Cerita Silat | Pendekar Seratus Hari | by S.D Liong | Pendekar 100 Hari | Cersil Sakti | Pendekar Seratus Hari pdf
Pendekar Naga Geni ~ Misteri Kapal Hantu Pendekar Mata Keranjang ~ Bara Di Jurang Guringring Pendekar Rajawali Sakti - 171. Sayembara Maut Pendekar Cambuk Naga ~ Seruling Kematian Raja Naga ~ Misteri Menara Berkabut
gian sebelah dalam dari
tanah kuburan itu.
Siau Lo-seng terkejut ketika melihat ke empat orang
yang dipukulnya rubuh itupun dapat bangun kembali
dan menyusul kawan-kawannya.
“Uh, orang golongan apakah mereka itu? Mengapa
mereka sedemikian anehnya……” pikirnya.
Seketika timbul keinginannya untuk mengetahui
kawanan orang aneh itu. Karena tegangnya ia sampai
lupa untuk memberi isyarat kepada Hun -ing dan Bok-
yong Kang.
Dengan gunakan gerak loncatan yang hebat, dalam
tiga-empat kali loncatan saja ia sudah dapat
menyusul orang aneh yang lari paling belakang
sendiri.
Siau Lo-seng enjot tubuhnya melambung sampai tiga
tombak ke udara lalu lepaskan sebuah hantaman ke
arah orang aneh itu.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa aneh dan dari balik
sebuah makam besar, muncullah seorang aneh.
Melihat dandanannya yang luar biasa aneh dan
gerakannya yang hebat, Siau Lo-seng dapat menduga
yang muncul itu tentu pemimpin kawanan orang
aneh.
Siau Lo-seng tahu hahwa pemimpin orang aneh itu
tentu jauh lebih lihay dari anak buahnya. Maka diam-
diam ia salurkan tenaga dalam ke arah tangan kanan.
Kemudian ia melompat ke udara dan melayang ke
arah pemimpin itu sambil lepaskan sebua h hantaman
dahsyat yang disebut jurus Halilintar menyambar ke
bawah.
Orang aneh itupun tak gentar. Iapun loncat
menyongsong dengan dahsyat. “Krak......,” terdengar
letupan keras dari dua kerat tulang yang saling
beradu.
Pemimpin orang aneh itu terpelanting jatuh ke tanah
tetapi Siau Lo-seng pun terlempar sampai tiga tombak
jauhnya dan jatuh di atas sebuah makam.
Diam-diam Siau Lo-seng terkejut sekali. Sejak turun
ke dunia persilatan baru pertama kali itu ia bertemu
dengan seorang lawan yang dapat menandingi
kepandaiannya. Ia mengangkat muka memandang
orang itu.
Ternyata orang itu seorang bungkuk yang
mengenakan baju hitam. Mukanya penuh dengan
gurat-gurat bekas luka yang menyeramkan.
Begitu jatuh di tanah si Bungkuk pun cepat melenting
bangun lalu lepaskan hantaman ke arah Siau Lo-seng
lagi. Pikirnya, selagi pemuda itu belum sempat
bangun, ia hendak mendahului meremukkannya.
Tetapi ternyata Siau Lo-seng sudah bersiap. Begitu
melihat si Bungkuk gerakkan tangan, iapun segera
enjot tubuhnya melambung ke udara, menghindari
pukulan orang lalu balas menyerangnya.
Si Bungkuk mendengus. Ia menyongsong maju dua
langkah. Tangan kanan lurus ke muka memukul dada
lawan sedang tangan kiri menabas lambung.
Tetapi Siau Lo-seng tak gugup menghadapi dua
serangan maut itu. Segera ia mengatupkan kedua
tangan dan lancarkan jurus Hun-he-ki-gwat atau
Membelah kabut mengambil rembulan.
Si Bungkuk terkejut melihat kepandaian pemuda itu.
