Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Panasnya Bunga Mekar - 261

$
0
0
Panasnya Bunga Mekar - Serial Pelangi Di Langit Singosari 4 - SH Mintardja.jpegCerita Silat | Panasnya Bunga Mekar | Serial Pelangi Di Langit Singosari | Panasnya Bunga Mekar | SH Mintardja | Panasnya Bunga Mekar pdf

Bunga di Kaki Gunung Kawi bag IX Bunga di Kaki Gunung Kawi bag X Bisikan Arwah - Abdullah Harahap Lembah Merpati - Chung Sin Panasnya Bunga Mekar Bag II

yang lain, lalu “tetapi nampaknya pengawal di perbatasan Kabanaran itu benar-benar telah diperkuat. Pekerjaan mereka di Kedung Sertu telah selesai, meskipun dengan sangat mengerikan. Kitapun menjadi tenang. Dengan demikian mereka dapat memusatkan perhatian mereka ke hutan perbatasan ini, sehingga dengan demikian kesempatan para perampok untuk memasuki Pakuwon Kabanaran menjadi sempit.

“Tetapi adalah gila behwa mereka telah melakukannya di Watu Mas ini sendiri. Pemimin pengawal itu manjawab lantang.

Tidak seorangpun yang menjawab. Tetapi parampokan itu sudah terjadi dengan tergesa-gesa sehingga sebagian dari harta benda yang dirampok itu dapat diketemukan kembali berceceran di pendapa dan di halaman dan menyerahkan kepada pemilikinya.

Namun peristiwa perampokan itu, telah menjadi persoalan yang menarik perhatian para penawal di perbatasan Watu Mas. Pimpinan Pengawal di Watu Mas yang mempunyai hubungan dengan para perampok telah berusaha untuk menghubungi para pemimpin perampok itu.

“Kalian telah melanggar perjanjian” berkata pemimpin para pengawal perbatasan itu,

“Kenapa?” bertanya pemimpin para perampok. “Jika aku berhasil, aku selalu memberikan imbalan itu kepada kalian. Tetapi beberapa hari ini aku tidak berhasil, karena para pengawal di Pakuwon Kabaranaran ditempatkan di perbarasan, telah mengambil cara yang sulit untuk diatasi. Mereka telah menutup perbatasan dengan rapat. Namun seandainya kami berhasil menyusup, maka kami akan berhadapan denga para pengawal yang kuat”

“Aku mengerti, tetapi dalam keadaan yang demikian, kalian jangan membabi buta’ sahut pengawal itu.

“Apa maksudmu?” bertanya pemimpin para perampok itu.

“Kau melakukan di daerah Watu Mas sendiri” geram pemimpin para pengawal itu.

“Siapa yang mengatakannya?. Kau jangan membuat persoalan ini semakin rumit. Beberapa saat lamanya kami tidak mendapatkan hasil yang berarti, sekarang kau menuduh kami melakukan sesuatu yang tidak pernah kami lakukan”

“Ikut aku, kau akan melihat sendiri apa yang telah terjadi”

“Kau boleh memengal leherku jika aku melakukannya” jawab pemimpin perampok itu.

“Bukan kau sendiri. Tetapi orang-orangmu” desis pemimpin pengawal itu.

“Aku tidak pernah memerintahkan, atau mengijinkan sahutnya “tetapi entahlah, jika ada orang-orang yang melakukan di luar pengetahuanku”

Untuk beberapa saat pemimpin perampok itu bertanya-tanya kepada pemilik rumah yang mengalami perampokan itu. Namun ia justru telah membentak-bentaknya. Dengan kasar ia bertanya “Kau tidak berpura-pura he?“

“Tidak. Kami benar-benar mengalami” jawab orang itu.

“Jika kau berbohong, maka lehermu akan menjadi taruhan” geram pemimpin perampok itu.

“Buat apa kami berbohong” jawab pemilik rumah itu “kami mengalami bencana itu. Beberapa orang tetangga kami melihat barang-barang kami yang tercecer.

