Cerita Silat | Pangeran Dari Kegelapan | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Pangeran Dari Kegelapan | Cersil Sakti | Pangeran Dari Kegelapan pdf
Pengemis Binal - Tabir Air Sakti Pendekar Rajawali Sakti - 151. Pendekar Pedang Bayangan Kisah Para Naga di Pusaran Badai 2 - Pertempuran di Gunung Siong San Pendekar Mabuk - Titisan Ilmu Setan Pendekar Mabuk - Gundik Sakti
inya lagi. Yang ada di benaknya adalah, bagaimana menjatuhkan Pangeran dari Kegelapan secepatnya. Maka dengan demikian, laki-laki bercaping itu memanfaatkan kesempatan untuk mendesaknya habis-habisan. Meski Raden Samparan dan para prajurit berusaha membantu, tetap saja tidak berarti banyak.
"Heaaa...!"
Trang! Tring!
Wut!
Satu sambaran tongkat Pangeran dari Kegelapan berhasil ditanglas pedang Ki Sapta Wiguna. Namun ujung tongkat itu terus melesat ke tenggo-rokan.
Dengan gerakan cepat Ki Sapta Wiguna kembali menangkis sebisa- bisanya.
Trang!
Ki Sapta Wiguna memang berhasil menangkis, tapi hanya sekadar membelokkan arah gerakan tongkat itu, ke arah dadanya sendiri. Akibatnya....
Cras!
"Uhhh..!"
Ki Sapta Wiguna mengeluh tertahan, begitu ujung tongkat Pangeran dari Kegelapan yang bukan main cepatnya, tidak urung menyambar dadanya. Masih untung hanya tergores sedikit. Sebab pada saat itu, serangan Pangeran dari Kegelapan terganggu oleh serangan Raden Samparan dan para prajurit kerajaan.
"Yeaaa!"
Trang! Bet!
Pangeran dari Kegelapan mencelat ke arah orang tua itu. Dan dia juga berusaha menangkis beberapa buah senjata lawan-lawannya yang lain. Tapi serangan utamanya tetap tertuju pada Ki Sapta Wiguna.
"Ajalmu telah tiba, Kunyuk! " dengus Pangeran dari Kegelapan.
Ki Sapta Wiguna terkesiap saat melihat tongkat Pangeran dari Kegelapan berkelebat cepat. Dia berusaha menghindar sebisanya. Namun karena keadaan tubuhnya telah begitu lelah, sehingga gerakannya jadi lambat. Akibatnya…
Cras!
"Aaa...!"
Ki Sapta Wiguna memekik keras, begitu ujung senjata Pangeran dari Kegelapan berhasil memapas buntung pergelangan tangannya. Dan belum lagi dia berbuat sesuatu, ujung tongkat itu terus bergerak ke dada.
Bret!
"Aaakh!"
Beberapa buah tulang rusuk Ki Sapta Wiguna berpatahan, terbabat tongkat Pangeran dari Kege- lapan. Orang tua itu jatuh terhuyung-huyung dan jatuh menggelepar-gelepar seperti ayam disembelih. Kemudian dia tewas dengan mata melotot.
"Ha ha ha...! Dasar kunyuk tidak tahu diri. Dikiranya mampu membunuhku, he?! Phuih! Kau rasakan sendiri akibatnya!"
"Bajingan keparat! Jangan dulu takabur. Aku masih ada, Iblis! Dan aku masih sanggup memenggal kepalamu!" desis Raden Samparan, mendengus geram.
"Heeeh! Bangsat...! Rupanya nyalimu masih ada juga, he?! Baik! Kau boleh menyusul kedua kawanmu ke akherat! "
"Huh! Kaulah yang akan kukirim ke neraka!"
Pangeran dari Kegelapan tidak banyak bicara. Perhatiannya kini terpusat pada Raden Samparan. Meski beberapa prajurit masih menyerang, namun dianggap sepi. Bahkan tanpa menoleh lagi, dia mampu menangkis dan membinasakan prajurit kerajaan.
"Mampusss...!" desis Pangeran dari Kegelapan seraya melompat dan mengayunkan senjata ke arah Raden Samparan.
Trang!
"Uhhh…!"
