Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Pendekar Rajawali Sakti - 150. Orang-Orang Atas Angin Pendekar Rajawali Sakti - 152. Istana Goa Darah Wiro Sableng 6 - Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga Wiro Sableng 21 - Neraka Puncak Lawu Pendekar Rajawali Sakti - 153. Pemuas Nafsu Iblis
kan sesuatu kepadamu ……..?”
”Saudara Nenggala …….. mungkin tokoh Asha Vahista itu sangat digdaja, tetapi ada yang dibisikkan naluriku serta informasi yang kudapatkan mengenai tokoh itu yang membuatku sangat percaya dengan intuisiku tersbeut. Jika dia berteman dengan Thay Sin Lhama, Kolomoto Ti Lou locianpwee dan beberapa tokoh mujijat lainnya, maka dia pasti bukan orang licik dan bukan orang yang gemar menarik keuntungan melalui ”mencuri” ilmu dan tata gerak orang lain. Tidak kulihat dan tidak kurasakan aura licik dan mau menang sendiri dalam diri tokoh Asha Vahista ini …… terus terang, tokoh itu sangat kupercayai. Dan selain itu, tidak mungkin dia main-main dengan tokoh sehebat Wong Jin Liu yang justru berada dalam tataran yang nyaris seimbang dengan dirinya sendiri ……. mesti ada sebab yang lain, meski belum kuketahui sebab itu …..”
jawab Ceng Liong dan membuat para pendekar muda lainnya semakin terkejut dan bingung dengan apa yang dikemukakan Ceng Liong.
”Duta Agung, benarkah Susiok Wong Jin Liu sehebat itu? Dan jika sehebat itu, apakah ini berarti Toako yang mengikutinya dalam keadaan berbahaya? …… dan jika memang tokoh sehebat Asha Vahista menjadi lawan kita besok, bagaimana menurutmu peluang kita memenangkan pertarungan esok hari ..?”
Souw Kwi Song yang mendengar kabar kehebatan Wong Jin Liu menjadi mengkhawatirkan kakaknya, Thian Ki Hwesio yang sedang mengejar dan memburu susiok mereka itu.
”Song hengte … meski Wong Jin Liu sangat fanatik tetapi memang benar, kemampuan dan kehebatannya untuk saat ini masih berada satu tingkat diatasmu dan Thian ki Hwesio. Bahkan Asha Vahista sekalipun, harus memeras keringat, memeras semua daya kehebatannya baru mampu mengatasi kehebatan Susiokmu itu. Kekuatan serta ilmu silatnya sangat khas, kokoh, matang dan benar-benar ciri khas penguasaan yang sempurna seorang tokoh silat kelas atas. Tetapi, meski demikian, di luar kekurangan dia yang sangat fanatik dan keras hati, belum kulihat ada bibit-bibit sesat dalam tingkah dan laku Wong Jin Liu ……. Kukira Thian Ki Hwesio dapat bertindak bijaksana jika suatu saat bersua dengan tokoh ini …….”
”Accccch, syukurlah jika demikian. Kuharap memang benar demikian adanya susiok kami itu, dan semoga toako dapat bijaksana menghadapinya ……… tetapi, yang susah adalah, Siauw Lim Sie sudah memecatnya dan meminta toako untuk menemukan serta menghukumnya atas nama Kuil Siauw Lim Sie ……”
”Jangan khawatir Song te ……. Aku percaya penuh dengan Thian Ki Hwesio, dan juga Wong Jin Liu tidak akan mungkin berlaku terlampau kasar kepada keponakan murid yang dididik oleh toa suheng yang sangat dia hormati …….”
”Mudah-mudahan demikian Duta Agung ……”
”Duta Agung ….. apakah bukan karena ada maksud lainnya yang masih belum dapat kita duga dari tindak-tanduk Asha Vahista itu ……? Dan jika memang demikian, ini yang sangat susah, karena kita tak dapat menduga apakah hal itu bermanfaat bagi Tionggoan ataukah tidak ……” terdengar Tek Hoat menduga-duga ”Hoat te ……. hal ini memang dalam dugaanku. Aku hanya berharap, hal lain atau motivasi Asha Vahista itu tidaklah merugikan banyak pihak. Tidak merugikan Bengkauw Tionggoan dan rimba persilatan Tionggoan dan juga tidak merugikan kita sekalian. Hanya, intuisiku membisikiku bahwa dia sama sekali tidak bermaksud buruk …. dan semoga saja memang demikian ….”
”Duta Agung, meski belum pernah bertemu dengan tokoh itu secara langsung, tetapi entah mengapa akupun tidak mendapatkan gambaran buruk mengenai tokoh itu. Bahkan juga Kakek guru tidak membisikiku hal buruk mengenai dia …..” Nenggala ikut mendukung keyakinan Ceng Liong.
