Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Pangeran Dari Kegelapan - 18

$
0
0
Cerita Silat | Pangeran Dari Kegelapan | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Pangeran Dari Kegelapan | Cersil Sakti | Pangeran Dari Kegelapan pdf

Pendekar Rajawali Sakti - 152. Istana Goa Darah Wiro Sableng 6 - Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga Wiro Sableng 21 - Neraka Puncak Lawu Pendekar Rajawali Sakti - 153. Pemuas Nafsu Iblis Wiro Sableng 36 - Dewi Dalam Pasungan

a ini?"
  "Kau lihat desa ini? Begitu tenang dan damai. Rasanya, mereka mungkin belum menjadi korban iblis itu...."
  "Tapi itu tidak cukup alasan kalau iblis itu akan ke sini!"
  "Dia akan ke sini! " Rangga menegaskan.
  "Dari mana kau bisa begitu yakin?"
  "Hanya perasaan. Dan biasanya, perasaanku benar. Lagi pula telah terbukti, kalau selama ini Pangeran dari Kegelapan sama sekali tidak merasa gentar kalau dirinya dikejar-kejar. Dia malah semakin mendekati ibukota kerajaan..."
  "Hm... Aku tidak bisa percaya sesuatu dengan alasan perasaan. Rasanya kita hanya buang-buang waktu bila berharap dia datang ke sini!"
  "Tidak juga. Coba lihat di luar sana!"
  Nirmala menoleh. Dan dia melihat lebih dari empat puluh prajurit kerajaan di kejauhan. Berada paling depan beberapa tokoh yang tidak mengenakan seragam prajurit. Mereka terlihat seperti tokoh-tokoh silat saja layaknya.
  "Apa yang mereka lakukan di desa ini?'" tanya Nirmala, seraya menerima pesanan dari pelayan kedai.
  "Mungkin seperti kita juga…" Menunggu keparat itu?"
  "Apa lagi? "
  "Hm... Sepertinya mereka telah menyiapkan sesuatu…"
  "Maksudmu, tokoh-tokoh silat itu? Mereka mungkin orang upahan, karena pihak kerajaan telah mengetahui kehebatan lawannya"
  "Bisa jadi..."
  Kedua anak muda ini menunggu perkembang- an yang terjadi sambil menyantap hidangan yang tersedia.
  Tampaknya, para prajurit kerajaan itu hanya berputar-putar di sekitar desa ini, lalu menunggu di suatu tempat. Para penduduk yang melihat gelagat itu buru-buru menyingkir ke dalam rumah masing-masing, setelah mengetahui akan terjadi pertumpahan darah di sini. Hanya beberapa orang saja yang berani keluar dari rumahnya.
  "Maaf, Kisanak. Aku tidak bermaksud mengusir kalian. Tapi sepertinya ada keributan sebentar lagi. Dan aku tidak mau terlibat dalam keramaian itu. Sehingga bermaksud menutup kedai ini..," ujar pemilik kedai ini dengan wajah ketakutan dan was-was.
  Nirmala melirik Rangga. Dan pemuda itu hanya mengangkat bahu.
  "Tidakkah kau lihat kami tengah makan? Kalau mau tutup, silakan saja. Tapi biarkan kami menyelesaikan makan ini dulu…," sahut gadis itu.
  "Eh! Kalau begitu, baiklah..."
  Pemilik kedai itu segera memanggil dua orang pembantunya, dan mulai menutup kedai ini. Pe- ngunjung yang lain telah meninggalkan tempatnya. Sehingga, yang ada saat ini hanya Rangga dan Nirmala.
  "Hm, agaknya dugaanku benar...," gumam Rangga.
  "Apa. 039;"
  "Coba lihat..." ujar Pendekar Rajawali Sakti, menoleh keluar.
  Nirmala menoleh. Dan dia melihat seseorang berjalan pelan dari arah yang berlawanan dengan para prajunt kerajaan yang tengah berkumpul.
  Orang itu berbaju penuh tambal dan kelihatan dekil. Kepalanya mengenakan topi lebar terbuat dari anyaman bamboo. Langkahnya pelan, namun mantap. Dan sesekali, ujung tongkatnya diketukkan ke tanah.
  Melihat kehadiran orang itu, para prajurit Kerajaan Pringsewu langsung bersiaga. Mereka segera menghampiri dengan setengah berlari, membuat barisan pengurungan.
  Melihat dirinya dikepung, laki-laki gembel itu menghentikan langkah. Dan dia sama sekali tidak menoleh ke sekelilingnya.
  "Jahanam! Aku tidak boleh terlambat!" desis Nirmala dengan wajah geram.
  Gadis itu hendak melompat keluar, namun Rangga cepat menangkap pergelangan tangannya.
  "Duduklah dulu. Dan, habiskan makananmu...!"
  "Huh! Aku tidak bernafsu makan lagi setelah melihat bajingan terkutuk itu!"
  "Kalau begitu, diamkan dulu perutmu. Dan, biarkan makanan yang masuk ke dalamnya dicerna lebih dulu..."
  "Jangan halangi aku, Rangga! Aku telah bersumpah akan menuntut balas terhadapnya. Dia harus mati di tanganku!" sentak Nirmala berusaha melepaskan diri dari cekalan Pendekar Rajawali Sakti.
  "Aku mengerti. Tapi, tidakkah kau melihat apa yang terjadi di sana...?"
  "Prajurit-prajurit itu? Huh! Aku tidak peduli!"
  "Kau mungkin tidak peduli. Namun, mereka peduli!" tegas Rangga dengan kalimat ditekan sedemikian rupa, agar gadis itu tidak terlalu mengikuti hawa nafsu amarahnya.
  "Apa maksudmu?"
  039;Mungkin saja mereka tidak suka ada orang yang mencampuri urusannya. Dan dalam hal ini, prajurit- prajurit itu bisa menangkapmu lebih dulu sebelum meringkus lawan yang sebenarnya. Dan lebih dari itu, ada hal yang lebih penting. "
  Pemuda itu tersenyum. Ditunggunya tanggap- an Nirmala. Dan ketika melihat gadis itu terdiam tanpa berusaha melepaskan diri dari cekalannya, kata-katanya dilanjutkan.
  "Mereka belum tentu dapat meringkusnya dengan mudah. Nah! Kau bisa mencuri kesempatan, saat dia kecapaian atau tenaganya terkuras banyak. Itu lebih baik ketimbang kau menghadapinya saat ini… "
  Nirmala terdiam, langsung dipikirkannya akal yang dikemukakan Rangga. Kemudian perlahan-lahan gadis itu kembali duduk di bangkunya, dan memandang tajam ke arah peristiwa yang terjadi tidak jauh di depan.
 
  ***

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>