Cerita Silat | Pendekar Seratus Hari | by S.D Liong | Pendekar 100 Hari | Cersil Sakti | Pendekar Seratus Hari pdf
Cersil Wiro Sableng 85 - Wasiat Sang Ratu Pendekar Rajawali Sakti - 157. Dendam Pendekar-Pendekar Gila Cersil Wiro Sableng 89 - Geger di Pangandaran Pendekar Rajawali Sakti - 158. Pasukan Alis Kuning Pendekar Rajawali Sakti - Penyair Maut
lah Ko-tok
Siu itu, termasyhur sekali di dunia persilatan.
Perkumpulan Naga Hijau mempunyai lima bagian
yang dikepalai oleh seorang ketua dengan pangkat
than-cu. Ko-tok Siu ketua bagian Sin-bok-than atau
Paseban Kayu sakti.
Dengan menyebutkan namanya dimuka, Ko-tok Siu
mengira kalau nona itu akan berlaku sungkan atau
memberi hormat kepadanya. Tetapi di luar dugaan
ternyata Lam-thian-ong pun berani bersikap begitu
kasar kepadanya.
Tetapi Ko-tok Siu seorang jago tua yang sudah
kenyang makan garam dunia persilatan.
Pengalamannya luas sekali. Pikirnya: “Kalau dapat
melukai ketiga Go-bi Sam-hiap. tentulah orang ini
memiliki kepandaian yang luar biasa.”
Dengan pertimbangan itu, Ko-tok Siu lintangkan
tongkat, bertanya “O, siapakah kiranya nama
saudara?”
Masih dengan nada sinis, Lam-thian-ong menjawab:
“Salah seorang dari keempat Thian-ong pimpinan Jin
Kian Pah-cu, namaku Lam-thian-ong.”
Ko-tok Siu kerutkan alis: “Dimanakah sekarang
beradanya si Buddha tangan seribu Leng Bu-sia dan
Bintang meluncur lengan terbang Bwe Hui-ji?”
Tiba-tiba Lam-thian-ong berpaling ke arah Hiat Sat Mo-
li,
“Hiat Sat Mo-li,” serunya, “yang penting kalian kejar
Siau Mo saja. Orang-orang Naga Hijau ini serahkan
saja kepadaku.”
Hiat Sat Mo-li mengangkat kebutnya pelahan-lahan
lalu berkata kepada si dara baju merah, “Sam-
sumoay bawalah pemuda itu, mari kita pergi.”
“Saat ini tempat di sini sudah dikepung rapat.
Walaupun kalian berjumlah besar, juga tak mungkin
dapat lolos,” seru Ko-tok Siu.
“Dengan mengandalkan nama Naga Hijau saja
apakah kalian sanggup menahan kami?” seru Lam-
thian-ong.
“Kalau tak percaya silahkan coba sendiri!” kata Ko-tok
Siu, “Beberapa di sekeliling tempat ini telah juga ketat
dijaga oleh anak buah Naga Hijau. Untuk menjaga
datangnya bala bantuan dari pihakmu.”
Lam-thian-ong tertawa sinis.
“Kalau begitu aku ingin mengetahui kelihayan orang
Naga Hijau.”
Habis berkata ia terus julurkan dua jari tangan
kanannya untuk menutuk dada Ko-tok Siu.
Telah dikatakan di atas, Ko-tok Siu merupakan salah
seorang dari kelima than-cu Naga Hijau. Sudah tentu
kepandaiannya amat sakti.
Sudah tentu serangan yang walaupun dilakukan
secara menggelap dan tiba-tiba oleh Lam-thian-ong itu
tak mungkin dapat mengenai dirinya. Ia tabaskan
tangan kiri kepergelangan tangan Lam-thian-ong dan
tongkatnya pun menyapu.
Lam-thian-ong tertawa seperti telah menduganya
lebih dulu. Tubuhnya bergeliatan seperti menyusup ke
dalam sambaran tongkat dan menamparkan tangan
kiri ke dada orang.
Apabila ko-jiu (orang sakti) bertempur, gerak dan
perobahan jurus dilakukan hanya dalam sekejap
mata.
Karena jurus serangannya gagal, saat itu Ko-tok Siu
telah dikuasai lawan. Terpaksa ia loncat mundur tiga
langkah.
Pada saat kedua orang itu bertempur, si dara baju
merah atau sumoay ketiga dari Mo-seng-li pun sudah
menghampiri ke muka Bok-yong Kang. Tiba-tiba
dilihatnya pemuda itu sudah berdiri dan terus
menendang dara itu.
Dara baju merah tak menyangka akan menerima
tendangan itu. Ia tak mengerti dan terkejut, mengapa
Bok-yong Kang yang menurut keterangan Mo-seng-li
tadi telah ditutuk jalan darahnya, saat itu ternyata
dapat membebaskan diri sendiri.
