Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Penghuni Telaga Iblis - 8

$
0
0
Cerita Silat | Penghuni Telaga Iblis | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Penghuni Telaga Iblis | Cersil Sakti | Penghuni Telaga Iblis pdf

Pendekar Rajawali Sakti - 111. Teror Si Raja Api Pendekar Rajawali Sakti - 108. Harga Sebuah Kepala Pendekar Rajawali Sakti - 112. Dendam Datuk Geni Pendekar Rajawali Sakti - 113. Pembalasan Iblis Sesat Pendekar Rajawali Sakti - 114. Gerhana Darah Biru

Kuburan? Ah! Tak salah. Yang perempuan katanya cantik, dan mau diajak tidur bersama," kata seorang laki yang bertubuh kurus dengan cambang bauk tebal.
  Mendengar ucapan orang itu, bukan main ge-ramnya Pandan Wangi. Amarahnya langsung menggelegak, seketika gadis itu bangkit dari kur-sinya, sambil menatap tajam penuh amarah. Se-dangkan Rangga tetap tenang-tenang saja di kur- sinya.
  "Kurang ajar! Mau kutampar mulut busukmu itu, he?!" maki Pandan Wangi sambil menuding ke arah laki-laki kurus Itu.
  "Ha ha ha...! Kata orang lagi, kau memang he-bat. Tapi jangan sembarangan bicara di depan Jarot Kelono!" kata laki-laki kurus bernama Jarot Kelono.
  Pandan Wangi agaknya tak bisa menahan amarah dan jengkelnya sejak mendengar kata-kata laki-laki itu. Tanpa basa- basi lagi kepalan tangannya diayunkan.
  Wuttt!
  Namun laki-laki kurus bernama Jarot Kelono sedikit membuktikan kata-katanya, seketika ditangkisnya serangan itu.
  "Hih! "
  Plakkk!
  Serangan Pandan Wangi tak berhenti sampai di situ. Maka dengan tiba- tiba lutut kanannya kembali menghantam perut. Untungnya Jarot Kelono mundur beberapa langkah, sehingga lutut gadis itu tak sampai bersarang di perutnya.
  Namun ternyata ujung kaki Pandan Wangi terus mengejar ke arah pelipis. Begitu cepat gerakannya, sehingga tak mampu dihindari Jarot Kelono.
  Desss!
  "Ukh...!"
  Jarot Kelono kontan terhuyung-huyung ke be- lakang sambil meringis kesakitan, begitu ujung kaki Pandan Wangi mendarat telak di pelipisnya.
  "Kurang ajar! Berani kau memukul kakangku, perempuan rendah! Mampuslah bagianmu! " de-ngus dua lelaki yang tadi bersama Jarot Kelono. Begitu mencabut golok, mereka langsung menye-rang Pandan Wangi dengan geram.
  "Huhhh..."
  Pandan Wangi mendengus garang. Seketika kipas mautnya dicabut, bersiap menghantam balik serangan dua orang lawannya. Dan begitu golok-golok itu hampir menyentuh kulitaya, tangannya yang memegang kipas langsung dikebutkan.
  "Hiyaaa...! "
  Trak! Trak!
  Dengan sekali kebut kedua senjata lawan ter-pental begitu terpapak senjata milik Pandan Wangi. Bersamaan dengan itu Pandan Wangi juga melepaskan dua tendangan keras yang cepat dan beruntun. Sehingga....
  Diegkh! Dugkh!
  "Aaakh! Ugkh! "
  Kedua orang itu kontan terjajar ke belakang sambil merintih kesakitan. Mereka bermaksud bangkit dan akan menghajar gadis itu kembali. Tapi...
  "Tahan...!" cegah Jarot Kelono.
  "Kenapa, Kang? Perempuan rendah ini telah mempermalukan kita. Dia patut dihajar!"
  "Sekali lagi kau berkata begitu, kurobek murutmu!" bentak Pandan Wangi sambil memelototkan matanya ke arah orang yang berkata barusan.
  Orang itu melirik pada Jarot Kelono dengan wajah bingung. Tampak Jarot Kelono mendekati gadis itu sambil menyelipkan goloknya ke pinggang.
  "Nisanak! Melihat kipasmu, apakah kau yang berjuluk si Kipas Maut?" tanya Jarot Kelono dengan sikap lebih sopan dari sebelumnya
  "Kalau memang benar, apa lantas kau akan terus kurang ajar padaku?" dengus Pandan Wangj, masih geram.
  "Kalau begitu, maafkan kesalahpahaman ini, Nisanak..," ucap Jarot Kelono seraya menjura.
  "Apakah maksudmu sebagai kesalahpahaman?" tanya Pandan Wangi tanpa membalas peng-hormatan itu!
  "Kami kira kalian adalah sepasang Setan Ku-buran yang sering membuat kekacauan," jelas Jarot Kelono.
  Pandan Wangi menaikkan alisnya yang membentuk indah. Wajahnya masih tetap menunjukkan kebingungan.
  "Apakah kalian tak mendengar berita tentang Setan Kuburan? " tanya Jarot Kelono meyakinkan.
  Pandan Wangi menggelengkan kepala.
  "Huh! Berpura-pura tidak tahu, atau memang kau sendiri orangnya?" sentak sebuah suara di dalam kedai.
  "Heh?!"
 
