Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Pendekar Gila - Istana Berdarah Pengemis Binal - Tabir Air Sakti Pendekar Rajawali Sakti - 151. Pendekar Pedang Bayangan Kisah Para Naga di Pusaran Badai 2 - Pertempuran di Gunung Siong San Pendekar Mabuk - Titisan Ilmu Setan
Dan ketika akhirnya pertemuan itu bubar, pada malamnya Ceng Liong kembali memanggil kawan- kawannya. Khususnya para pendekar muda yang akan melakukan pibu keesokan harinya. Semua hadir, dan dalam kesempatan inilah Souw Kwi Song yang ditunggu akhirnya muncul dan sekaligus berkata:
”Sahabat sekalian, mohon dimaafkan, karena sebuah urusan mendesak di Siauw Lim Sie, maka kami kakak beradik terlambat. Bahkan untuk urusan yang sangat penting itu, Thian Ki Hwesio jadinya berhalangan datang karena sedang bertugas untuk Kuil Siauw Lim Sie ……… mohon maaf …..”
”Baiklah, selamat datang Kwi Song hengte ……….
kehadiranmu dan urusanmu sangat kami pahami.
Ciangbudjin Siauw Lim Sie sudah hadir disini dan sudah menjelaskan halangan yang kalian hadapi.
Tetapi syukurlah, engkau sudah berada di tengah kami, karena besok kita akan menghadapi pibu bersejarah itu …….”
“Terima kasih Duta Agung …..” dan Kwi Songpun mengambil tempat duduk diantara teman temannya itu. Dan lengkaplah “Pasukan” atau “jago” Tionggoan yang akan tampil menghadapi Bengkauw Persia dalam pibu esok harinya. Mereka masing-masing adalah SIANGKOAN GIOK LIAN, SOUW KWI SONG, LIANG TEK HOAT, NENGGALA dan terakhir tentu saja KIANG CENG LIONG. Mereka masing-masing bahkan sudah dipasangkan dengan lawan yang akan mereka hadapi esok harinya, yang sesuai dengan kesepakatan yang akan tampil adalah TOPENG HITAM, TOPENG, MERAH, TOPENG PUTIH dan TOPENG EMAS serta tentu saja ASHA VAHISTA sendiri. Dan malam ini, semua tokoh itu sudah berada di Ang In Kok, siap menyongsong pibu.
”Sahabat sekalian …… nampaknya hasil pibu besok akan sangat menentukan seperti apa gejolak Dunia Persilatan kedepan. Kekalahan kita akan membuat Bengkauw Tionggoan harus bertarung sendirian menentukan kebebasan dan nasibnya, sementara kemenangan kita berarti memutus rantai konflik mereka dalam waktu panjang. Meski tidak yakin benar, tetapi setidaknya kemenangan adalah pilihan yang paling benar dan yang paling harus kita kejar bersama. Tentunya dengan tetap memegang norma- norma kebenaran dan keadilan serta tidak menggunakan cara-cara kotor. Sejujurnya, di semua babak, kita berhadapan dengan LAWAN yang seimbang, baik Topeng Merah, Topeng Hitam, Topeng Putih maupun Topeng Emas. Mereka semua adalah tokoh yang dididik secara ketat dan memiliki kemampuan yang setara dengan kita semua. Karena itu, maka yang paling menentukan kelak adalah KETENANGAN, KEMATANGAN dan KEULETAN kita dalam menghadapi pibu tersebut ………”
”Benar Duta Agung, kita mau tidak mau harus menang. Sebab jika tidak, hubungan yang buruk antara bengkauw Tionggoan dan Bengkauw Persia pasti akan berimbas pada banyak hal, termasuk ketentraman Rimba Persilatan Tionggoan. Karena itu, kita harus sadar, bahwa Pibu ini bukan untuk BENGKAUW TIONGGOAN, tetapi lebih dari itu, adalah untuk Rimba Persilatan Tionggoan …….” Berkata Nenggala dengan wajah yang sangat serius dan dalam.
“Benar ……. Kuharap pibu ini tidak dan bukan terutama untuk nasib kami di Bengkauw, tetapi untuk kepentingan seluruh insan persilatan, baik di Tionggoan maupun bahkan di Persia sekalipun. Maka kemenangan adalah hal yang penting meski juga bukanlah segala-galanya bagi kita semua ….” Giok Lian berkata, karena bagaimanapun selaku anggota Bengkauw, dia merasa risih jika pibu besok adalah semata untuk kepentingan Bengkauw ke depan.
”Tentu saja bukan Lian moi ……. Pibu ini untuk kepentingan banyak orang. Tetapi, jika kupikirkan kembali pertemuan awal hingga pertemuan di pibu antara Asha Vahista dengan Wong Jin Liu dan semua kalimat-kalimatnya, tokoh Persia berdarah Tionggoan itu seperti sedang mengirimkan pesan untuk kita.
Hanya saja, baru sebagian kecil dari pesan tokoh hebat itu yang dapat kuanalisis dan juga kupahami …..
