Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Pendekar Seratus Hari - 20

$
0
0
Cerita Silat | Pendekar Seratus Hari | by S.D Liong | Pendekar Seratus Hari | Cersil Sakti | Pendekar Seratus Hari pdf

Cersil mwb Naga Sakti Sungai Kuning Pendekar Rajawali Sakti - 143. Iblis Tangan Tujuh Cersil indo Jamur Sisik Naga Pendekar Rajawali Sakti - 146. Bunuh Pendekar Rajawali Sakti Cersil indo Ilmu Halimun

02.10. Misteri Rumah Kediaman Keluarga Nyo “Orang apakah kalian ini?” dengusnya. “Bok-yong Kang boleh kehilangan kepalanya tetapi jangan harap kalian dapat mencari keterangan dari aku.”
  Tiba-tiba wanita itu berpaling ke arah Bok-yong Kang dan tertawa: “Kami adalah Tiga Pendekar Go-bi. Hm, jangan jual lagak!”
  Habis berkata tiba-tiba wanita itu melentikkan jarinya dan mengeranglah Bok-yong Kang tertahan jalan darahnya kena tertutuk dengan lentikan jari si wanita.
  Orang tua rambut putih berkata kepada orang tua bermuka Bi-lek-hud: “Ji-te, tolong engkau mewakili sam-sumoay mengangkat anak itu.”
  Orangtua gemuk tertawa lalu ulurkan tangan macam burung alap-alap menyambar anak ayam, ia terus mengangkat tubuh Bok-yong Kang lalu dipanggul bahunya.
  Tepat pada saat itu terdengar suara dingin: “Leng Bu- sia, lepaskan dia!”
  Rombongan ketua Go-bi-pay terkejut dan memandang ke muka. Tiga tombak jauhnya, tegak seorang pemuda baju putih, sepasang matanya berkilat tajam.
  “Siau Mo!” seru Tong Ki tertahan. Ya, memang yang muncul itu Siau Mo.
  Diam-diam Hong-hu Hoa dan Tong Ki terkejut dalam hati, pikirnya: “Mengapa kita sama sekali tak tahu dan tak mendengarkan kemunculannya. Mungkin karena lengah kita berdua agak kurang perhatian. Tetapi bukankah ketiga tokoh Go-bi-pay itu merupakan tokoh-tokoh yang terkemuka dalam dunia persilatan? Mengapa dalam jarak hanya tiga tombak saja mereka juga tak dapat mendengar sama sekali? Adakah ilmu kepandaian Siau Mo itu sedemikian tingginya, hampir mencapai kesempurnaan?”
  Ternyata wanita Baju Merah, orang tua berambut putih dan orang tua gemuk itu adalah Tiga Tokoh Go- bi yang termasyhur.
  Wanita itu bernama Bwe Hui-ji bergelar Lui-sing-hui- siu atau Bintang meluncur lengan terbang. Orang tua gemuk, tokoh nomor dua, bernama Leng Bu-sia, digelari Cian-jiu-hud-ciang atau Tangan seribu kepalan Buddha.
  Sedang orang tua rambut putih yalah Ong Han-thian bergelar Cui-jong-kiam atau Pedang penghancur usus.
  Dia adalah ketua dari partai Go-bi-pay saat ini. Mereka mendapat undangan dari Nyo Jong-ho dan bergegas datang ke Lok-yang.
  Saat itu berkata pula orang muda berbaju putih dengan suara sarat: “Leng Bu-sia, apakah engkau tak mau lekas-lekas melepaskan Bok-yong Kang?”
  Bwe Hui-ji mengisar langkah menghampiri pemuda baju putih, tegurnya: “Apakah engkau Siau Mo yang termasyhur sebagai Pendekar Ular Emas itu?”
  Tepat pada saat habis berkata Bwe Hui-ji pun sudah tiba di muka pemuda baju putih dan secepat kilat menyambar pergelangan tangan pemuda baju putih dengan jurus Kim-soh-poh-kau.
  Bwe Hui-ji yakin serangannya yang dilakukan mendadak itu tentu akan berhasil. Tetapi apa yang dirasakan saat itu benar-benar mengejutkan hatinya sekali.
  Pada saat si baju merah Bwe Hui-ji gerakkan tangan, pemuda baju putih itu pun menyerampaki kebutkan lengan bajunya ke muka. Di tengah jalan tiba-tiba ia balikkan tangan, ulurkan jari telunjuk dan jari tengah menutuk pergelangan tangan Bwe Hui-ji.
  Jurus mengebut, memukul, menutuk itu dilambari ilmu menampar jalan darah dan menabas urat nadi.
  Bwe Hui-ji terkejut dan mundur, tegak termangu- mangu.
  Ong Han-thian memperhatikan permainan pemuda baju putih. Seketika meluncurlah ke samping sumoaynya.
  Tetapi ternyata pemuda baju putih itu tak mau menyerang lagi. Ia memandang sekalian tokoh-tokoh dan berseru lantang: “Go-bi Sam-hiap, musuh besar sudah tiba. Sebaiknya kalian jangan memusuhi agar aku jangan menghabiskan tenaga kalian. Asal kalian lepaskan Bok-yong Kang, akupun tak mengganggu kalian.”
  “Apa katamu? Apa maksudmu?” seru Ong Han-thian.
