Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Pendekar Rajawali Sakti 140. Mustika Bernoda Darah Cersil mwb Kuda Putih Pendekar Rajawali Sakti - 141. Dendam Gadis Pertapa Cersil mwb Kasih Diantara Remaja Pendekar Rajawali Sakti - 142. Istana Ratu Sihir
gan
yang raib digondol pergi oleh Wong Jin Liu Susiok itu
.... siancay .... siancay ...“
Kedatangan dan keterangan serta laporan Kong Hian
Hwesio yang sebetulnya sedang beristirahat karena
belum lama kembali dari Lam Hay Bun sudah
langsung membuat pertemuan bubar. Ciangbundjin
Siauw Lim Sie langsung member perintah:
“Amitabha ...... punco akan menemui Kong Sim Sute
segera ...... Thian Ki Hwesio bersama Kong Hian
Suheng segera pergi untuk membantu memeriksa dan
sekaligus menjaga Perpustakaan Pusaka kita, Souw
Kwi Song, jejaki kemana perginya Wong Jin Liu
Susiok .... engkau periksa di arah mana kepergiannya
jika memang beliau melarikan diri dari Siauw Lim Sie
...“
Dan tanpa diberi perintah lebih jauh, mereka semua
langsung bergerak. Adalah Kwi Song yang bergerak
cepat karena dia memperoleh tugas untuk menjejaki
kemana Wong Jin Liu pergi jika memang dia
meninggalkan Kuil Siauw Lim Sie. Sementara Kong
Hian Hwesio bersama Thian Ki Hwesio langsung
menuju Peprustakaan Pusaka Siauw Lim Sie, sebuah
ruangan khusus dalam Perpustakaan Siauw Lim Sie
yang dijaga oleh Kong Sim Hwesioa. Salah satu dari
Pendeta angkatan KONG, yang merupakan angkatan
tertinggi saat ini di Siauw Lim Sie sebagaimana juga
Kong Ti Hwesio, Kong Hian Hwesio dan juga
Ciangbundjin Siauw Lim Sie saat ini.
Sementara Ciangbundjin Hwesio langsung pergi untuk
menemui Kong Sim Hwesio dan menemukan
kenyataan betapa tokoh tua yang juga masih sutenya
itu dan yang selama puluhan tahun ini menunggui dan
menjaga Perpustakaan Khusus Pusaka Siauw Lim Sie
sedang meregang nyawa. Kelihatannya dia
memberikan perlawanan hebat kepada Wong Jin Liu.
Begitu tahu Ciangbundjin Siauw Lim Sie datang untuk
menjumpainya, Kong Sim Hwesio terlihat berusaha
untuk duduk, tetapi keadaannya sudah terlampau
berat untuk sekedar duduk belaka:
“Amitabha ..... mohon maaf ....... mohon maaf
Ciangbundjin Suheng !!!! Ke .. ke... kegagalan
u...u....ntuk menahan Wong Jin Liu susiok
aaaa....aadalah kealpaanku. Dan dddd. ddddia
b...b...b...b...berhasil membawa dua buah kitab pusaka
kita. Mohon mmmaaaa...mm..maaf Ciangbundjin
Suheng ......“
“Amitabha ...... bukan salahmu, sama sekali bukan
salahmu Kong Sim Sute. Kita masing-masing sudah
mencoba melakukan tugas sebaik-baiknya, tetapi
tetap saja ada yang mengatur takdir dan apa yang
akan dan sudah terjadi. Karenanya, engkau tenanglah
Kong Sim Sute .....“
Mendengar suara dan hiburan Ciangbundjin Siauw Lim
Sie, secara mendadak Kong Sim Hwesio seperti
mendapatkan kembali kekuatannya. Dia kemudian
memaksakan diri untuk duduk dan lalu terus bersila,
sekali lagi memberi hormat kepada Kong Sian Hwesio
dan kemudian berkata:
“Amitabha ........ Ciangbundjin Suheng terima kasih
banyak .... mohon ijin Sutemu ini untuk berjalan lebih
dahulu ....... siancay ..... siancay .......“
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, dalam posisi
bersamadhi dan dengan wajah penuh keteduhan,
salah satu tokoh besar Siauw Lim Sie itupun
menghembuskan nafas terakhir. Dan Ciangbundjin
Siauw Lim Sie segera paham bahwa kekuatan yang
tadi ditunjukkan Kong Sim Hwesio adalah sisa
kekuatan terkahir yang dimilikinya dan memang
dikerahkannya untuk “pergi“ setelah menitipkan
kalimat dan hormatnya kepada Ciangbun djin Siauw
Lim Sie ........
