Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Pendekar Rajawali Sakti - 150. Orang-Orang Atas Angin Pendekar Rajawali Sakti - 152. Istana Goa Darah Wiro Sableng 6 - Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga Wiro Sableng 21 - Neraka Puncak Lawu Pendekar Rajawali Sakti - 153. Pemuas Nafsu Iblis
Dalam pertemuan sekaligus perjamuan tersebut, Siangkoan Tek sudah dengan tegas menegaskan maksudnya:
”Cuwi sekalian …….. selaku tuan rumah, perkenankan Lohu menyambut cuwi sekalian dalam jamuan siang hari ini. Sekaligus, kami Bengkauw menyampaikan terima kasih atas kehadiran cuwi sekalian dalam perjamuan ini. Karena merupakan kesempatan yang sangat langka dan adalah kehormatan besar bagi Bengkauw kami menerima kedatangan dan kunjungan cuwi sekalian. Setelah Bengkauw menjadi bagian dari Rimba Persilatan Tionggoan, maka inilah kesempatan pertama kami menjamu serta menyambut kehadiran para sahabat dan sekaligus, besok harinya, sebuah Pibu besar akan turut menentukan bagaimana kelak keberadaan Bengkauw Tionggoan. Perlu kami kemukakan, pertumbuhan Bengkauw Tionggoan sejak awal sama sekali terlepas dari bantuan dan topangan Bengkauw Pusat di Persia, bahkan merekapun kurang peduli ketika kami meminta bantuan mereka. Tetapi, ketika Bengkauw Tionggoan berkembang pesat, tiba-tiba mereka datang dan menuntut upeti dan memaksa kami menjadi cabang ataupun bawahan Bengkauw Persia.
Status dan paksaan ini kami tolak dan kami sudah tegaskan bahwa Bengkauw Tionggoan berdiri sendiri dan sudah menjadi bagian dari Dunia Persilatan Tionggoan …………..” sampai disini Siangkoan Tek berdiam sebentar dan memandangi seluruh hadirin baru kemudian melanjutkan lagi; “Rupanya Bengkauw Persia tidak tinggal diam. Tahun silam mereka datang untuk menekan dan memaksa kami tunduk dengan menggunakan kekuatan. Syukur, dengan bantuan Duta Agung, kami mampu mengusir mereka pergi. Tetapi mereka tidak berhenti disana, tetap berusaha untuk menekan kami Bengkauw Tionggoan. Sampai akhirnya Bengkauw Persia menantang Dunia Persilatan Tionggoan untuk melakukan pibu menentukan status kami Bengkauw Tionggoan. Perlu kami tegaskan cuwi sekalian bahwa, status kami jikapun kita kalah tetap tidak akan menghamba ke Persia, dan akan tetap melakukan perlawanan tertutup ataupun terbuka atas ancaman Bengkauw Persia. Kami sudah sangat siap. Tetapi, tetap saja, jika kita kalah besok, maka perjanjian harus kita taati, yakni untuk selanjutnya Dunia Persilatan Tionggoan, jangan mencampuri urusan Bengkauw. Kami siap menghadapinya dengan Bengkauw melawan Bengkauw dan menyelesaikannya sendiri. Jika kita menang besok, maka syukur, mereka akan tidak punya hak memaksa kami lebih jauh. Karena pertimbangan ini, maka kami perlu mengucapkan Terima Kasih mendalam kepada cuwi sekalian yang sudah menerima dan memperlakukan kami sebagai saudara …….”
”Amitabha …..……… punco benar-benar terharu dengan ucapan selamat datang dan pidato Bengkauw Kauwcu. Segala sesuatu yang bertujuan bagi kebaikan umat manusia dan menjaga kedamaian sesama adalah tanggung jawab kita …. siancay ….”
Terdengar ucapan sederhana tetapi mengena bagi semua orang. Ucapan seorang tokoh besar, Ciangbundjin Siauw Lim Sie sudah tentu bukanlah omongan kosong. Tapi diindahkan dan diingat serta diresapi banyak orang. Ucapan yang mewakili serta juga menunjukkan kebersamaan para pendekar dan perguruan di Bengkauw.
”Omitohud …….. ucapan Ciangbundjin Siauw Lim Sie sudah sangat tepat …..” sambut dan balas Thian Hoat Todjin, Ciangbudjin dari Bu Tong Pay.
Percakapan mereka berlanjut dengan seru, terutama karena ada beberapa tokoh dari perguruan lain yang juga ikut nimbrung. Tetapi, karena memang tidak mungkin dapat mendiskusikan lebih detail soal persiapan kedepan, maka diskusi di jamuan makan itu ditutup tidak lama kemudian. Dan beberapa saat kemudian, dilanjutkan lagi dengan diskusi terbatas, terutama dengan wakil-wakil dari Bu Tong, Siauw Lim, Kaypang, Lembah Pualam Hijau ditambah dengan Lam Hay Bun dan Pulau Awan Putih. Sekali ini, karena tokoh-tokoh yang terlibat adalah Perguruan puncak di Tionggoan, maka dialog mereka lebih terbuka dan menghasilkan banyak kesepakatan:
“Harus lohu tegaskan sekali lagi, jika memang pihak kita kalah, maka Bengkauw Tionggoan akan melawan tekanan Bengkauw Persia. Tolong cuwi sekalian bersikap netral dan tidak membantu siapapun … melawan mereka di Tionggoan akan membuat mereka, Bengkauw Pusat Persia tidak mampu menarik keuntungan sedikitpun dari kami di Tionggoan. Kami punya keyakinan soal itu ……”
Kauwcu Bengkauw Siangkoan Tek berkata menegaskan sekali lagi sikap Bengkauw Tionggoan terhadap pibu dan hasilnya.