  ***
 
  Serentak mereka berpaling ke arah sumber suara dan tampak seorang perempuan tua berambut panjang yang telah memutih dan dibiarkan tak terurus tengah duduk tenang di kursinya. Memang tidak ada orang lain lagi selain perempuan tua itu. Karena pengunjung kedai lainnya memang telah sejak tadi pergi dari sini. Perempuan tua berbaju hitam itu, memegang tongkat kayu terbuat dari cabang pohon yang agaknya telah berumur ratusan tahun. Wajahnya tak bersahabat, bahkan cenderung seram. Kelopak matanya cekung dan hidungnya panjang, bengkok ke bawah. Bibirnya hitam dan tebal.
  "Nisanak! Apakah maksud kata-katamu itu?!" tanya Pandan Wangi dengan nada suara tak se-nang.
  "Hik hik hik...! Kau sendiri pasti mengerti. Tapi yang jelas, kau tak akan selamat dari tempat ini.
  Dan kau tak akan kubiarkan pergi dengan nyawa masih melekat di tubuh!" ancam perempuan tua itu enteng.
  "Nisanak! Aku semakin tak mengerti, ke mana arah pembicaraanmu. Datang-datang bicara nga-wur. Kenal denganmu pun, baru hari ini. Jadi ba- gaimana mungkin aku bisa berurusan denganmu! " dengus Pandan Wangi semakin kesal.
  "Benar, kita memang baru berkenalan hari ini. Tapi kalau aku tak keluar dari pertapaanku karena ulahmu yang meracuni cucuku sampai mati, maka aku akan terus penasaran. Huh! Setan Kuburan mau bertingkah di hadapan Gagak Setan Pemakan Bangkai!" dengus nenek yang ternyata berjuluk Gagak Setan Pemakan Bangkai.
  "Hm... Kiranya kau pun menuduhku Setan Kuburan. Orang tua! Agaknya kau sudah kelewat tua, sehingga membuatmu pikun. Aku tak pernah kenal cucumu. Dan aku tak tahu-menahu tentang Setan Kuburan. Dan kau pikir, dengan begitu aku takut meninggalkan tempat ini?!" sahut Pandan Wangi, dengan sikap menantang.
  Pandan Wangi lalu berbalik. Ditatapnya Rangga yang masih tak peduli. Tampaknya, Pendekar Rajawali Sakti masih asyik dengan santapannya.
  "Mari, Kakang. Kita tinggalkan kedai yang pe-nuh orang- orang sinting. Lama-lama berada di tempat ini, aku bisa ketularan sinting," ajak Pandan Wangi, geram.
  "Nyai Gagak Setan Pemakan Bangkai! Apakah yang dikatakan gadis itu benar. Dia bukan Setan Kuburan, dan sama sekali tak tahu- menahu soal cucumu yang menjadi korban. Dialah pendekar wanita kenamaan yang berjuluk si Kipas Maut," kata Jarot Kelono yang agaknya ingin menjernihkan suasana.
  "Huh! Siapa yang peduli ocehanmu!" dengus Gagak Setan Pemakan Bangkai sambil melepaskan satu pukulan maut jarak jauh ke arah Pandan Wangi.
  Werrr!
  Pandan Wangi agaknya sudah menduga. Maka sebelum pukulan yang mengandung desir angin kuat itu menghantam dirinya, dengan gerakan cepat tubuhnya melenting, dan mendarat manis di atas meja di sebelah kirinya. Bola matanya langsung menatap tajam ke arah nenek itu.