  Pemuda baju putih memandang ketua Go-bi-pay, sahutnya: “Ong ciangbun, tadi engkau dan Leng Bu-sia telah melukai dua orang anak murid kesayangan Wanita Suara Iblis. Kalau dugaanku tak keliru paling lambat malam ini, Wanita Suara Iblis itu tentu akan datang melakukan pembalasan.”
  Mendengar itu seketika berobahlah wajah Ong Han- thian, serunya pula: “Siapakah Wanita Suara Iblis itu? Apakah dia bukan sealiran dengan engkau?”
  “Memang kaum persilatan menganggap aku dan Wanita Suara Iblis itu satu aliran. Itulah sebabnya kalian berusaha mencelakai aku. Hm, sungguh menggelikan sekali!” seru pemuda baju putih itu.
  Tiba-tiba terlintas pada benak Tangan ganas jarum Beracun Tong Ki, serunya: “Siau Mo, banyak hal-hal yang tak mampu kita pecahkan. Harap engkau ikut kami ke rumah keluarga Nyo agar kami dapat mohon keterangan dari engkau.”
  Pemuda baju putih itu memang Siau Mo. Dia tertawa dingin: “Gedung keluarga Nyo sudah menjadi sebuah tempat yang menyeramkan dan sunyi. Siapakah yang kalian hendak cari ke sana?”
  Seruling Kumala Hong-hu Hoa terkejut.
  “Apa katamu?” teriaknya, “adakah Nyo Jong-ho dan keluarganya sudah tinggalkan gedung kediamannya yang mewah itu?”
  Ternyata ketika Li Giok-hou mengejar jejak sumoaynya yalah si dara Cu-ing. Hong-hu Hoa dan isterinya pun ikut mencari. Di dalam kota Lok-yang, kedua suami isteri itu telah berjumpa dengan kedua tokoh Go-bi-pay, Ong Han-thian dan Leng Bu-sia.
  Itulah sebabnya kedua suami isteri itu tak mengetahui apa yang terjadi dalam rumah keluarga Nyo.
  Kebalikannya, Siau Mo sudah kembali ke gedung keluarga Nyo dan dapatkan rumah itu telah ditimpah suatu peristiwa mengejutkan.
  Siau Mo tak lekas menjawab pertanyaan Hong-hu Hoa, melainkan merenung. Sesaat kemudian baru ia menyahut: “Apa yang terjadi di gedung keluarga Nyo, silahkan datang melihatnya sendiri.”
  Ia berhenti sejenak lalu menegur tokoh kedua dari Go-bi-pay: “Leng Bu-sia, apakah kalian betul-betul hendak mendesak aku supaya bertempur baru engkau melepaskan Bok-yong Kang?”
  Memang saat itu Leng Bu-sia masih memanggul Bok- yong Kang. Tokoh gendut itu tertawa gelak-gelak: “Siau Mo, sikap dan lagakmu benar-benar membuat orang seperti makan cuka. Baik, aku hendak minta pelajaran dari kecongkakanmu itu.”
  Go-bi Sam-hiap merupakan tokoh golongan cianpwe atau angkatan tua dalam dunia persilatan. Karena Siau Mo terus menerus memanggil Leng Bu-sia secara langsung dan nada bicaranya agak memandang rendah, murkalah ketiga tokoh Go-bie-pay itu.
  “Bluk,” sekali lepas jatuhlah tubuh Bok-yong Kang dari punggung Leng Bu-sia. Dan tokoh kedua dari Go-bi- pay itu bersiap hendak menempur Siau Mo.
  Tiba-tiba setiup angin membawa lengking teriakan ngeri dari seorang wanita: “Siau Mo, Siau Mo!”
  Tokoh-tokoh Go-bi-pay dan suami isteri Hong-hou Hoa terbeliak.
  Dari pintu kota tampak sesosok tubuh berlari-lari mendatangi. Dalam sekejap mata orang itu pun sudah tiba di tempat rombongan orang-orang Go-bi-pay.
  Ah, teryata pendatang itu adalah Nyo Cu-ing. Tangan dara itu mencekal pedang, rambutnya terurai kusut.
  Melihat keadaan nona itu terkejutlah Siau Mo. Ia menghela napas panjang.
  Demi melihat Siau Mo, dara itu pun terus menjerit: “Siau Mo, Siau Mo, ke manakah seluruh keluargaku?”
  Ternyata ketika pulang, Cu-ing mendapatkan keadaan rumahnya seperti apa yang dikatakan Siau Mo. Suatu peristiwa besar telah terjadi. Dan yang lebih mangejutkan lagi yalah di tengah-tengah ruang besar terpancang sebatang tiang bambu. Puncak tiang itu digantungi sebuah lentera kematian.
  Karena kejutnya, Cu-ing menjerit lari ke dalam ruang besar. Alat perabot masih tetap di tempat masing- masing tetapi sebatang hidung pun tak ada orangnya.
  Cu-ing terus masuk ke ruang dalam. Tetapi di situ kosong tak ada orang. Lalu kemana ketua Thay-kek- bun Han Ceng-jiang serta Li Giok-hou dan lain- lainnya? Jika mengatakan bahwa dalam waktu singkat Nyo Jong-ho telah pindah untuk menyingkir

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles