Cerita Silat | Orang-Orang Atas Angin | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Orang-Orang Atas Angin | Cersil Sakti | Orang-Orang Atas Angin pdf
Cersil indo Ilmu Halimun Pendekar Rajawali Sakti - 148. Putri Randu Walang Cersil indo Lorong batas dunia Pendekar Rajawali Sakti - 149. Teror Manusia Bangkai Pendekar Romantis - Skandal Hantu Putih
gi-lagi aku lupa! " seru gadis itu tertawa kecil, seraya beranjak ke halaman.
"Hendak ke mana, Gusti Ayu?"
"Akan kutemui Jaka Anggada. Dan ingin kubuktikan, sampai di mana kehebatannya," sahut Sekarmayang enteng.
"Jangan terus menggoda hamba, Gusti Ayu," ujar Nyai Larasati sambil mengikuti dari belakang.
"Siapa yang menggodamu? Aku berkata sung-guh-sungguh!" tegas Sekarmayang.
"Gusli Ayu hendak mengujinya? Dengan cara bagaimana?"
"Kuajak dia bertarung denganku."
Nyai Larasati terhenyak mendengar jawaban itu. Mana mungkin Sekarmayang mampu? Dia menduga, gadis itu sedang mengerjainya lagi. Tapi, wajah Sekarmayang tampak sungguh-sungguh. Jelas, dia tidak main-main dengan ucapannya.
"Jaka Anggada, kemari kau...!" teriak Sekarmayang, begitu tiba di tengah tengah halaman.
Mendengar namanya dipanggil, pemuda ber-nama Jaka Anggada menghentikan latihannya. Setelah berpaling, tergopoh-gopoh dihampinnya gadis itu.
Begitu sampai di depan Sekarmayang, Jaka Anggada menjura hormat.
"Ada apa, Gusti Ayu?"
"Aku ingin menguji, sampai di mana kemam-puanmu!" sahut Sekarmayang tanpa basa-basi.
"Gusti Ayu.... Hamba tidak mengerti...," sahut pemuda itu bingung.
"Begini. Kuajak kau bertarung. Dan kau harus mengeluarkan seluruh kemampuan yang kau miliki untuk menjatuhkanku," jelas gadis itu.
'Tapi, Gusti Ayu. Itu tidak mungkin...."
"Kenapa? Kau merendahkanku? Menganggap-ku remeh?" biding gadis itu sinis.
"Gusti Ayu.... Bagaimana mungkin aku bisa menyerangmu jika kau...."
'Turuti kata kataku! Hei, dengar! Belum tentu kau mampu menjatuhkanku dalam sepuluh jurus!" potong Sekarmayang, membakar jiwa pemuda itu.
"Gusti Ayu... Hamba tidak mungkin melakukannya. Bukan saja Gusti Ayu tidak mempunyai kemampuan apa- apa, tapi Gusti Adipati sendiri telah memperingatkan hamba, agar tidak membicarakan hal-hal seperti itu denganmu...," tolak Jaka Anggada, halus.
"Jaka Anggada, dengarkan! Aku yang bertang-gung jawab jika ayahanda marah padamu. Lagi pula aku ingin tahu, sampai di mana kehebatanmu yang sering digembar gemborkan. Atau barangkali, segala cerita itu hanya isapan jempol belaka? Sebab, yang sebenarnya kau adalah seorang pengecut?" ejek Sekarmayang, memanasi.
Jaka Anggada terdiam sesaat. Dia tidak percaya Sekarmayang bisa bersikap seperti itu. Bahkan mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengar. Padahal seingatnya, gadis ini tidak pemah berkata kasar padanya. Sekarmayang selalu berbicara lemah lembut. Bukan saja kepadanya, tapi juga kepada semua orang. Meski hatinya terbakar mendengar ejekan tadi, namun pemuda itu masih tetap bisa menahan diri. Sebab, dia lebih mematuhi perintah sang adipati ketimbang menuruti hawa amarah di hatinya.
"Gusti Ayu Sekarmayang, tidak patut rasanya kau bicara seperti itu...."
Nyai Larasati berusaha menengahi, membujuk gadis itu dengan menggamit lengannya.
Namun dengan kasar gadis itu menepisnya. Lalu ditudingnya wanita tua itu.
"Orang tua! Tidak perlu kau ikut campur! Per-gilah! Ini urusanku!"
"Gusti Ayu! Kau..., kau..."
Nyai Larasati terperangah mendengar bentakan itu. Dari kecil, belum pernah sekalipun gadis ini bicara keras padanya. Tapi kali ini benar-benar membuatnya sangat terkejut.
"Hei, Jaka Anggada! Jangan dikira kau bisa menganggap enteng padaku. Kalau kau memang tidak mau menyerangku, maka coba tahan seranganku!" desis gadis itu dengan tangan kiri berkacak pinggang dan tangan kanan menuding.
"Ampun, Gusti Ayu. Jika memang Gusti Ayu mengharapkan kemenangan dari hamba, maka hamba mengaku kalah...," sahut pemuda itu, merendah.
Tapi jawaban itu bukan membuat Sekarmayang menjadi lunak. Sebaliknya, gadis itu jadi naik pitam. Sepasang matanya melotot garang, dan wajahnya berkerut geram.
"Bocah sombong! Kau kira kepandaianmu su-dah sedemikian tinggi, heh?! Kau hanya seekor keledai dungu, Jaka?!" bentak Sekarmayang, seraya melompat menerjang.