“Kau dapat saja membohongi tetangga tetanggamu. Barang-barangmu yang kau jual, atau kalah main judi, atau sebab-sebab yang lain, kau katakan telah hilang kepada tetangga- tetanggamu. Dengan cara yang licik, tetangga- tetanggamu telah kau kelabuiseolah-olah kau telah mengalami perampokan. Beberapa barang-barang yang masih ada sengaja kau hamburkan di halaman untuk menghilangakn jejak,

Pemilik rumah itu termangu-mangu. Sama sekali tidak terlintas di dalam kepalanya, bahwa hal serupa itu dapat terjadi dan dapat dilakukan oleh seseorang. Karena itu maka iapun justru telah terdiam.

“Sudahlah” berkata pemimpin pengawal sambil menyingkir “Kau harus mempercayainya. Siapapun yan melakukan, tetapi ia sudah mengalami”

“kaulah yang harus melindungi rakyatmu dengan pasukan pengawalmu. Tetapi percayalah, meskipun aku seorang perampok, tetapi aku tidak akan mengotori halaman rumah sendiri dengan darah sanak-kadang”

“Jika yang melakukan itu kelompok yang lain, apakah kau bersedia membantu kami?“ bertanya pemimpin pengawal itu.

“Kau aneh. Kau dapat mengerahkan pasukan pengawa di Watu Mas. Kau tidak perlu bantuanku. Untuk hiduppun, saat ini terasa sulit. Bahkan kami sudah mengambil barang-barang tabungan kami” jawab pemimpin perampok itu.

“Kita akan pergi dari tempat ini. Kita akan berbicara Lebih panjang“ gumam pemimpin pengawal itu.

Sementara itu, Mahisa Bungalan yang berada di sarangnya tengah membicarakan kerja mereka yang pertama. Ketika dua orang diantara mereka memasuki daerah Watu Mas dengan laku sandi, maka merekapun segera dapat mendengar bahwa peristiwa itu telah menimbulkan persoalan diantara para pengawai. Bahkan telah tersebar kabar diantara penduduk, seolah-olah para perampok di perbatasan tidak lagi sempat melakukan kejahatannya di daerah Kabanaran, sehingga mereka melalukannya di daerah Watu Mas.

Ketika hal itu dilaporkannya kepada Mahisa Bungalan, maka iapun merasa bahwa usahanya sebagian kecil telah berhasil. Meskipun demikian, Mahisa Bungalanpun telah memperhitungkan, justru karena para pengawal di perbatasan itu telah mengadakan hubungan dengan para perampok, maka para pemimpin pengawal di perbatasan itupun akan menghubungi para pemimpin perampok untuk membuktikan kebesaran berita itu. p>

“Tentu akan timbul persoalan” berkata Mahisa Bungalan “tetapi kita akan menyusulinya lagi dengan tindakan berikutnya”

Sebenarnyalah, maka Mahisa Bungalanpun telah membawa sebagian dari pasukannya menyeberangi perbatasan. Dua orang petugas sandinya telah berhasil menemukan sasaran. Seorang saudagar kaya dianggap oleh orang-orang disekitarnya sebagai seorang kaya yang sangat kikir.

Kita harus berhati-hati. Orang-orang yang demikian biasanya mempunyai kekuatan dibelakangnya untuk menakut-nakuti orang” berkata Mahisa Bungalan.

“Tetapi apakah kekuatan yang ada padanya perlu dicemaskan?“ bertanya seorang pengawal yang menyamar sebagai perampok itu.

“Bagaimanapun juga. kita tidak boleh menjadi lengah“ jawab Mahisa Bungalan apalagi mungkin sekali mereka telah berhubungan dengan para pengawal di Watu Mas”

“Memang mungkin” jawab pengawal itu “apalagi setelah mereka mengetahui perampokan yang bertama itu.

“Kita sudah melakukan dengan baik” berkata Mahisa Bungalan “Kita tidak membawa barang-barang berharga itu seluruhnya. Justru hanya sebagian kecil, karena yang lain kita tinggalkan di pendapa dan halaman. Tetali mudah- mudahan barang-barang itu kembali kepada pemiliknya”

“Menurut pendengaran kami memang demikian” jawab orang yang dengan laku sandi mendengarkan akibat dari perampokan itu.

Demikianlah pada saat yang ditentukan, Mahisa Bungalan telah mendekati sebuah padukuhan dengan anak buahnya. Di padukuhan itulah saudagar kikir yang akan menjadi sasarannya itu tinggal.