Tetapi dara baju merah itu berkepandaian tinggi.
Dalam kejutnya ia masih sempat menggerakkan
tangan kanannya untuk menebas kaki Bok-yong
Kang.
Bok-yong Kang terpaksa menarik pulang kakinya lalu
loncat menyingkir setombak jahunya.
“Melihat gerakan Bok-yong Kang begitu lihay si nona
baju biru atau Hiat Sat Mo-li segera berseru: “Sam-
sumoay, jangan lepaskan orang itu!”
Dara baju merah melengking terus menyerbu Bok-
yong Kang. Tujuh buah serangan sekali gus
dihamburkannya seperti hujan mencurah.
Serangan yang deras itu memaksa Bok-yong Kang
mundur sampat ke titian pintu.
Lam-thian-ong dan Ko-tok Siu pun terkejut melihat
Bok-yong Kang mampu membebaskan sendiri jalan
darahnya yang tertutuk. Serempak kedua orang itu
berpaling.
Ko-tok Siu menyaksikan sendiri tadi bahwa Bok-yong
Kang telah ditutuk jalan darahnya oleh si nona baju
biru Hiat Sat Mo-li. Kalau dia mampu membuka jalan
darahnya sendiri jelas tentu memiliki kepandaian
yang sakti. Tetapi mengapa begitu mudah ia dapat
diringkus oleh si nona baju biru dan ditutuk jalan
darahnya?
Kiranya Bok-yong Kang mempunyai rencana sendiri.
Memang sengaja ia memberikan dirinya ditangkap si
nona baju biru dan ditutuk jalan darahnya. Agar
dengan begitu ia dapat dibawa oleh rombongan nona
itu keluar dari kuil dan selamatlah Siau Mo dari
sergapan mereka.
Tetapi perhitungannya itu kandas ketika mengetahui
bahwa tempat di sekeliling kuil itu sudah dikepung
rapat sekali oleh orang-orang Naga Hijau.
Sia-sia ia menyerahkan diri pada rombongan nona-
nona itu. Maka cepat ia kerahkan tenaga dalam untuk
membuka jalan darahnya yang tertutuk itu.
Demikian karena mendengar perintah si nona baju
biru maka dara baju merah itu pun menyerang
dengan gencar.
Bok-yong Kang pun marah. Cepat ia mengangkat
tangan dan gunakan jurus pukulan Coan-sim-ciang
atau pukulan menyusup hati, memukul
Cersil Wiro Sableng 85 - Wasiat Sang Ratu Pendekar Rajawali Sakti - 157. Dendam Pendekar-Pendekar Gila Cersil Wiro Sableng 89 - Geger di Pangandaran Pendekar Rajawali Sakti - 158. Pasukan Alis Kuning Pendekar Rajawali Sakti - Penyair Maut
lah Ko-tok
Siu itu, termasyhur sekali di dunia persilatan.
Perkumpulan Naga Hijau mempunyai lima bagian
yang dikepalai oleh seorang ketua dengan pangkat
than-cu. Ko-tok Siu ketua bagian Sin-bok-than atau
Paseban Kayu sakti.
Dengan menyebutkan namanya dimuka, Ko-tok Siu
mengira kalau nona itu akan berlaku sungkan atau
memberi hormat kepadanya. Tetapi di luar dugaan
ternyata Lam-thian-ong pun berani bersikap begitu
kasar kepadanya.
Tetapi Ko-tok Siu seorang jago tua yang sudah
kenyang makan garam dunia persilatan.
Pengalamannya luas sekali. Pikirnya: “Kalau dapat
melukai ketiga Go-bi Sam-hiap. tentulah orang ini
memiliki kepandaian yang luar biasa.”
Dengan pertimbangan itu, Ko-tok Siu lintangkan
tongkat, bertanya “O, siapakah kiranya nama
saudara?”
Masih dengan nada sinis, Lam-thian-ong menjawab:
“Salah seorang dari keempat Thian-ong pimpinan Jin
Kian Pah-cu, namaku Lam-thian-ong.”
Ko-tok Siu kerutkan alis: “Dimanakah sekarang
beradanya si Buddha tangan seribu Leng Bu-sia dan
Bintang meluncur lengan terbang Bwe Hui-ji?”
Tiba-tiba Lam-thian-ong berpaling ke arah Hiat Sat Mo-
li,
“Hiat Sat Mo-li,” serunya, “yang penting kalian kejar
Siau Mo saja. Orang-orang Naga Hijau ini serahkan
saja kepadaku.”
Hiat Sat Mo-li mengangkat kebutnya pelahan-lahan
lalu berkata kepada si dara baju merah, “Sam-
sumoay bawalah pemuda itu, mari kita pergi.”