Raden Samparan menangkis. Namun, diam diam dia mengeluh tertahan. Tangannya terasa ke semutan. Dan belum lagi bersiap diri untuk menyambut serangan, ujung tongkat Pangeran dari Kegelapan telah menyambar ke arah wajah.
"Hup!"
Raden Samparan cepat melompat ke belakang. Sementara Pangeran dan Kegelapan telah siap menerjang sebelum kedua kakinya menyentuh tanah.
"Yeaaa...!"
039;Kurang ajar! Mau mampus barangkali...!" dengus Pangeran dari Kegelapan saat beberapa prajurit menyerang dari samping kiri dan kanan, serta dari belakang.
Trang! Bret!
"Aaa…!"
Para prajurit Kerajaan Pringsewu memekik nyaring. Senjata- senjata mereka terpental dan mereka jatuh ke tanah dengan tubuh bermandikan darah.
"Bangsat..!" Raden Samparan memaki geram menyaksikan mayat-mayat prajurit yang dibantai Pangeran dari Kegelapan.
Raden Samparan tidak mempedulikan cara- cara ksatria lagi. Langsung diterjangnya saat Pangeran dari Kegelapan membelakangi.
"Yeaaat..!"
Namun ternyata indera keenam Pangeran dari Kegelapan tajam sekali. Tanpa menoleh lagi, di-tangkisnya pedang Raden Samparan sampai terpental. Bahkan langsung menendang tepat ke dada.
Trang!
Des!
Raden Samparan menjerit kesakitan. Tubuhnya kontan terjungkal ke belakang. Dan kini Pangeran dari Kegelapan telah siap menghabisinya.
"Yeaaa...!"
Pada saat yang gawat, mendadak berkelebat sesosok tubuh dan langsung menangkis tongkat Pangeran dari Kegelapan.
Trang!
Pangeran dari Kegelapan tidak merasakan apa-apa, selain arah tongkatnya yang sedikit melenceng. Sehingga jiwa Raden Samparan terselamatkan. Namun akibatnya bagi sosok yang baru muncul amat mengkhawatirkan. Tubuh sosok itu terhuyung- huyung ke belakang.
Untung saja Pangeran dari Kegelapan tidak melanjutkan serangan. Dia hanya menatap tajam pada sosok yang menggagalkan serangan pada Raden Samparan.
***
Pengemis Binal - Tabir Air Sakti Pendekar Rajawali Sakti - 151. Pendekar Pedang Bayangan Kisah Para Naga di Pusaran Badai 2 - Pertempuran di Gunung Siong San Pendekar Mabuk - Titisan Ilmu Setan Pendekar Mabuk - Gundik Sakti
inya lagi. Yang ada di benaknya adalah, bagaimana menjatuhkan Pangeran dari Kegelapan secepatnya. Maka dengan demikian, laki-laki bercaping itu memanfaatkan kesempatan untuk mendesaknya habis-habisan. Meski Raden Samparan dan para prajurit berusaha membantu, tetap saja tidak berarti banyak.
"Heaaa...!"
Trang! Tring!
Wut!
Satu sambaran tongkat Pangeran dari Kegelapan berhasil ditanglas pedang Ki Sapta Wiguna. Namun ujung tongkat itu terus melesat ke tenggo-rokan.
Dengan gerakan cepat Ki Sapta Wiguna kembali menangkis sebisa- bisanya.
Trang!
Ki Sapta Wiguna memang berhasil menangkis, tapi hanya sekadar membelokkan arah gerakan tongkat itu, ke arah dadanya sendiri. Akibatnya....
Cras!
"Uhhh..!"
Ki Sapta Wiguna mengeluh tertahan, begitu ujung tongkat Pangeran dari Kegelapan yang bukan main cepatnya, tidak urung menyambar dadanya. Masih untung hanya tergores sedikit. Sebab pada saat itu, serangan Pangeran dari Kegelapan terganggu oleh serangan Raden Samparan dan para prajurit kerajaan.
"Yeaaa!"
Trang! Bet!
Pangeran dari Kegelapan mencelat ke arah orang tua itu. Dan dia juga berusaha menangkis beberapa buah senjata lawan-lawannya yang lain. Tapi serangan utamanya tetap tertuju pada Ki Sapta Wiguna.
"Ajalmu telah tiba, Kunyuk! " dengus Pangeran dari Kegelapan.
