Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Pendekar 100 Hari - 61

$
0
0
Cerita Silat | Pendekar Seratus Hari | by S.D Liong | Pendekar 100 Hari | Cersil Sakti | Pendekar Seratus Hari pdf

Pendekar Naga Geni ~ Misteri Kapal Hantu Pendekar Mata Keranjang ~ Bara Di Jurang Guringring Pendekar Rajawali Sakti - 171. Sayembara Maut Pendekar Cambuk Naga ~ Seruling Kematian Raja Naga ~ Misteri Menara Berkabut

gian sebelah dalam dari
  tanah kuburan itu.
  Siau Lo-seng terkejut ketika melihat ke empat orang
  yang dipukulnya rubuh itupun dapat bangun kembali
  dan menyusul kawan-kawannya.
  “Uh, orang golongan apakah mereka itu? Mengapa
  mereka sedemikian anehnya……” pikirnya.
  Seketika timbul keinginannya untuk mengetahui
  kawanan orang aneh itu. Karena tegangnya ia sampai
  lupa untuk memberi isyarat kepada Hun -ing dan Bok-
  yong Kang.
  Dengan gunakan gerak loncatan yang hebat, dalam
  tiga-empat kali loncatan saja ia sudah dapat
  menyusul orang aneh yang lari paling belakang
  sendiri.
  Siau Lo-seng enjot tubuhnya melambung sampai tiga
  tombak ke udara lalu lepaskan sebuah hantaman ke
  arah orang aneh itu.
  Tiba-tiba terdengar suara tertawa aneh dan dari balik
  sebuah makam besar, muncullah seorang aneh.
  Melihat dandanannya yang luar biasa aneh dan
  gerakannya yang hebat, Siau Lo-seng dapat menduga
  yang muncul itu tentu pemimpin kawanan orang
  aneh.
  Siau Lo-seng tahu hahwa pemimpin orang aneh itu
  tentu jauh lebih lihay dari anak buahnya. Maka diam-
  diam ia salurkan tenaga dalam ke arah tangan kanan.
  Kemudian ia melompat ke udara dan melayang ke
  arah pemimpin itu sambil lepaskan sebua h hantaman
  dahsyat yang disebut jurus Halilintar menyambar ke
  bawah.
  Orang aneh itupun tak gentar. Iapun loncat
  menyongsong dengan dahsyat. “Krak......,” terdengar
  letupan keras dari dua kerat tulang yang saling
  beradu.
  Pemimpin orang aneh itu terpelanting jatuh ke tanah
  tetapi Siau Lo-seng pun terlempar sampai tiga tombak
  jauhnya dan jatuh di atas sebuah makam.
  Diam-diam Siau Lo-seng terkejut sekali. Sejak turun
  ke dunia persilatan baru pertama kali itu ia bertemu
  dengan seorang lawan yang dapat menandingi
  kepandaiannya. Ia mengangkat muka memandang
  orang itu.
  Ternyata orang itu seorang bungkuk yang
  mengenakan baju hitam. Mukanya penuh dengan
  gurat-gurat bekas luka yang menyeramkan.
  Begitu jatuh di tanah si Bungkuk pun cepat melenting
  bangun lalu lepaskan hantaman ke arah Siau Lo-seng
  lagi. Pikirnya, selagi pemuda itu belum sempat
  bangun, ia hendak mendahului meremukkannya.
  Tetapi ternyata Siau Lo-seng sudah bersiap. Begitu
  melihat si Bungkuk gerakkan tangan, iapun segera
  enjot tubuhnya melambung ke udara, menghindari
  pukulan orang lalu balas menyerangnya.
  Si Bungkuk mendengus. Ia menyongsong maju dua
  langkah. Tangan kanan lurus ke muka memukul dada
  lawan sedang tangan kiri menabas lambung.
  Tetapi Siau Lo-seng tak gugup menghadapi dua
  serangan maut itu. Segera ia mengatupkan kedua
  tangan dan lancarkan jurus Hun-he-ki-gwat atau
  Membelah kabut mengambil rembulan.
  Si Bungkuk terkejut melihat kepandaian pemuda itu.
  Dengan gerakan yang indah, pemuda itu bukan saja
  dapat menghindari pukulannya, pun malah sekalian