”Amitabha ......... Kong Sim Sute ....... pergilah dengan
tenang ..... siancay ... siancay“, meski tenang terlihat di
wajahnya, tetapi tak pelak seorang Kong Sian Hwesio
yang juga adalah Ciangbundjin dan sekaligus Suheng
Kong Sim Hwesio tetap terlihat sedih dengan
kematian sutenya secara demikian. Dan setelah
melayangkan doa bagi Sutenya tersebut,
Ciangbundjin Siauw Lim Sie memutuskan untuk tidak
mendatangi ruangan pustaka, tetapi memilih kembali
ke ruangan kerjanya dalam Kuil Siauw Lim Sie. Dia
tahu, sebentar lagi Kong Hian Hwesio akan
mendatanginya untuk memberikan laporan lengkap
tentang kejadian memilukan itu.
Dan memang, dugaannya tidak keliru sama sekali.
Tidak berapa lama kemudian, Kong Hian Hwesio
mendatangi bersama dengan Kong Ti Hwesio dan
juga Thian Ki Hwesio. Begitu datang dan melihat
keadaan Ciangbundjin Siauw Lim Sie, Kong Hian
Hwesio sudah langsung mendapatkan firasat bahwa
Kong Sum Hwesio kelihatannya sudah mendahului
mereka semua.
”Amitabha ...... Ciangbundjin Sute, bagaimana dengan
Kong Sim Sute .....“?
Pertanyaan Kong Hian Hwesio tidak dilanjutkannya
mana kala melihat seri wajah sang Ciangbundjin Sute
yang justru sangat tenang di sinar matanya. Dan
sebagai orang yang lama mendampingi dan bersama
dengan Sutenya ini, Kong Hian Hwesio sudah
mengerti dengan sendirinya apa yang terjadi. Karena
itu, pertanyaannya bukan lagi menunggu jawaban,
sebaliknya dilanjutkannya dengan memberi laporan
atas apa yang ditelisiknya di ruangan perpustakaan
khusus Siauw Lim Sie:
“Susiok Wong Jin Liu pergi dengan menggondol dua
buah Pit Kip rahasia Ciangbundjin Sute ...... masing-
masing adalah Liong Ho Kun Pit Kip (Kitab Ilmu
Pukulan Naga Api) dan Pit Kip Kim-ciam-tok-su (Kitab
Ilmu Jarum Emas Menyebrang Dunia). Pit kip pertama
adalah bagian dari 72 ilmu rahasia Siauw Lim Sie,
salah satu yang terhebat dan menjadi semakin
berbahaya karena Wong Susiok juga sudah
menguasai Liong Sin-Kong-Ciang" (Tangan Sinar Naga
Sakti) terlebih dahulu; Pit kip kedua adalah salah satu
kitab yang dititipkan untuk disimpan sucouw ratusan
tahun silam karena mengandung kekuatan mujijat
yang cenderung aneh dan terhitung terlarang bagi
anak murid Siauw Lim Sie untuk menguasainya.
Ciangbundjin sute, jika dunia persilatan sampai
mendengar berita kehilangan kedua pusaka ini, maka
bisa dipastikan terjadi gejolak luar biasa kelak ……”
”Amitabha …...... Kong Hian Suheng, benar sekali.
Punco benar-benar khawatir dengan kejadian luar
biasa pada hari ini. Karena itu, apa boleh buat,
menunggu Kwi Song menyerap kabar kemana Wong
Susiok kabur, maka hari ini juga punco menugaskan
Thian Ki Hwesio untuk melakukan pengejaran
bersama dengan Souw Kwi Song. Dan soal Kong Sim
Sute ……. Achhhhhh, thian kelihatannya sudah
menggariskan takdirnya seperti itu karenanya kita
tidak perlu terlampau bersedih. Kong Ti Sute,
segeralah persiapkan upacara khusus buat Kong Sim
Sute ……..”
