirkan bagaimana nantinya.” ujar Han-
fei-lun lalu ia membalik badan dan melangkah
mendekati Han-ok-liang dan mengangkatnya ke atas
ranjang.
“dimanakah kita mendapatkan tabib dikota ini!?”
“dua blok dari sini ada toko penjual obat, pemiliknya
adalah seorang sinse.”
“baguslah! dan sekarang nona boleh istira hat dan
besok kita akan mengobati wajahmu.”
“baik ingkong, saya akan kekamar sebelah.” sahut
Ang-giok, lalu ia keluar dari kamar dan masuk untuk
tidur dikamar sebelah, ia membaringkan diri dan
terkadang ia meringis karena nyeri diwajahnya
berdenyut sakit, dan saat larut baru ia dapat tidur.
Dan ketika ia bangun, Lai-sinse sudah berada diruang
tengah duduk bersama Han-fei-lun
“Lai-sinse sudah disini, kesinilah nona biar wajahmu
diperiksa!” ujar Han-fei-lun, Ang-giok duduk didekat
Lai-sinse, Lai-sinse dengan memeriksa keadaan Ang-
giok, setelah itu Lai-sinse mengeluarkan obat yang
dibawanya
http://cerita-silat.mywapblog.com
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)