Setelah memperhatikan keadaan sebenak sambil menunggu tengah malam, Mahisa Bungalan dan orang-orangnya itu sempat beristirahat di pategalan yang sepi. Dua orang telah dikirim mendahului perjalanan rfiereka untuk mellihat,apakah di padukuhan itu ada tanda-tanda yang membahayakan.

Ternyata bahwa jalan yang akan mereka lalui cukup lapang. Memang ada beberapa orang peronda di dalam gardu di ujung padukuhan, tetapi mereka akan dapat rhencari jalan lain untuk memasuki padukuhan itu.

“Jika mungkin kita akan menghindari para peronda yang berada di gardu itu” berkata Mahisa Bungalan.

Dengan demikian kita tidak perlu bertempur. Sebab dengan pertempuran itu, bagaimanapun kita berhati-hati, mungkin sekali senjata kita akan menggores lawan. Bahkan mungkin senjata mereka akan melukai kita. Jika darah telah menitik maka sulitlah bagi kita untuk menahan diri, meskipun aku tetap berpesan, kita bukan perampok yang sebenarnya.

Orang-orang yang mengikutnya itupun mengangguk-angguk. Sementara Mahisa Bungalan berkata “Kita tidak akan membawa harta bendanya untuk kepentingan kita. Tetapi kitapun tidak akan meninggalkan harta benda itu di halaman. Kita akan meninggalkan sebagian besar dari kekayaannya bertebaran di jalan padukuhan, di bulak-bulak dan di pategalan. Setidak-tidaknya ia harus menyadari, bahwa harta benda yang tertimbun itu akan dapat lenyap dalam sekejap. Alangkah baiknya jika yang bertebaran itu kemudian atau sebagian jatuh ketangan. orang-orang yang memerlukannya”

“Mereka akan takut memilikinya” desis seseorang.

Mahisa Bungalan mengangguk-angguk. Iapun sependapat bahwa orang-orang kebanyakan di sekitar saudagar kaya yang kikir itu tentu akan takut memilikinya. Namun demikian, maka ia berkata “Kita akan menebarkan kekayaannya yang disimpannya ditempat yang tidak pernah tersentuh tangan. Mungkin dalam wantu dekat tidak ada orang yang berani menilainya meskipun mereka menemukannya. Tetapi mungkin setelah beberapa lama, barang-barang yang dapat diketemukan itu akan bermanfaat bagi orang-orang miskin disekitarnya”

Namun tiba-tiba salah seorang pemimpin pengawal yang menjadikan diri mereka perampok itu berkata “Bagaimana kalau kita bawa saja sebagian dari harta benda orang kikir itu. Tidak untuk kita miliki, tetapi pada suatu saat akan kita kembalikan kepada orang-orang kikir disekitarnya dalam ujud yang lain, yang tidak akan mungkin dituntut oleh orang kaya yang kikir itu”

Mahisa Bungalan berpikir sejenak. Namun kesempatannya tidak terlalu panjang. Mereka sudah menjadi semakin dekat dengan sasaran.

Karena itu maka Mahisa Bungalan kemudian mengambil keputusan “Ya. Aku sependapt”

Keputusan itulah yang kemudian menjalar kepada para perampok yang aneh itu. Merekapun mendapat wewenang untuk membawa barang-barang dari orang kaya yang kikir itu.

Sebagaimana dikehendaki, maka para pengawal yang menjadikan diri mereka perampok itu berusaha untuk tidak melalui pintu gerbang padukuhan. Dengan hati-hati mereka memilih jalan yang sepi meskipun mereka harus meloncati dinding padukuhan.

Para pengawal itu tidak banyak mengalami kesulitan. Kemampuan mereka yang tinggi, melampaui kemampuan perampok yang sebenarnya telah mempermudah usaha mereka mendekati rumah orang kaya itu tanpa diketahui oleh para peronda.

Ketika mereka mendekati regol halaman rumah saudagar kaya itu, mereka melihat bahwa regol itu tertutup. Dengan hati-hati para pengawal itupun mendekati dinding halaman dari arah samping, sehingga sebagian dari mereka justru berada di halaman sebelah halaman saudagar kaya itu.