  menyerangnya. Menghindar sambil menyerang, benar-
  benar jurus yang hebat. Dan menyadari kalau
  berhadapan dengan seorang pemuda sakti, si
  Bungkuk pun terpaksa mundur dua langkah dan
  bergeliatan untuk menghindari serangan balasan dari
  Siau Lo-seng.
  Karena sampai beberapa jurus tak juga memperoleh
  hasil, marahlah orang bungkuk itu. Hawa
  pembunuhan meluap-luap. Dengan jurus Harimau
  lapar menerkam kambing, ia menyerang Siau Lo-seng
  dengan buas sekali. Tangan kiri melakukan gerak ilmu
  Kin-na-jiu untuk menyambar pergelangan tangan
  lawan. Tangan kanan khusus untuk melancarkan
  pukulan dahsyat.
  Dengan demikian sekali gus orang bungkuk itu telah
  melancarkan dua macam gaya serangan. Dan kedua
  jurus itu merupakan jurus-jurus yang hebat. Sekalipun
  seorang ketua partai persilatan tentu akan sibuk dan
  terluka apabila menghadapi dua serangan istimewa
  itu.
  Siau Lo-seng juga terkejut. Ia tak menyangka sama
  sekali bahwa seorang bungkuk yang berwajah begitu
  buruk ternyata memiliki ilmu kepandaian yang begitu
  sakti.
  Siau Lo-seng tak berani lengah. Setelah dapat
  menghindari kedua serangan itu, segera ia lancarkan
  serangan balasan yang dahsyat. Pukulan dan
  tendangan bertubi-tubi dilancarkannya.
  Dalam sekejap saja, pemuda itu sudah melakukan
  lima buah pukulan dan tiga tendangan.
  Si Bungkuk dapat didesak mundur dua langkah tetapi
  setiap kali mundur, ia terus maju lagi untuk
  menyerang.
  Demikianlah di tanah kuburan yang sunyi di lereng
  pelantara gunung, berlangsunglah pertempuran
  dahsyat. Pertempuran antara dua jago silat sakti yang
  jarang terdapat di dunia persilatan.
  Angin menderu-deru mengantar pertempu ran itu.
  Mautpun telah mcngintai untuk mengangkut nyawa
  orang yang kalah.
  Rupanya si Bungkuk itu amat penasaran sekali.
  Masakan orang yang memiliki kepandaian begitu sakti
  seperti dirinya, ternyata tak mampu untuk
  merubuhkan seorang pemuda yang tak terkenal.
  Penasaran itu segera ditumpahkannya dalam
  serangan yang sederas hujan mencurah.
  Tetapi Siau Lo-seng saat itupun seperti orang yang
  kerangsokan setan. Tampaknya tenaga pemuda itu
  tak habis-habisnya dan jurus-jurus yang dilancarkan
  makin luar biasa anehnya. Betapa si Bungkuk
  menyerang dengan tenaga dahsyat dan jurus yang
  hebat, tetapi Siau Lo-seng selalu dapat melayani,
  menghindar lalu balas menyerang.
  Saat itu tampaknya hanya kedua orang itu saja yang
  berada di tanah kuburan. Kawanan orang aneh tadi
  sudah tak tampak bayangannya.
  Sambil bertempur, diam-diam Siau Lo-seng
  mencemaskan Hun-ing dan Bok-yong Kang. Mengapa
  kedua orang itu tak datang menyusulnya.
  Karena pikirannya melayang, gerakannya pun agak
  lambat sehingga si Bungkuk berhasil mendesaknya
  mundur dua langkah.
  Tiba-tiba si Bungkuk mengangkat tangan kanannya ke
  atas. Siau Lo-seng terkejut ketika melihat telapak
  tangan si Bungkuk itu berwarna merah darah.
  “Apakah itu bukan pukulan Cu-sat-ciang yang sukar
  dipelajari?” diam-diam ia menimang.
  Siau Lo-seng memiliki pengetahuan ilmu silat yang
  luas. Ia tahu bahwa Cu-sat-ciang atau pukulan Pasir
  merah itu sebuah pukulan yang amat beracun. Maka
  iapun segera mencurahkan seluruh perhatiannya
  kepada gerak si bungkuk.
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>