Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Teror Manusia Bangkai - 21

$
0
0
Cerita Silat | Teror Manusia Bangkai | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Teror Manusia Bangkai | Cersil Sakti | Teror Manusia Bangkai pdf

Cersil indo Jamur Sisik Naga Pendekar Rajawali Sakti - 146. Bunuh Pendekar Rajawali Sakti Cersil indo Ilmu Halimun Pendekar Rajawali Sakti - 148. Putri Randu Walang Cersil indo Lorong batas dunia


 
  8
 
  Kala Demit terkesiap. Terlebih-lebih, setelah melihat bahwa Surya Praga telah bersiap-siap me-lepaskan pukulan ke arahnya. Maka Kala Demit tidak ingin berlaku ayal-ayalan. Begitu melihat ta-ngan Surya Praga berkelebat ke depan, maka saat itu juga kedua tangannya yang telah teraliri tenaga dalam penuh didorongkan.
  Seketika seleret sinar berwarna biru melesat dari telapak tangan Kala Demit. Sebaliknya dari telapak tangan Surya Praga, melesat sinar putih menyilaukan mata. Suasana di tengah- tengah arena berubah menjadi panas sekali. Ketika kedua pukulan itu saling bertemu di udara, maka terdengar ledakan menggelegar. Tubuh Surya Praga dan Kala Demit sama-sama terlempar keluar dari arena!
  Seketika gemparlah tempat itu akibat ulah dua murid padepokan yang tampaknya ingin saling membunuh. Daeng Saka dan Gempita Soka, bahkan segera naik ke arena laga. Paras mereka berubah pucat melihat kelalaian yang terjadi.
  Bagaimana tidak? Mereka yang terlibat adu kepandaian adalah murid tertua yang sudah sama- sama mengetahui aturan yang berlaku. Tak seorang pun yang bertanding diperkenankan mempergunakan pukulan jarak jauh dan senjata. Tapi, Surya Praga dan Kala Demit telah melanggar aturan itu.
  Pada saat itu, baik Surya Praga maupun Kala Demit telah naik kembali ke tengah- tengah arena. Dari sudut sudut bibir mereka, tampak mengucur darah kental, pertanda keduanya menderita luka dalam yang tidak ringan.
  "Hei... tolol...! Apa yang kalian lakukan...! " bentak Daeng Saka ketika melihat kedua muridnya hendak saling serang kembali.
  "Mereka semua telah berubah menjadi gila!" desis Gempita Soka tidak kalah gusarnya.
  "Pasti telah terjadi sesuatu yang tidak beres di tempat ini, Paman...!" kata Rangga pelan.
  "Maksudmu?!" Daeng Saka tidak mengerti.
  "Seseorang telah mempengaruhi jalan pikiran mereka, melalui ilmu mengacaukan akal. Dengan begitu baik Kala Demit maupun Surya Praga me-rasa kalau orang yang dihadapi adalah lawan yang harus dibinasakan," jelas Rangga.
  Belum sempat Daeng Saka bertanya lebih lan-jut, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang tak ubahnya seperti nyanyian. Kemudian, tercium bau bangkai yang sangat menusuk hidung. Angin tiba-tiba berhembus. Di tengah-tengah hembusan angina yang menebar bau busuk itu, terdengar pula suara seperti orang yang sedang melantunkan bait-bait syair.
  Gunung Kelud arena laga. Tempat orang- orang tolol menentukan ketua partai yang baru. Di sini ini, kebiasaan leluhur berlangsung secara turun- temurun. Tapi, kali ini keadaan akan berubah lain. Tercatat atau tidaknya dalam sejarah, Manusia Bangkai akan mengukir sebuah kejayaan dengan tinta darah! Orang-orang tolol. Tidak ada yang lebih baik dan kalian, selain kidung kematian. Lereng Kelud akan bersimbah darah. Hingga hati dan penderitaan ini jadi terpuaskan.
  Sepi seketika terasa menghentak. Semua orang yang berada di lereng Gunung Kelud seakan tersirap oleh makna syair yang baru saja dilantunkan oleh seseorang yang bersembunyi di balik batu-batu besar. Namun pada saat itu, kesunyian segera terpecahkan oleh suara tawa seseorang. Semua mata sekarang tertuju ke arah terdengamya suara tawa.
  "Peramal Tuna Netra...!" desis Rangga dan Dewi Palasari hampir bersamaan.