……” Ceng Liong kembali berkata bukan sekedar menjawab kegelisahan Giok Lian, tetapi juga mengutarakan kegalauan serta tanda tanya yang belum mampu dianalisis dan dijawabnya secara penuh.
”Hmmmm, Liong ko, apa kecurigaan dan tanda tanya yang membuat engkau galau dan terus menerus memikirkannya ….”? Tek Hoat mengejarnya ”Begini sahabat semua, pertanyaan pertama adalah, mengapa dan untuk sebab apa Asha Vahista mengundangku dan memintaku dengan persetujuan Wong Jin Liu untuk menjadi saksi dan menjadi penengah pibu antara mereka berdua. Bukankah ini seperti memberiku keuntungan besar dalam menyaksikan, menganalisis bahkan jika mungkin menyadap kemampuan bukan hanya Asha Vahista tetapi juga Wong Jin Liu ….?. Bukankah ini adalah keuntungan besar buatku karena pibu dengannya sudah ditetapkan waktunya terlebih dahulu …..? Kedua, tokoh itu bahkan seperti secara sengaja memberiku kesempatan melihat dan menyadari bahwa tipu dan saripati gerakan Lan Moi, Lian Moi, Hoat te dan Nenggala sudah berhasil disadapnya beberapa bagian. Tetapi, semua itu tidak dilakukannya untuk menekanku akan tetapi nampaknya dilakukannya secara amat wajar dalam sebuah pibu melawan tokoh hebat sekelas Wong Jin Liu. Ini yang membuatku merasa ada hal yang sangat misterius yang berkaitan dengan tokoh Persia itu, terlebih karena sedikit banyak dia mengetahui bahwa akupun memiliki kemampuan yang sama dengan apa yang diperlihatkannya. Yakni kemampuan dalam memahami dan menganalisis gerak tipu orang. Apa maksud dan pesan tokoh itu? Ini yang belum dapat kujawab ……”
Semua orang menjadi terkejut dengan penjelasan dan pernyataan Ceng Liong. Bahkan seorang Nenggala yang paling senior diantara mereka, paling tenang dan paling punya pengalaman sampai tidak tahu mau berkata apa. Tetapi, adalah Nenggala yang paling cepat bereaksi dan memberikan pikirannya:
”Duta Agung …… apakah bukan maksud tokoh itu untuk menjatuhkan morilmu serta memberitahu bahwa apa yang kita punya sudah mereka kenali semuanya? Karena bukan tidak mungkin mereka masih menyimpan bekal lain yang lebih hebat dan coba menyesatkan kita dengan memamer
Pendekar Gila - Istana Berdarah Pengemis Binal - Tabir Air Sakti Pendekar Rajawali Sakti - 151. Pendekar Pedang Bayangan Kisah Para Naga di Pusaran Badai 2 - Pertempuran di Gunung Siong San Pendekar Mabuk - Titisan Ilmu Setan
Dan ketika akhirnya pertemuan itu bubar, pada malamnya Ceng Liong kembali memanggil kawan- kawannya. Khususnya para pendekar muda yang akan melakukan pibu keesokan harinya. Semua hadir, dan dalam kesempatan inilah Souw Kwi Song yang ditunggu akhirnya muncul dan sekaligus berkata:
”Sahabat sekalian, mohon dimaafkan, karena sebuah urusan mendesak di Siauw Lim Sie, maka kami kakak beradik terlambat. Bahkan untuk urusan yang sangat penting itu, Thian Ki Hwesio jadinya berhalangan datang karena sedang bertugas untuk Kuil Siauw Lim Sie ……… mohon maaf …..”
”Baiklah, selamat datang Kwi Song hengte ……….
kehadiranmu dan urusanmu sangat kami pahami.
Ciangbudjin Siauw Lim Sie sudah hadir disini dan sudah menjelaskan halangan yang kalian hadapi.
Tetapi syukurlah, engkau sudah berada di tengah kami, karena besok kita akan menghadapi pibu bersejarah itu …….”
“Terima kasih Duta Agung …..” dan Kwi Songpun mengambil tempat duduk diantara teman temannya itu. Dan lengkaplah “Pasukan” atau “jago” Tionggoan yang akan tampil menghadapi Bengkauw Persia dalam pibu esok harinya. Mereka masing-masing adalah SIANGKOAN GIOK LIAN, SOUW KWI SONG, LIANG TEK HOAT, NENGGALA dan terakhir tentu saja KIANG CENG LIONG. Mereka masing-masing bahkan sudah dipasangkan dengan lawan yang akan mereka hadapi esok harinya, yang sesuai dengan kesepakatan yang akan tampil adalah TOPENG HITAM, TOPENG, MERAH, TOPENG PUTIH dan TOPENG EMAS serta tentu saja ASHA VAHISTA sendiri. Dan malam ini, semua tokoh itu sudah berada di Ang In Kok, siap menyongsong pibu.