"He?!"
***
Cersil indo Ilmu Halimun Pendekar Rajawali Sakti - 148. Putri Randu Walang Cersil indo Lorong batas dunia Pendekar Rajawali Sakti - 149. Teror Manusia Bangkai Pendekar Romantis - Skandal Hantu Putih
gi-lagi aku lupa! " seru gadis itu tertawa kecil, seraya beranjak ke halaman.
"Hendak ke mana, Gusti Ayu?"
"Akan kutemui Jaka Anggada. Dan ingin kubuktikan, sampai di mana kehebatannya," sahut Sekarmayang enteng.
"Jangan terus menggoda hamba, Gusti Ayu," ujar Nyai Larasati sambil mengikuti dari belakang.
"Siapa yang menggodamu? Aku berkata sung-guh-sungguh!" tegas Sekarmayang.
"Gusli Ayu hendak mengujinya? Dengan cara bagaimana?"
"Kuajak dia bertarung denganku."
Nyai Larasati terhenyak mendengar jawaban itu. Mana mungkin Sekarmayang mampu? Dia menduga, gadis itu sedang mengerjainya lagi. Tapi, wajah Sekarmayang tampak sungguh-sungguh. Jelas, dia tidak main-main dengan ucapannya.
"Jaka Anggada, kemari kau...!" teriak Sekarmayang, begitu tiba di tengah tengah halaman.
Mendengar namanya dipanggil, pemuda ber-nama Jaka Anggada menghentikan latihannya. Setelah berpaling, tergopoh-gopoh dihampinnya gadis itu.
Begitu sampai di depan Sekarmayang, Jaka Anggada menjura hormat.
"Ada apa, Gusti Ayu?"
"Aku ingin menguji, sampai di mana kemam-puanmu!" sahut Sekarmayang tanpa basa-basi.
"Gusti Ayu.... Hamba tidak mengerti...," sahut pemuda itu bingung.
"Begini. Kuajak kau bertarung. Dan kau harus mengeluarkan seluruh kemampuan yang kau miliki untuk menjatuhkanku," jelas gadis itu.
'Tapi, Gusti Ayu. Itu tidak mungkin...."
"Kenapa? Kau merendahkanku? Menganggap-ku remeh?" biding gadis itu sinis.
"Gusti Ayu.... Bagaimana mungkin aku bisa menyerangmu jika kau...."
'Turuti kata kataku! Hei, dengar! Belum tentu kau mampu menjatuhkanku dalam sepuluh jurus!" potong Sekarmayang, membakar jiwa pemuda itu.
"Gusti Ayu... Hamba tidak mungkin melakukannya. Bukan saja Gusti Ayu tidak mempunyai kemampuan apa- apa, tapi Gusti Adipati sendiri telah memperingatkan hamba, agar tidak membicarakan hal-hal seperti itu denganmu...," tolak Jaka Anggada, halus.
"Jaka Anggada, dengarkan! Aku yang bertang-gung jawab jika ayahanda marah padamu. Lagi pula aku ingin tahu, sampai di mana kehebatanmu yang sering digembar gemborkan. Atau barangkali, segala cerita itu hanya isapan jempol belaka? Sebab, yang sebenarnya kau adalah seorang pengecut?" ejek Sekarmayang, memanasi.
Jaka Anggada terdiam sesaat. Dia tidak percaya Sekarmayang bisa bersikap seperti itu. Bahkan mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengar. Padahal seingatnya, gadis ini tidak pemah berkata kasar padanya. Sekarmayang selalu berbicara lemah lembut. Bukan saja kepadanya, tapi juga kepada semua orang. Meski hatinya terbakar mendengar ejekan tadi, namun pemuda itu masih tetap bisa menahan diri. Sebab, dia lebih mematuhi perintah sang adipati ketimbang menuruti hawa amarah di hatinya.
"Gusti Ayu Sekarmayang, tidak patut rasanya kau bicara seperti itu...."
Nyai Larasati berusaha menengahi, membujuk gadis itu dengan menggamit lengannya.
Namun dengan kasar gadis itu menepisnya. Lalu ditudingnya wanita tua itu.
"Orang tua! Tidak perlu kau ikut campur! Per-gilah! Ini urusanku!"
"Gusti Ayu! Kau..., kau..."
Nyai Larasati terperangah mendengar bentakan itu. Dari kecil, belum pernah sekalipun gadis ini bicara keras padanya. Tapi kali ini benar-benar membuatnya sangat terkejut.
"Hei, Jaka Anggada! Jangan dikira kau bisa menganggap enteng padaku. Kalau kau memang tidak mau menyerangku, maka coba tahan seranganku!" desis gadis itu dengan tangan kiri berkacak pinggang dan tangan kanan menuding.
"Ampun, Gusti Ayu. Jika memang Gusti Ayu mengharapkan kemenangan dari hamba, maka hamba mengaku kalah...," sahut pemuda itu, merendah.
Tapi jawaban itu bukan membuat Sekarmayang menjadi lunak. Sebaliknya, gadis itu jadi naik pitam. Sepasang matanya melotot garang, dan wajahnya berkerut geram.
"Bocah sombong! Kau kira kepandaianmu su-dah sedemikian tinggi, heh?! Kau hanya seekor keledai dungu, Jaka?!" bentak Sekarmayang, seraya melompat menerjang.
"He?!"
***