Ki Sapta Wiguna terkesiap saat melihat tongkat Pangeran dari Kegelapan berkelebat cepat. Dia berusaha menghindar sebisanya. Namun karena keadaan tubuhnya telah begitu lelah, sehingga gerakannya jadi lambat. Akibatnya…
Cras!
"Aaa...!"
Ki Sapta Wiguna memekik keras, begitu ujung senjata Pangeran dari Kegelapan berhasil memapas buntung pergelangan tangannya. Dan belum lagi dia berbuat sesuatu, ujung tongkat itu terus bergerak ke dada.
Bret!
"Aaakh!"
Beberapa buah tulang rusuk Ki Sapta Wiguna berpatahan, terbabat tongkat Pangeran dari Kege- lapan. Orang tua itu jatuh terhuyung-huyung dan jatuh menggelepar-gelepar seperti ayam disembelih. Kemudian dia tewas dengan mata melotot.
"Ha ha ha...! Dasar kunyuk tidak tahu diri. Dikiranya mampu membunuhku, he?! Phuih! Kau rasakan sendiri akibatnya!"
"Bajingan keparat! Jangan dulu takabur. Aku masih ada, Iblis! Dan aku masih sanggup memenggal kepalamu!" desis Raden Samparan, mendengus geram.
"Heeeh! Bangsat...! Rupanya nyalimu masih ada juga, he?! Baik! Kau boleh menyusul kedua kawanmu ke akherat! "
"Huh! Kaulah yang akan kukirim ke neraka!"
Pangeran dari Kegelapan tidak banyak bicara. Perhatiannya kini terpusat pada Raden Samparan. Meski beberapa prajurit masih menyerang, namun dianggap sepi. Bahkan tanpa menoleh lagi, dia mampu menangkis dan membinasakan prajurit kerajaan.
"Mampusss...!" desis Pangeran dari Kegelapan seraya melompat dan mengayunkan senjata ke arah Raden Samparan.
Trang!
"Uhhh…!"
Raden Samparan menangkis. Namun, diam diam dia mengeluh tertahan. Tangannya terasa ke semutan. Dan belum lagi bersiap diri untuk menyambut serangan, ujung tongkat Pangeran dari Kegelapan telah menyambar ke arah wajah.
"Hup!"
Raden Samparan cepat melompat ke belakang. Sementara Pangeran dan Kegelapan telah siap menerjang sebelum kedua kakinya menyentuh tanah.
"Yeaaa...!"
039;Kurang ajar! Mau mampus barangkali...!" dengus Pangeran dari Kegelapan saat beberapa prajurit menyerang dari samping kiri dan kanan, serta dari belakang.
Trang! Bret!
"Aaa…!"
Para prajurit Kerajaan Pringsewu memekik nyaring. Senjata- senjata mereka terpental dan mereka jatuh ke tanah dengan tubuh bermandikan darah.
"Bangsat..!" Raden Samparan memaki geram menyaksikan mayat-mayat prajurit yang dibantai Pangeran dari Kegelapan.
Raden Samparan tidak mempedulikan cara- cara ksatria lagi. Langsung diterjangnya saat Pangeran dari Kegelapan membelakangi.
"Yeaaat..!"
Namun ternyata indera keenam Pangeran dari Kegelapan tajam sekali. Tanpa menoleh lagi, di-tangkisnya pedang Raden Samparan sampai terpental. Bahkan langsung menendang tepat ke dada.
Trang!
Des!
Raden Samparan menjerit kesakitan. Tubuhnya kontan terjungkal ke belakang. Dan kini Pangeran dari Kegelapan telah siap menghabisinya.
"Yeaaa...!"
Pada saat yang gawat, mendadak berkelebat sesosok tubuh dan langsung menangkis tongkat Pangeran dari Kegelapan.
Trang!
Pangeran dari Kegelapan tidak merasakan apa-apa, selain arah tongkatnya yang sedikit melenceng. Sehingga jiwa Raden Samparan terselamatkan. Namun akibatnya bagi sosok yang baru muncul amat mengkhawatirkan. Tubuh sosok itu terhuyung- huyung ke belakang.
Untung saja Pangeran dari Kegelapan tidak melanjutkan serangan. Dia hanya menatap tajam pada sosok yang menggagalkan serangan pada Raden Samparan.
***