Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tarian Liar Naga Sakti - 374

$
0
0
Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf

Pendekar Mabuk - Misteri Tuak Dewata Wiro Sableng - Bahala Jubah Kencono Pendekar Rajawali Sakti - 156. Ratu Wajah Maya Pendekar Gila 29 - Syair Maut Lelaki Buntung Wiro Sableng 72 - Purnama Berdarah

Kwi Song sadar bahwa serbuan yang secepat kilat
  oleh lentingan cahaya gerakan lawan akan segera
  susul menyusul. Dia memilih menyentil dan memukul
  guna menahan perubahan pukulan lawan.
  Gerakannya yang berisi prinsip ilmu Pulau Awan Putih
  membuat serangan Golok yang menutup jalan
  mundurnya berantakan, sementara totokannya
  dengan Kim Liong Ci Seng Hui membuat perubahan-
  perubahan serangan lawan terurai dengan sendirinya.
  Lengan keduanya berbenturan sampai 5 kali karena
  perubahan serangan lengan lawan dalam 5
  perubahan cepat, tetapi tangkisan Kwi Song membuat
  Topeng Hitam meringis karena memang penuh
  kekuatan mujijat Kwi Song. Tanpa terasa 5 jurus
  sudah berlangsung dalam hitungan satu detik belaka,
  dan keduanya tetap belum memisahkan diri karena
  langsung terjadi perubahan cepat dalam pengerahan
  kekuatan dan ilmu keduanya.
  ”Haiiiiiiittttttttt .....”
  Topeng Hitam menjerit dan melepaskan jurus
  pamungkasnya dalam 5 jurus gerakan terakhir, dan
  tubuhnya serta goloknya tak dapat diuraikan lagi.
  Belum lagi pukulan yang memancarkan hawa
  menggeledek dan kecepatannya yang sulit diikuti
  pandangan mata. Tetapi, pada saat terkahir itu, Kwi
  Song akhirnya memutuskan menggunakan Pek-in Tai-
  Hong-Sin-Ciang (Tangan Sakti Angin Taufan Awan
  Putih). Tepat ketika lawan menerjang datang, dia
  sudah siap dengan pukulan pamungkasnya menerima
  semua serangan bergelombang dalam kecepatan
  tinggi …… dan sebentar saja, keduanya berpisah lagi,
  dengan tubuh kokoh Kwi Song tetap berdiri di
  tempatnya dengan gagah sementara Topeng Hitam
  terdorong sampai 3 langkah ke belakang. Semua
  orang menahan nafas menyaksikan keh ebatan jurus
  serangan terkahir Topeng Hitam namun juga terkejut
  dengan ketenangan dan kekokohan Kwi Song yang
  dengan gerakan sederhana menangkal serangan
  pukulan dan Golok lawan tanpa terluka dan kemudian
  melontarkan lawan mundur ke belakang ………. 300
  juruspun berakhir.
  Tak ada tepuk tangan dan tak ada siulan. Karena tak
  ada yang paham apa yang sebenarnya sudah terjadi.
  Tetapi, jika Kwi Song terlihat tenang dan kokoh, di
  sudut lain ada tetesan keringat di dahi Topeng Hitam,
  namun tak ada dari keduanya yang terluka. Bedanya
  adalah kwi Song terlihat sudah menemukan diri dan
  kemampuannya, sayang di babak terakhir atau detik
  terkahir yang meneguhkan kepercayaannya atas ilmu
  terkahir yang disempurnakan Susioknya ……. “sungguh
  sayang keyakinan itu terlambat datangnya, jika saja
  …….. achhhhhhhh ….” Demikian Kwi Song berpikir.
  Karena memang benar, jika saja dia paham kekuatan
  khikangnya sudah sehebat itu, maka di pertengahan
  pibu dia sudah dapat mengalahkan lawan. Meski
  demikian Kwi Song tidak merasa terlampau susah
  karena dia mampu menahan lawan untuk imbang
  hingga pada jurus yang 300 …… pibupun usai.
  Dan pada episode 5 jurus terakhir, dengan gembira
  dia menemukan kenyataan jika Golok maut lawan
  dan juga serangan pukulan mujijat lawan ternyata
  membal dan tidak mampu menembus kekuatannya.
  Hanya kilatan dan tebasan golok yang sedikit
  mendatangkan rasa sakit secara fisik, selebihnya dia