“Lahatlah” desis Mahisa Bungalan kepada seorang pengawal “Apakah ada seseorang yang menjaga regoi itu”

Pengawal itu segera beringsut. Tetapi ia harus sangat berhati-hati. Menurut perhitungan, maka dirumah itu tentu terdapat penjaga yang dapat melindungii kekayaan saudagar yang kikir itu.

Sebenarnyalah, pengawal yang mengamati regol itu mendengar suara dan orang yang sedang bercakap-cakap. Tiba-tiba saja pengawal itu ingin mendengarkan, apa saja vang mereka percakapkan.

Dari balik pintu ia mendengar seseorang berkata “Saudagaar itu tidak menyetujui meskipun aku sudah mengemukakan alasan-alasan yang seharusnya dapat ia mengerti. Anakku sakit dan keluarga isteriku memerlukan uang untuk membeli benih palawija”

“Ia memang kikir sekali” sahut yang lain “Aku sebenarnya sudah jemu bekerja disini. Tetapi aku tidak akan mendapatkan pekerjaan lain jika aku keluar dari tempat ini. Sementara sawahku yang tandus itu tidak memberikan makan yang cukup bagi keluargaku”

“Tetapi rasa-rasanya kurang seimbang jika kita perbandingkan antara, tugas kita yang brertaruh nyawa itu dengan upah yang kita terima” berkata yang seorang.

“Apaboleh buat, untuk sementara aku harus bertahan. Mudah-mudahan selama bertahan disini, kita tidak cepat mati. Para perampok yang tidak sempat merampok ke Pakuwon Kabanaran telah merampok di daerah Watu Mas” jawab yang lain.

Tiba-tiba saja timbul keinginan pengawai itu untuk melakukan sesuatu yang mungkin akan dapat menghindarkan perkelahian. Karena itu, maka tiba-tiba saja ia berdesis di luar pintu tegol “Kau benar Ki Sanak. Kami telah datang kemari karena itu serentak melancat. Dengan geram salah seorang dari keduanya bertanya “Siapa kau?

“Sudah kau sebut-sebut dalam pembicaraanmu. Aku idak datang sendiri. Tetapi sekelompok, bukalah pintu.

“Aku akan berbicara dengan baik” berkata pengawal diluar pintu itu.

“Tidak” geram penjaga di dalam pintu “kami bertugas disini. Kami akan menghalau siapa saja yang berani mengganggu rumah ini”

“Jangan terlalu garang Ki Sanak” berkata pengawal itu “Aku mendengar apa yang kau bicarakan. Kalian mengeluh, bahwa apa yang kalian dapat dari saudagar itu tidak seimbang dengan jerih payah yang kau berikan. Bukankah begitu? Jika kalian memaksa diri melawan kami, maka akibat yang paling pahit akan kalian alami. Mungkin kalian adalah orang-orang yang memiliki ilmu kanuragan yang tinggi. Tetapi lawanmu akan terlalu banyak, karena kami datang dalam jumlah yang besar. Sementara itu, orang-orang disekitar rumah saudagar yang kikir ini tidak akan membantumu”

“Kami tidak hanya berdua” jawab penjaga regol itu tetapi kami berempat. Dua orang diantara kami tidur dipendapa. Mereka akan segera bangun dan ikut serta menangkap kalian.

“Apa artinya ampat orang bagi kelompok kami” jawab pengawal itu berpikirlah. Jika kalian memang berniat untuk mempertaruhkan nyawa kalian untuk upah yang tidak seimbang itu. kamipun tidak berkeberatan, meskipun sebenarnya kami merasa sayang akan keadaanmu sekeluarga. Anak istenmu dan mungkin orang tuamu.

Penjaga regol itu menjadi heran. Mereka tidak dapat membayangkan bahwa seorang perampok dapat berbicara tentang keluarga, anak dan isteri. Namun demikian, salah seorang dari mereka menjawab. “Kau menakut-nakuti kami? Jangan menyangka bahwa kau dapat berbuat demikian terhadap kami”

“Tidak Ki Sanak. Aku tidak menakut-nakuti” jawab pengawal itu “Tetapi aku


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>