Belum lagi selesai ucapan Kong Sian Hwesio,
Ciangbundjin Siauw Lim Sie, dari luar terdengar
langkah kaki yang sangat ringan menuju ruangan
Pendekar Rajawali Sakti 140. Mustika Bernoda Darah Cersil mwb Kuda Putih Pendekar Rajawali Sakti - 141. Dendam Gadis Pertapa Cersil mwb Kasih Diantara Remaja Pendekar Rajawali Sakti - 142. Istana Ratu Sihir
gan
yang raib digondol pergi oleh Wong Jin Liu Susiok itu
.... siancay .... siancay ...“
Kedatangan dan keterangan serta laporan Kong Hian
Hwesio yang sebetulnya sedang beristirahat karena
belum lama kembali dari Lam Hay Bun sudah
langsung membuat pertemuan bubar. Ciangbundjin
Siauw Lim Sie langsung member perintah:
“Amitabha ...... punco akan menemui Kong Sim Sute
segera ...... Thian Ki Hwesio bersama Kong Hian
Suheng segera pergi untuk membantu memeriksa dan
sekaligus menjaga Perpustakaan Pusaka kita, Souw
Kwi Song, jejaki kemana perginya Wong Jin Liu
Susiok .... engkau periksa di arah mana kepergiannya
jika memang beliau melarikan diri dari Siauw Lim Sie
...“
Dan tanpa diberi perintah lebih jauh, mereka semua
langsung bergerak. Adalah Kwi Song yang bergerak
cepat karena dia memperoleh tugas untuk menjejaki
kemana Wong Jin Liu pergi jika memang dia
meninggalkan Kuil Siauw Lim Sie. Sementara Kong
Hian Hwesio bersama Thian Ki Hwesio langsung
menuju Peprustakaan Pusaka Siauw Lim Sie, sebuah
ruangan khusus dalam Perpustakaan Siauw Lim Sie
yang dijaga oleh Kong Sim Hwesioa. Salah satu dari
Pendeta angkatan KONG, yang merupakan angkatan
tertinggi saat ini di Siauw Lim Sie sebagaimana juga
Kong Ti Hwesio, Kong Hian Hwesio dan juga
Ciangbundjin Siauw Lim Sie saat ini.
Sementara Ciangbundjin Hwesio langsung pergi untuk
menemui Kong Sim Hwesio dan menemukan
kenyataan betapa tokoh tua yang juga masih sutenya
itu dan yang selama puluhan tahun ini menunggui dan
menjaga Perpustakaan Khusus Pusaka Siauw Lim Sie
sedang meregang nyawa. Kelihatannya dia
memberikan perlawanan hebat kepada Wong Jin Liu.
Begitu tahu Ciangbundjin Siauw Lim Sie datang untuk
menjumpainya, Kong Sim Hwesio terlihat berusaha
untuk duduk, tetapi keadaannya sudah terlampau
berat untuk sekedar duduk belaka:
“Amitabha ..... mohon maaf ....... mohon maaf
Ciangbundjin Suheng !!!! Ke .. ke... kegagalan
u...u....ntuk menahan Wong Jin Liu susiok
aaaa....aadalah kealpaanku. Dan dddd. ddddia
b...b...b...b...berhasil membawa dua buah kitab pusaka
kita. Mohon mmmaaaa...mm..maaf Ciangbundjin
Suheng ......“
“Amitabha ...... bukan salahmu, sama sekali bukan
salahmu Kong Sim Sute. Kita masing-masing sudah
mencoba melakukan tugas sebaik-baiknya, tetapi
tetap saja ada yang mengatur takdir dan apa yang
akan dan sudah terjadi. Karenanya, engkau tenanglah
Kong Sim Sute .....“
Mendengar suara dan hiburan Ciangbundjin Siauw Lim
Sie, secara mendadak Kong Sim Hwesio seperti
mendapatkan kembali kekuatannya. Dia kemudian
memaksakan diri untuk duduk dan lalu terus bersila,
sekali lagi memberi hormat kepada Kong Sian Hwesio
dan kemudian berkata:
“Amitabha ........ Ciangbundjin Suheng terima kasih
banyak .... mohon ijin Sutemu ini untuk berjalan lebih
dahulu ....... siancay ..... siancay .......“
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, dalam posisi
bersamadhi dan dengan wajah penuh keteduhan,
salah satu tokoh besar Siauw Lim Sie itupun
menghembuskan nafas terakhir. Dan Ciangbundjin
Siauw Lim Sie segera paham bahwa kekuatan yang
tadi ditunjukkan Kong Sim Hwesio adalah sisa
kekuatan terkahir yang dimilikinya dan memang
dikerahkannya untuk “pergi“ setelah menitipkan
kalimat dan hormatnya kepada Ciangbun djin Siauw
Lim Sie ........