  "Orang tua sial! Agaknya kau memang tak bisa diberi pengertian. Kalau sudah dikepruk kepalamu mungkin baru kau bisa mengerti!" maki Pandan Wangi berang.
  "Bocah kurang ajar! Kau pikir siapa dirimu, sampai berani berkata begitu padaku! Hih!"
  Wajah perempuan tua itu tampak garang. Dan dengan kemarahan memuncak dia sudah langsung melompat menyerang gadis itu.
  "Sal! " maki Pandan Wangi kembali. Seketika kipas mautnya yang tadi sudah diselipkan ke ping gangnya kembali dicabut. Dan dia telah bersiap menyambut serangan.
  "Hiyaaa...!"
  Satu sabetan keras ujung tongkat Gagak Setan Pemakan Bangkai menderu menghantam batok kepala Pandan Wangi. Namun dengan gesit gadis itu mengelak sambil menundukkan kepala. Ujung tongkat nenek itu tahu-tahu telah melesat kembali, menyodok ke arah jantung. Maka terpaksa Pandan Wangi menangkis dengan kipas yang terbuat dari baja putih.
  Wuttt!
  Trakkk!
  Gadis itu mengeluh ketika senjata mereka ber-adu. Dia merasakan dorongan tenaga dalam lawan yang disalurkan lewat tongkatnya begitu kuat. Namun begitu, gadis itu masih sempat menyodokkan sebelah kaki ke perut Gagak Setan Pemakan Bangkai.
  "Haiiit..!"
  Dengan gerakan lincah, nenek itu melompat ke atas untuk menghindarinya. Dan bersamaan dengan itu, ujung tongkatnya menggebuk punggung Pandan Wangi.
  Pandan Wangi menyadari kedudukannya yang tak memungkinkan melakukan serangan. Maka....
  "Hiyaaa...!"
  Tubuh Pandan Wangi langsung mencelat keluar dari kedai itu. Tapi dengan gerakan nyaris sama, perempuan tua itu pun mengikuti sambil terus mengayunkan tongkatnya.
  "Huh! Kau pikir bisa lolos dari seranganku! " dengus Gagak Setan Pamakan Bangkai garang.
  "Yeaaa...!"
  Pandan Wangi terkejut setengah mati ketika merasakan angin serangan tongkat nenek itu yang begitu dekat dan keras sekali. Apalagi, dia tak sempat mengelak banyak. Dengan sedikit memiringkan tubuhnya, dicoba menangkis dengan kipas baja putihnya. Dan ternyata, serangan tongkat itu hanya tipuan belaka. Karena serangan nenek itu yang sesungguhnya adalah tendangan kaki. Begitu cepat gerakannya, sehingga Pandan Wangi tak mampu menghindari. Dan...
  Wuttt!
  Dukkk!
  "Aaakh...!"
  Gadis itu mengeluh kesakitan. Tubuhnya kontan terjungkal ketika perutnya dihantam tendangan nenek itu. Sementara Gagak Setan Pemakan Bangkai sudah langsung melesat dengan tongkatnya untuk menghabisi gadis itu.
  "Perempuan keparat. Mampuslah kau sekarang juga! Hih!"
  "Gagak Setan Pemakan Bangkai, tahan se-ranganmu!"
  Tiba-tiba sebuah suara terdengar.
  "Heh?!"
 
  ***

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>