”Semoga saja demikian adanya ……” gumam Siangkoan Giok Lian.
Semua terdiam beberapa saat. Memang, belum mereka semua dapat memiliki rasa dan keyakinan yang sama terhadap Asha Vahista, tokoh Persia yang hebat mandraguna itu. Tetapi, keyakinan Ceng Liong dan Nenggala sedikit banyak membantu mereka untuk tidak memandang tokoh itu melulu negatif dan lawan yang harus ditaklukkkan esok harinya dalam pibu terbuka. Sedang semua terpekur, terdengar Ceng Liong kembali membuka suara dan berkata:
”Hal lain yang cukup membuatku tersentak adalah fakta bahwa seorang Asha Vahista mampu memainkan beberapa jurus dan gerak tipu yang dahulu dimainkan Nenggala, Tek Hoat, Lan moi dan Lian moi di Hui Gan Hong. Jika benar intuisiku, maka Asha Vahista mengingatkan kita agar bersiap menghadapi pibu yang bakalan sangat ketat, keras dan sangat berimbang. Kita belum mengetahui aturan untuk pibu esok harinya, tetapi jika bisa, maka pibu itu mirip dengan pibu di Hui Gan Hong, membatasi diri untuk 250 jurus atau sebanyaknya 500 jurus baru ditentukan bersama siapa lebih unggul. Jika tidak, maka kita semua wajib dan siap untuk jenis pertarungan apapun, dan jenis tarung itu kelak akan menentukan komposisi siapa diantara kita yang akan maju ke arena pibu kelak. Untuk hal ini, mohon kesediaan siapapun diantara kita untuk sepakat …..”
”Kita semua sepakat saja jika memang demikian …….”
terdengar suara Tek Hoat, dan yang lain mengangguk mengiyakan tanda setuju.
”Jika kita semua setuju, maka urusan selanjutnya tinggal bagaimana kita bersiap untuk memasuki pibu esok harinya dengan menelaah kembali kemampuan kita. Terutama karena sebagian jurus dan gerak kita sudah pernah mereka sadap, dan kitapun bukan tidak mampu melakukannya. Hanya saja adalah kepercayaan diri, perbaikan atas jurus dan gerakan kita jauh lebih baik daripada meniru dan mencari kelemahan jurus dan gerak ilmu lawan dalam pertarungan ……”
Pendekar Rajawali Sakti - 150. Orang-Orang Atas Angin Pendekar Rajawali Sakti - 152. Istana Goa Darah Wiro Sableng 6 - Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga Wiro Sableng 21 - Neraka Puncak Lawu Pendekar Rajawali Sakti - 153. Pemuas Nafsu Iblis
kan sesuatu kepadamu ……..?”
”Saudara Nenggala …….. mungkin tokoh Asha Vahista itu sangat digdaja, tetapi ada yang dibisikkan naluriku serta informasi yang kudapatkan mengenai tokoh itu yang membuatku sangat percaya dengan intuisiku tersbeut. Jika dia berteman dengan Thay Sin Lhama, Kolomoto Ti Lou locianpwee dan beberapa tokoh mujijat lainnya, maka dia pasti bukan orang licik dan bukan orang yang gemar menarik keuntungan melalui ”mencuri” ilmu dan tata gerak orang lain. Tidak kulihat dan tidak kurasakan aura licik dan mau menang sendiri dalam diri tokoh Asha Vahista ini …… terus terang, tokoh itu sangat kupercayai. Dan selain itu, tidak mungkin dia main-main dengan tokoh sehebat Wong Jin Liu yang justru berada dalam tataran yang nyaris seimbang dengan dirinya sendiri ……. mesti ada sebab yang lain, meski belum kuketahui sebab itu …..”
jawab Ceng Liong dan membuat para pendekar muda lainnya semakin terkejut dan bingung dengan apa yang dikemukakan Ceng Liong.
”Duta Agung, benarkah Susiok Wong Jin Liu sehebat itu? Dan jika sehebat itu, apakah ini berarti Toako yang mengikutinya dalam keadaan berbahaya? …… dan jika memang tokoh sehebat Asha Vahista menjadi lawan kita besok, bagaimana menurutmu peluang kita memenangkan pertarungan esok hari ..?”
Souw Kwi Song yang mendengar kabar kehebatan Wong Jin Liu menjadi mengkhawatirkan kakaknya, Thian Ki Hwesio yang sedang mengejar dan memburu susiok mereka itu.