  tidak menderita luka. Karena itu, pada jurus terakhir
  dia mampu melontarkan Topeng Hitam namun
  kekurang satu atau dua jurus lagi untuk mampu
  mengalahkannya …… SUNGGUH SAYANG …..
  Dan pada saat itu di Arena sudah bertambah dua
  orang lain. Kiang Ceng Liong dan Asha Vahista ……..
  dengan cepat pada jurus ke-300 keduanya melayang
  menuju panggung dan dengan manis berdiri di posisi
  belakang jago masing-masing:
  ”Terima kasih Song hengte …… kemajuanmu sungguh
  luar biasa, sayang engkau baru meyakini
  kemampuanmu pada saat-saat terakhir ……… tetapi
  perjuanganmu sungguh luar biasa …… atas nama
  semua sahabat kuucapkan terima kasih kepadamu
  dan juga kepada Siauw Lim Sie, khususnya
  CIangbundjin Siauw Lim Sie …….” Begitu tiba Ceng
  Liong sudah langsung memuji Kwi Song yang merasa
  apa yang dikatakan Ceng Liong sangat tepat dan
  langsung dapat dipahaminya.
  ”Engkau benar sekali Duta Agung, aku memang
  terlambat menyadarinya …..” bisiknya seperti
  menyesali diri.
  Tetapi pada saat itu Ceng Liong sudah menemui Asha
  Vahista dan berkata atau tepatnya bertanya kepada
  tokoh Persia itu:
  “Bagaimana keputusan atas Babak pertama ini ….”?
  ”Duta Agung, kurasa engkau juga melihat dan
  mengetahui bahwa sampai jurus ke-300 keduanya
  saling serang. Meski harus kuakui jika dilanjutkan
  beberapa jurus ke-depan, mungkin Topeng Hitam
  akan kehilangan kemampuan untuk sekedar bertahan
  tidak kalah …… tetapi kita sudah menyepa kati 300
  jurus untuk dinilai ……”
  Kiang Ceng Liong sangat mengerti dan memang juga
  menyesalkan mengapa Souw Kwi Song sangatlah
  terlambat mengenali kemampuannya sendiri. Padahal,
  sejak jurus ke-150, begitu Kiang Ceng Liong
  menyadari kemanjuan Kwi Song yang luar biasa, dia
  sudah maklum dan berpikir bahwa kemenangan ada
  di pihak kelompok mereka, Tionggoan. Sayangnya,
  Kwi Song seperti kurang menyadari kemampuannya
  yang sudah meningkat hebat itu ….. untunglah pada
  saat terakhir Kwi Song akhirnya menyadarinya …….
  Tapi sudah teramat terlambat.
  ”Engkau benar locianpwee …..….. kurasa sangat layak
  jika kita menyepakati babak pertama ini berakhir
  tanpa ada yang kalah maupun menang ….”
  ”Baiklah, akupun berpendapat demikian Duta Agung
  …..”
  Dan pada akhirnya setelah disepakati, Siangkoan Tek
  Kauwcu Bengkauw Tionggoan yang sudah di
  panggung segera mengumumkan:
  “Berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, maka
  PERTARUNGAN PERTAMA berakhir IMBANG ….. tiada
  yang kalah dan tiada yang menang …..”
  Dan keputusan tersebut disambut kedua belah pihak
  tanpa protes. Tetapi setelah pengumuman itu, barulah
  terdengar tempik sorak yang entah darimana asal
  muasal suara itu, tetapi suara riuh rendah menguasai
  tanah lapang untuk beberapa saat. Dan setelah
  membiarkan semua orang melepas ketegangannya,
  beberapa saat kemudian Siangkoan Tek terlihat
  mengangkat kedua belah tangannya seperti tanda
  agar semua orang berdiam diri. Beberapa saat setelah
  dia meminta khalayak untuk diam, akhirnya
  Siangkoan Tek kemudian berseru kembali:
  ”Kita memasuki BABAK KEDUA PIBU ini ……………
  kupersilahkan pihak Tionggoan mengajukan calonnya
  terlebih dahulu ……..”
  Mendengar giliran mereka yang harus mengirimkan
  jago terlebih dahulu, Ceng Liong kemudian melirik
  Siangkoan Giok Lian dan berkata:
  ”Pada BABAK KEDUA ini, kami akan diwakili oleh Jago
  Perempuan dari

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>