”Sahabat sekalian …… nampaknya hasil pibu besok akan sangat menentukan seperti apa gejolak Dunia Persilatan kedepan. Kekalahan kita akan membuat Bengkauw Tionggoan harus bertarung sendirian menentukan kebebasan dan nasibnya, sementara kemenangan kita berarti memutus rantai konflik mereka dalam waktu panjang. Meski tidak yakin benar, tetapi setidaknya kemenangan adalah pilihan yang paling benar dan yang paling harus kita kejar bersama. Tentunya dengan tetap memegang norma- norma kebenaran dan keadilan serta tidak menggunakan cara-cara kotor. Sejujurnya, di semua babak, kita berhadapan dengan LAWAN yang seimbang, baik Topeng Merah, Topeng Hitam, Topeng Putih maupun Topeng Emas. Mereka semua adalah tokoh yang dididik secara ketat dan memiliki kemampuan yang setara dengan kita semua. Karena itu, maka yang paling menentukan kelak adalah KETENANGAN, KEMATANGAN dan KEULETAN kita dalam menghadapi pibu tersebut ………”
”Benar Duta Agung, kita mau tidak mau harus menang. Sebab jika tidak, hubungan yang buruk antara bengkauw Tionggoan dan Bengkauw Persia pasti akan berimbas pada banyak hal, termasuk ketentraman Rimba Persilatan Tionggoan. Karena itu, kita harus sadar, bahwa Pibu ini bukan untuk BENGKAUW TIONGGOAN, tetapi lebih dari itu, adalah untuk Rimba Persilatan Tionggoan …….” Berkata Nenggala dengan wajah yang sangat serius dan dalam.
“Benar ……. Kuharap pibu ini tidak dan bukan terutama untuk nasib kami di Bengkauw, tetapi untuk kepentingan seluruh insan persilatan, baik di Tionggoan maupun bahkan di Persia sekalipun. Maka kemenangan adalah hal yang penting meski juga bukanlah segala-galanya bagi kita semua ….” Giok Lian berkata, karena bagaimanapun selaku anggota Bengkauw, dia merasa risih jika pibu besok adalah semata untuk kepentingan Bengkauw ke depan.
”Tentu saja bukan Lian moi ……. Pibu ini untuk kepentingan banyak orang. Tetapi, jika kupikirkan kembali pertemuan awal hingga pertemuan di pibu antara Asha Vahista dengan Wong Jin Liu dan semua kalimat-kalimatnya, tokoh Persia berdarah Tionggoan itu seperti sedang mengirimkan pesan untuk kita.
Hanya saja, baru sebagian kecil dari pesan tokoh hebat itu yang dapat kuanalisis dan juga kupahami …..
……” Ceng Liong kembali berkata bukan sekedar menjawab kegelisahan Giok Lian, tetapi juga mengutarakan kegalauan serta tanda tanya yang belum mampu dianalisis dan dijawabnya secara penuh.
”Hmmmm, Liong ko, apa kecurigaan dan tanda tanya yang membuat engkau galau dan terus menerus memikirkannya ….”? Tek Hoat mengejarnya ”Begini sahabat semua, pertanyaan pertama adalah, mengapa dan untuk sebab apa Asha Vahista mengundangku dan memintaku dengan persetujuan Wong Jin Liu untuk menjadi saksi dan menjadi penengah pibu antara mereka berdua. Bukankah ini seperti memberiku keuntungan besar dalam menyaksikan, menganalisis bahkan jika mungkin menyadap kemampuan bukan hanya Asha Vahista tetapi juga Wong Jin Liu ….?. Bukankah ini adalah keuntungan besar buatku karena pibu dengannya sudah ditetapkan waktunya terlebih dahulu …..? Kedua, tokoh itu bahkan seperti secara sengaja memberiku kesempatan melihat dan menyadari bahwa tipu dan saripati gerakan Lan Moi, Lian Moi, Hoat te dan Nenggala sudah berhasil disadapnya beberapa bagian. Tetapi, semua itu tidak dilakukannya untuk menekanku akan tetapi nampaknya dilakukannya secara amat wajar dalam sebuah pibu melawan tokoh hebat sekelas Wong Jin Liu. Ini yang membuatku merasa ada hal yang sangat misterius yang berkaitan dengan tokoh Persia itu, terlebih karena sedikit banyak dia mengetahui bahwa akupun memiliki kemampuan yang sama dengan apa yang diperlihatkannya. Yakni kemampuan dalam memahami dan menganalisis gerak tipu orang. Apa maksud dan pesan tokoh itu? Ini yang belum dapat kujawab ……”
Semua orang menjadi terkejut dengan penjelasan dan pernyataan Ceng Liong. Bahkan seorang Nenggala yang paling senior diantara mereka, paling tenang dan paling punya pengalaman sampai tidak tahu mau berkata apa. Tetapi, adalah Nenggala yang paling cepat bereaksi dan memberikan pikirannya:
”Duta Agung …… apakah bukan maksud tokoh itu untuk menjatuhkan morilmu serta memberitahu bahwa apa yang kita punya sudah mereka kenali semuanya? Karena bukan tidak mungkin mereka masih menyimpan bekal lain yang lebih hebat dan coba menyesatkan kita dengan memamer