”Song hengte … meski Wong Jin Liu sangat fanatik tetapi memang benar, kemampuan dan kehebatannya untuk saat ini masih berada satu tingkat diatasmu dan Thian ki Hwesio. Bahkan Asha Vahista sekalipun, harus memeras keringat, memeras semua daya kehebatannya baru mampu mengatasi kehebatan Susiokmu itu. Kekuatan serta ilmu silatnya sangat khas, kokoh, matang dan benar-benar ciri khas penguasaan yang sempurna seorang tokoh silat kelas atas. Tetapi, meski demikian, di luar kekurangan dia yang sangat fanatik dan keras hati, belum kulihat ada bibit-bibit sesat dalam tingkah dan laku Wong Jin Liu ……. Kukira Thian Ki Hwesio dapat bertindak bijaksana jika suatu saat bersua dengan tokoh ini …….”
”Accccch, syukurlah jika demikian. Kuharap memang benar demikian adanya susiok kami itu, dan semoga toako dapat bijaksana menghadapinya ……… tetapi, yang susah adalah, Siauw Lim Sie sudah memecatnya dan meminta toako untuk menemukan serta menghukumnya atas nama Kuil Siauw Lim Sie ……”
”Jangan khawatir Song te ……. Aku percaya penuh dengan Thian Ki Hwesio, dan juga Wong Jin Liu tidak akan mungkin berlaku terlampau kasar kepada keponakan murid yang dididik oleh toa suheng yang sangat dia hormati …….”
”Mudah-mudahan demikian Duta Agung ……”
”Duta Agung ….. apakah bukan karena ada maksud lainnya yang masih belum dapat kita duga dari tindak-tanduk Asha Vahista itu ……? Dan jika memang demikian, ini yang sangat susah, karena kita tak dapat menduga apakah hal itu bermanfaat bagi Tionggoan ataukah tidak ……” terdengar Tek Hoat menduga-duga ”Hoat te ……. hal ini memang dalam dugaanku. Aku hanya berharap, hal lain atau motivasi Asha Vahista itu tidaklah merugikan banyak pihak. Tidak merugikan Bengkauw Tionggoan dan rimba persilatan Tionggoan dan juga tidak merugikan kita sekalian. Hanya, intuisiku membisikiku bahwa dia sama sekali tidak bermaksud buruk …. dan semoga saja memang demikian ….”
”Duta Agung, meski belum pernah bertemu dengan tokoh itu secara langsung, tetapi entah mengapa akupun tidak mendapatkan gambaran buruk mengenai tokoh itu. Bahkan juga Kakek guru tidak membisikiku hal buruk mengenai dia …..” Nenggala ikut mendukung keyakinan Ceng Liong.
”Semoga saja demikian adanya ……” gumam Siangkoan Giok Lian.
Semua terdiam beberapa saat. Memang, belum mereka semua dapat memiliki rasa dan keyakinan yang sama terhadap Asha Vahista, tokoh Persia yang hebat mandraguna itu. Tetapi, keyakinan Ceng Liong dan Nenggala sedikit banyak membantu mereka untuk tidak memandang tokoh itu melulu negatif dan lawan yang harus ditaklukkkan esok harinya dalam pibu terbuka. Sedang semua terpekur, terdengar Ceng Liong kembali membuka suara dan berkata:
”Hal lain yang cukup membuatku tersentak adalah fakta bahwa seorang Asha Vahista mampu memainkan beberapa jurus dan gerak tipu yang dahulu dimainkan Nenggala, Tek Hoat, Lan moi dan Lian moi di Hui Gan Hong. Jika benar intuisiku, maka Asha Vahista mengingatkan kita agar bersiap menghadapi pibu yang bakalan sangat ketat, keras dan sangat berimbang. Kita belum mengetahui aturan untuk pibu esok harinya, tetapi jika bisa, maka pibu itu mirip dengan pibu di Hui Gan Hong, membatasi diri untuk 250 jurus atau sebanyaknya 500 jurus baru ditentukan bersama siapa lebih unggul. Jika tidak, maka kita semua wajib dan siap untuk jenis pertarungan apapun, dan jenis tarung itu kelak akan menentukan komposisi siapa diantara kita yang akan maju ke arena pibu kelak. Untuk hal ini, mohon kesediaan siapapun diantara kita untuk sepakat …..”
”Kita semua sepakat saja jika memang demikian …….”
terdengar suara Tek Hoat, dan yang lain mengangguk mengiyakan tanda setuju.
”Jika kita semua setuju, maka urusan selanjutnya tinggal bagaimana kita bersiap untuk memasuki pibu esok harinya dengan menelaah kembali kemampuan kita. Terutama karena sebagian jurus dan gerak kita sudah pernah mereka sadap, dan kitapun bukan tidak mampu melakukannya. Hanya saja adalah kepercayaan diri, perbaikan atas jurus dan gerakan kita jauh lebih baik daripada meniru dan mencari kelemahan jurus dan gerak ilmu lawan dalam pertarungan ……”