”Amitabha ......... Kong Sim Sute ....... pergilah dengan
tenang ..... siancay ... siancay“, meski tenang terlihat di
wajahnya, tetapi tak pelak seorang Kong Sian Hwesio
yang juga adalah Ciangbundjin dan sekaligus Suheng
Kong Sim Hwesio tetap terlihat sedih dengan
kematian sutenya secara demikian. Dan setelah
melayangkan doa bagi Sutenya tersebut,
Ciangbundjin Siauw Lim Sie memutuskan untuk tidak
mendatangi ruangan pustaka, tetapi memilih kembali
ke ruangan kerjanya dalam Kuil Siauw Lim Sie. Dia
tahu, sebentar lagi Kong Hian Hwesio akan
mendatanginya untuk memberikan laporan lengkap
tentang kejadian memilukan itu.
Dan memang, dugaannya tidak keliru sama sekali.
Tidak berapa lama kemudian, Kong Hian Hwesio
mendatangi bersama dengan Kong Ti Hwesio dan
juga Thian Ki Hwesio. Begitu datang dan melihat
keadaan Ciangbundjin Siauw Lim Sie, Kong Hian
Hwesio sudah langsung mendapatkan firasat bahwa
Kong Sum Hwesio kelihatannya sudah mendahului
mereka semua.
”Amitabha ...... Ciangbundjin Sute, bagaimana dengan
Kong Sim Sute .....“?
Pertanyaan Kong Hian Hwesio tidak dilanjutkannya
mana kala melihat seri wajah sang Ciangbundjin Sute
yang justru sangat tenang di sinar matanya. Dan
sebagai orang yang lama mendampingi dan bersama
dengan Sutenya ini, Kong Hian Hwesio sudah
mengerti dengan sendirinya apa yang terjadi. Karena
itu, pertanyaannya bukan lagi menunggu jawaban,
sebaliknya dilanjutkannya dengan memberi laporan
atas apa yang ditelisiknya di ruangan perpustakaan
khusus Siauw Lim Sie:
“Susiok Wong Jin Liu pergi dengan menggondol dua
buah Pit Kip rahasia Ciangbundjin Sute ...... masing-
masing adalah Liong Ho Kun Pit Kip (Kitab Ilmu
Pukulan Naga Api) dan Pit Kip Kim-ciam-tok-su (Kitab
Ilmu Jarum Emas Menyebrang Dunia). Pit kip pertama
adalah bagian dari 72 ilmu rahasia Siauw Lim Sie,
salah satu yang terhebat dan menjadi semakin
berbahaya karena Wong Susiok juga sudah
menguasai Liong Sin-Kong-Ciang" (Tangan Sinar Naga
Sakti) terlebih dahulu; Pit kip kedua adalah salah satu
kitab yang dititipkan untuk disimpan sucouw ratusan
tahun silam karena mengandung kekuatan mujijat
yang cenderung aneh dan terhitung terlarang bagi
anak murid Siauw Lim Sie untuk menguasainya.
Ciangbundjin sute, jika dunia persilatan sampai
mendengar berita kehilangan kedua pusaka ini, maka
bisa dipastikan terjadi gejolak luar biasa kelak ……”
”Amitabha …...... Kong Hian Suheng, benar sekali.
Punco benar-benar khawatir dengan kejadian luar
biasa pada hari ini. Karena itu, apa boleh buat,
menunggu Kwi Song menyerap kabar kemana Wong
Susiok kabur, maka hari ini juga punco menugaskan
Thian Ki Hwesio untuk melakukan pengejaran
bersama dengan Souw Kwi Song. Dan soal Kong Sim
Sute ……. Achhhhhh, thian kelihatannya sudah
menggariskan takdirnya seperti itu karenanya kita
tidak perlu terlampau bersedih. Kong Ti Sute,
segeralah persiapkan upacara khusus buat Kong Sim
Sute ……..”
Belum lagi selesai ucapan Kong Sian Hwesio,
Ciangbundjin Siauw Lim Sie, dari luar terdengar
langkah kaki yang sangat ringan menuju ruangan