“Saat ini tempat di sini sudah dikepung rapat.
Walaupun kalian berjumlah besar, juga tak mungkin
dapat lolos,” seru Ko-tok Siu.
“Dengan mengandalkan nama Naga Hijau saja
apakah kalian sanggup menahan kami?” seru Lam-
thian-ong.
“Kalau tak percaya silahkan coba sendiri!” kata Ko-tok
Siu, “Beberapa di sekeliling tempat ini telah juga ketat
dijaga oleh anak buah Naga Hijau. Untuk menjaga
datangnya bala bantuan dari pihakmu.”
Lam-thian-ong tertawa sinis.
“Kalau begitu aku ingin mengetahui kelihayan orang
Naga Hijau.”
Habis berkata ia terus julurkan dua jari tangan
kanannya untuk menutuk dada Ko-tok Siu.
Telah dikatakan di atas, Ko-tok Siu merupakan salah
seorang dari kelima than-cu Naga Hijau. Sudah tentu
kepandaiannya amat sakti.
Sudah tentu serangan yang walaupun dilakukan
secara menggelap dan tiba-tiba oleh Lam-thian-ong itu
tak mungkin dapat mengenai dirinya. Ia tabaskan
tangan kiri kepergelangan tangan Lam-thian-ong dan
tongkatnya pun menyapu.
Lam-thian-ong tertawa seperti telah menduganya
lebih dulu. Tubuhnya bergeliatan seperti menyusup ke
dalam sambaran tongkat dan menamparkan tangan
kiri ke dada orang.
Apabila ko-jiu (orang sakti) bertempur, gerak dan
perobahan jurus dilakukan hanya dalam sekejap
mata.
Karena jurus serangannya gagal, saat itu Ko-tok Siu
telah dikuasai lawan. Terpaksa ia loncat mundur tiga
langkah.
Pada saat kedua orang itu bertempur, si dara baju
merah atau sumoay ketiga dari Mo-seng-li pun sudah
menghampiri ke muka Bok-yong Kang. Tiba-tiba
dilihatnya pemuda itu sudah berdiri dan terus
menendang dara itu.
Dara baju merah tak menyangka akan menerima
tendangan itu. Ia tak mengerti dan terkejut, mengapa
Bok-yong Kang yang menurut keterangan Mo-seng-li
tadi telah ditutuk jalan darahnya, saat itu ternyata
dapat membebaskan diri sendiri.
Tetapi dara baju merah itu berkepandaian tinggi.
Dalam kejutnya ia masih sempat menggerakkan
tangan kanannya untuk menebas kaki Bok-yong
Kang.
Bok-yong Kang terpaksa menarik pulang kakinya lalu
loncat menyingkir setombak jahunya.
“Melihat gerakan Bok-yong Kang begitu lihay si nona
baju biru atau Hiat Sat Mo-li segera berseru: “Sam-
sumoay, jangan lepaskan orang itu!”
Dara baju merah melengking terus menyerbu Bok-
yong Kang. Tujuh buah serangan sekali gus
dihamburkannya seperti hujan mencurah.
Serangan yang deras itu memaksa Bok-yong Kang
mundur sampat ke titian pintu.
Lam-thian-ong dan Ko-tok Siu pun terkejut melihat
Bok-yong Kang mampu membebaskan sendiri jalan
darahnya yang tertutuk. Serempak kedua orang itu
berpaling.
Ko-tok Siu menyaksikan sendiri tadi bahwa Bok-yong
Kang telah ditutuk jalan darahnya oleh si nona baju
biru Hiat Sat Mo-li. Kalau dia mampu membuka jalan
darahnya sendiri jelas tentu memiliki kepandaian
yang sakti. Tetapi mengapa begitu mudah ia dapat
diringkus oleh si nona baju biru dan ditutuk jalan
darahnya?
Kiranya Bok-yong Kang mempunyai rencana sendiri.
Memang sengaja ia memberikan dirinya ditangkap si
nona baju biru dan ditutuk jalan darahnya. Agar
dengan begitu ia dapat dibawa oleh rombongan nona
itu keluar dari kuil dan selamatlah Siau Mo dari
sergapan mereka.
Tetapi perhitungannya itu kandas ketika mengetahui
bahwa tempat di sekeliling kuil itu sudah dikepung
rapat sekali oleh orang-orang Naga Hijau.
Sia-sia ia menyerahkan diri pada rombongan nona-
nona itu. Maka cepat ia kerahkan tenaga dalam untuk
membuka jalan darahnya yang tertutuk itu.
Demikian karena mendengar perintah si nona baju
biru maka dara baju merah itu pun menyerang
dengan gencar.
Bok-yong Kang pun marah. Cepat ia mengangkat
tangan dan gunakan jurus pukulan Coan-sim-ciang
atau pukulan menyusup hati, memukul