”Siangkoan Kauwcu, kami dari Lam Hay Bun sudah menerima pesan dan penegasan dari kong chouw, bahwa dalam keadaan apapun, Lam Hay Bun harus membantu serta mendukung Bengkauw Tionggoan ………” terdnegar suara yang besar dari Tiong Hong yang kini menjabat Tocu Lam Hay Bun menggantikan adiknya yang sempat menjabat selama beberapa hari selama kisruh di Lam Hay Bun.
”Terima kasih Tocu Lam Hay ….. terima kasih, tetapi betapapun jika kita kalah di pibu esok, maka tetap saja kami meminta cuwi sekalian bersikap netral kelak …..”
”Omitohud …….. tetapi, kita belum tentu kalah Siangkoan Kauwcu. Malah kemungkinan menang cukup besar di pihak kita ……” terdengar Thian Hoat Todjin ikut berbicara ”Engkau benar Thian Hoat Ciangbudjin, tetapi Duta Agung sendiri menegaskan bahwa lawan yang menantang atas nama Bengkauw Persia sekali ini adalah tokoh hebat dan sakti dari Persia. Dan dia belum yakin apakah akan mampu menahan tokoh tersebut ataukah tidak ……… kita semua sudah tahu kehebatan Duta Agung …….” Kauwcu Bengkauw menegaskan sambil memandang semua orang.
”Amitabha ……… apakah benar demikian Duta Agung …..”? Semua orang memandang Ceng Liong ketika Siangkoan Tek berkata yang kemudian diikuti oleh pertanyaan dari Ciangbundjin Siauw Lim Sie. Mau tidak mau Ceng Liong harus berkata menjawab pertanyaan itu:
”Cuwi sekalian ……. para locianpwee yang terhormat, beberapa waktu lalu kami suami istri bertemu Asha Vahista dan Wong Jin Liu yang melakukan pibu.
Mereka berdua mohon bantuanku menjadi wasit, dan keduanya melangsungkan pertar
Pendekar Rajawali Sakti - 150. Orang-Orang Atas Angin Pendekar Rajawali Sakti - 152. Istana Goa Darah Wiro Sableng 6 - Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga Wiro Sableng 21 - Neraka Puncak Lawu Pendekar Rajawali Sakti - 153. Pemuas Nafsu Iblis
Dalam pertemuan sekaligus perjamuan tersebut, Siangkoan Tek sudah dengan tegas menegaskan maksudnya:
”Cuwi sekalian …….. selaku tuan rumah, perkenankan Lohu menyambut cuwi sekalian dalam jamuan siang hari ini. Sekaligus, kami Bengkauw menyampaikan terima kasih atas kehadiran cuwi sekalian dalam perjamuan ini. Karena merupakan kesempatan yang sangat langka dan adalah kehormatan besar bagi Bengkauw kami menerima kedatangan dan kunjungan cuwi sekalian. Setelah Bengkauw menjadi bagian dari Rimba Persilatan Tionggoan, maka inilah kesempatan pertama kami menjamu serta menyambut kehadiran para sahabat dan sekaligus, besok harinya, sebuah Pibu besar akan turut menentukan bagaimana kelak keberadaan Bengkauw Tionggoan. Perlu kami kemukakan, pertumbuhan Bengkauw Tionggoan sejak awal sama sekali terlepas dari bantuan dan topangan Bengkauw Pusat di Persia, bahkan merekapun kurang peduli ketika kami meminta bantuan mereka. Tetapi, ketika Bengkauw Tionggoan berkembang pesat, tiba-tiba mereka datang dan menuntut upeti dan memaksa kami menjadi cabang ataupun bawahan Bengkauw Persia.