  "Kehadiranmu sudah kami ketahui, Manusia Bangkai! Janganlah mengumbar syair murahan tanpa berani tunjukkan diri! Tunjukkan tampangmu. Kami semua telah mempersiapkan diri untuk menyambut kematian yang kau janjikan! " kata Ki Kambaya, ketika suara tawa terhenti. Ucapannya disertai tenaga dalam tinggi.
  "Wah! Ki Kambaya bicara ngaco. Barangkali dia yang menginginkan kematian. Tapi..., kalau aku nanti dulu!" Rangga menimpali.
  Meskipun dalam suasana tegang, mau tidak mau Dewi Palasari tersenyum juga mendengar ucapan Rangga yang diam-diam telah menarik perhatiannya.
  Tidak lama setelah ucapan Peramal Tuna Netra, dari balik batu-batu besar muncul sosok tubuh yang sudah sangat dikenal Dewi Palasari maupun Rangga.
  "Manusia durjana! Jangan terlalu lama berdiri di situ. Tanganku sudah sangat gatal ingin mencabik-cabik tubuhmu! " teriak Dewi Palasari yang memang memiliki dendam pribadi terhadap Manusia Bangkai.
  Manusia Bangkai tertawa-tawa. Tubuhnya berkelebat laksana kilat Di lain kejap dia telah berdiri di ujung arena laga, sambil memandang tajam pada Dewi Palasari.
  "Bicaramu terlewat takabur, Gadis Cantik. Ka-lau dulu pemuda di sampingmu tidak datang menolongmu, mungkin saat ini kau sudah menjadi istriku yang paling setia! "
  "Cis! Siapa sudi menjadi istrimu? Kau ber-hutang darah dan kehormatan padaku. Bersiap-siaplah untuk menerima kematian!" teriak Dewi Palasari.
  Tanpa dapat dicegah lagi, dengan pedang ter-hunus Dewi Palasari meneriang Batu Kumbara Namun, laki-laki berwajah angker seperti iblis ini hanya tertawa ganda. Tubuhnya berkelit ke samping. Dalam keadaan seperti itu, dia masih sempat melepaskan 039;Tendangan Iblis Gentayangan' yang sangat berbahaya.
  Temyata, Dewi Palasari yang memiliki penga-laman luas ini cepat menarik balik serangannya. Sementara pedang pusakanya kemudian diarahkan ke bagian mata Batu Kumbara.
  Manusia Bangkai terkejut setengah mati. Kaki-nya cepat ditarik balik. Dan walaupun dapat menyelamatkan matanya dari ancaman pedang, tidak urung dadanya masih sempat tersambar senjata di tangan gadis itu.
  Crak!
  Batu Kumbara terhuyung-huyung terhantam senjata Dewi Palasari. Tapi, sambaran pedang itu tidak membawa akibat apa-apa. Sebaliknya, sambil memaki dikerahkannya jurus 'Menipu Para Dewa'. Tangan kanan Manusia Bangkai terjulur ke depan, mencengkeram bagian dada Dewi Palasari. Gadis ini terkejut setengah mati, dan cepat melompat mundur dengan wajah bersemu merah.
  "Manusia terkutuk!" maki Dewi Palasari, geram bukan main.
  Cengkeraman itu tidak mengenai sasaran. Tapi, tendangan susulan yang dilakukan Batu Kumbara berhasil menghantam perut Dewi Palasari.
  "Wuaagkh...! "
  Ketua Padepokan Merak Emas itu menjerit kesakitan. Tubuhnya terlempar dan jatuh persis di depan kaki Daeng Saka. Wajah gadis itu berubah pucat seketika. Dari mulut dan hidungnya mengucur darah kental, pertanda menderita luka dalam yang cukup parah.
  Melihat kenyataan ini, Daeng Saka melompat ke depan. Pedang di tangannya sudah melintang di depan dada.
  "Manusia iblis! Akulah lawanmu!" dengus Ketua Padepokan Naga Merah sambil bersiap-siap mengerahkan jurus. 'Menggulung Topan Samu-dera', salah satu jurus yang menjadi andalan Pa-depokan Naga Merah.
  "Manusia jelek! Coba sebutkan namamu, sebelum aku membunuhmu!" bentak Batu Kumbara. Keparati Kau tidak layak mengetahui siapa aku!"
  "Kalau begitu, kau akan mati penasaran!" desis Manusia Bangkai.
  Segera Batu Kumbara menghindari serangandahsyat yang dilakukan Daeng Saka. Tapi, anehnya serangan yang dilakukan Daeng Saka seakan tidak ada habis-habisnya. Apalagi pedang di tangannya seakan berubah semakin banyak, mengu

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>