Status dan paksaan ini kami tolak dan kami sudah tegaskan bahwa Bengkauw Tionggoan berdiri sendiri dan sudah menjadi bagian dari Dunia Persilatan Tionggoan …………..” sampai disini Siangkoan Tek berdiam sebentar dan memandangi seluruh hadirin baru kemudian melanjutkan lagi; “Rupanya Bengkauw Persia tidak tinggal diam. Tahun silam mereka datang untuk menekan dan memaksa kami tunduk dengan menggunakan kekuatan. Syukur, dengan bantuan Duta Agung, kami mampu mengusir mereka pergi. Tetapi mereka tidak berhenti disana, tetap berusaha untuk menekan kami Bengkauw Tionggoan. Sampai akhirnya Bengkauw Persia menantang Dunia Persilatan Tionggoan untuk melakukan pibu menentukan status kami Bengkauw Tionggoan. Perlu kami tegaskan cuwi sekalian bahwa, status kami jikapun kita kalah tetap tidak akan menghamba ke Persia, dan akan tetap melakukan perlawanan tertutup ataupun terbuka atas ancaman Bengkauw Persia. Kami sudah sangat siap. Tetapi, tetap saja, jika kita kalah besok, maka perjanjian harus kita taati, yakni untuk selanjutnya Dunia Persilatan Tionggoan, jangan mencampuri urusan Bengkauw. Kami siap menghadapinya dengan Bengkauw melawan Bengkauw dan menyelesaikannya sendiri. Jika kita menang besok, maka syukur, mereka akan tidak punya hak memaksa kami lebih jauh. Karena pertimbangan ini, maka kami perlu mengucapkan Terima Kasih mendalam kepada cuwi sekalian yang sudah menerima dan memperlakukan kami sebagai saudara …….”
”Amitabha …..……… punco benar-benar terharu dengan ucapan selamat datang dan pidato Bengkauw Kauwcu. Segala sesuatu yang bertujuan bagi kebaikan umat manusia dan menjaga kedamaian sesama adalah tanggung jawab kita …. siancay ….”
Terdengar ucapan sederhana tetapi mengena bagi semua orang. Ucapan seorang tokoh besar, Ciangbundjin Siauw Lim Sie sudah tentu bukanlah omongan kosong. Tapi diindahkan dan diingat serta diresapi banyak orang. Ucapan yang mewakili serta juga menunjukkan kebersamaan para pendekar dan perguruan di Bengkauw.
”Omitohud …….. ucapan Ciangbundjin Siauw Lim Sie sudah sangat tepat …..” sambut dan balas Thian Hoat Todjin, Ciangbudjin dari Bu Tong Pay.
Percakapan mereka berlanjut dengan seru, terutama karena ada beberapa tokoh dari perguruan lain yang juga ikut nimbrung. Tetapi, karena memang tidak mungkin dapat mendiskusikan lebih detail soal persiapan kedepan, maka diskusi di jamuan makan itu ditutup tidak lama kemudian. Dan beberapa saat kemudian, dilanjutkan lagi dengan diskusi terbatas, terutama dengan wakil-wakil dari Bu Tong, Siauw Lim, Kaypang, Lembah Pualam Hijau ditambah dengan Lam Hay Bun dan Pulau Awan Putih. Sekali ini, karena tokoh-tokoh yang terlibat adalah Perguruan puncak di Tionggoan, maka dialog mereka lebih terbuka dan menghasilkan banyak kesepakatan:
“Harus lohu tegaskan sekali lagi, jika memang pihak kita kalah, maka Bengkauw Tionggoan akan melawan tekanan Bengkauw Persia. Tolong cuwi sekalian bersikap netral dan tidak membantu siapapun … melawan mereka di Tionggoan akan membuat mereka, Bengkauw Pusat Persia tidak mampu menarik keuntungan sedikitpun dari kami di Tionggoan. Kami punya keyakinan soal itu ……”
Kauwcu Bengkauw Siangkoan Tek berkata menegaskan sekali lagi sikap Bengkauw Tionggoan terhadap pibu dan hasilnya.
”Siangkoan Kauwcu, kami dari Lam Hay Bun sudah menerima pesan dan penegasan dari kong chouw, bahwa dalam keadaan apapun, Lam Hay Bun harus membantu serta mendukung Bengkauw Tionggoan ………” terdnegar suara yang besar dari Tiong Hong yang kini menjabat Tocu Lam Hay Bun menggantikan adiknya yang sempat menjabat selama beberapa hari selama kisruh di Lam Hay Bun.
”Terima kasih Tocu Lam Hay ….. terima kasih, tetapi betapapun jika kita kalah di pibu esok, maka tetap saja kami meminta cuwi sekalian bersikap netral kelak …..”
”Omitohud …….. tetapi, kita belum tentu kalah Siangkoan Kauwcu. Malah kemungkinan menang cukup besar di pihak kita ……” terdengar Thian Hoat Todjin ikut berbicara ”Engkau benar Thian Hoat Ciangbudjin, tetapi Duta Agung sendiri menegaskan bahwa lawan yang menantang atas nama Bengkauw Persia sekali ini adalah tokoh hebat dan sakti dari Persia. Dan dia belum yakin apakah akan mampu menahan tokoh tersebut ataukah tidak ……… kita semua sudah tahu kehebatan Duta Agung …….” Kauwcu Bengkauw menegaskan sambil memandang semua orang.
”Amitabha ……… apakah benar demikian Duta Agung …..”? Semua orang memandang Ceng Liong ketika Siangkoan Tek berkata yang kemudian diikuti oleh pertanyaan dari Ciangbundjin Siauw Lim Sie. Mau tidak mau Ceng Liong harus berkata menjawab pertanyaan itu:
”Cuwi sekalian ……. para locianpwee yang terhormat, beberapa waktu lalu kami suami istri bertemu Asha Vahista dan Wong Jin Liu yang melakukan pibu.
Mereka berdua mohon bantuanku menjadi wasit, dan keduanya melangsungkan pertar