Dengan gerakan yang indah, pemuda itu bukan saja
dapat menghindari pukulannya, pun malah sekalian
menyerangnya. Menghindar sambil menyerang, benar-
benar jurus yang hebat. Dan menyadari kalau
berhadapan dengan seorang pemuda sakti, si
Bungkuk pun terpaksa mundur dua langkah dan
bergeliatan untuk menghindari serangan balasan dari
Siau Lo-seng.
Karena sampai beberapa jurus tak juga memperoleh
hasil, marahlah orang bungkuk itu. Hawa
pembunuhan meluap-luap. Dengan jurus Harimau
lapar menerkam kambing, ia menyerang Siau Lo-seng
dengan buas sekali. Tangan kiri melakukan gerak ilmu
Kin-na-jiu untuk menyambar pergelangan tangan
lawan. Tangan kanan khusus untuk melancarkan
pukulan dahsyat.
Dengan demikian sekali gus orang bungkuk itu telah
melancarkan dua macam gaya serangan. Dan kedua
jurus itu merupakan jurus-jurus yang hebat. Sekalipun
seorang ketua partai persilatan tentu akan sibuk dan
terluka apabila menghadapi dua serangan istimewa
itu.
Siau Lo-seng juga terkejut. Ia tak menyangka sama
sekali bahwa seorang bungkuk yang berwajah begitu
buruk ternyata memiliki ilmu kepandaian yang begitu
sakti.
Siau Lo-seng tak berani lengah. Setelah dapat
menghindari kedua serangan itu, segera ia lancarkan
serangan balasan yang dahsyat. Pukulan dan
tendangan bertubi-tubi dilancarkannya.
Dalam sekejap saja, pemuda itu sudah melakukan
lima buah pukulan dan tiga tendangan.
Si Bungkuk dapat didesak mundur dua langkah tetapi
setiap kali mundur, ia terus maju lagi untuk
menyerang.
Demikianlah di tanah kuburan yang sunyi di lereng
pelantara gunung, berlangsunglah pertempuran
dahsyat. Pertempuran antara dua jago silat sakti yang
jarang terdapat di dunia persilatan.
Angin menderu-deru mengantar pertempu ran itu.
Mautpun telah mcngintai untuk mengangkut nyawa
orang yang kalah.
Rupanya si Bungkuk itu amat penasaran sekali.
Masakan orang yang memiliki kepandaian begitu sakti
seperti dirinya, ternyata tak mampu untuk
merubuhkan seorang pemuda yang tak terkenal.
Penasaran itu segera ditumpahkannya dalam
serangan yang sederas hujan mencurah.
Tetapi Siau Lo-seng saat itupun seperti orang yang
kerangsokan setan. Tampaknya tenaga pemuda itu
tak habis-habisnya dan jurus-jurus yang dilancarkan
makin luar biasa anehnya. Betapa si Bungkuk
menyerang dengan tenaga dahsyat dan jurus yang
hebat, tetapi Siau Lo-seng selalu dapat melayani,
menghindar lalu balas menyerang.
Saat itu tampaknya hanya kedua orang itu saja yang
berada di tanah kuburan. Kawanan orang aneh tadi
sudah tak tampak bayangannya.
Sambil bertempur, diam-diam Siau Lo-seng
mencemaskan Hun-ing dan Bok-yong Kang. Mengapa
kedua orang itu tak datang menyusulnya.
Karena pikirannya melayang, gerakannya pun agak
lambat sehingga si Bungkuk berhasil mendesaknya
mundur dua langkah.
Tiba-tiba si Bungkuk mengangkat tangan kanannya ke
atas. Siau Lo-seng terkejut ketika melihat telapak
tangan si Bungkuk itu berwarna merah darah.
“Apakah itu bukan pukulan Cu-sat-ciang yang sukar
dipelajari?” diam-diam ia menimang.
Siau Lo-seng memiliki pengetahuan ilmu silat yang
luas. Ia tahu bahwa Cu-sat-ciang atau pukulan Pasir
merah itu sebuah pukulan yang amat beracun. Maka
iapun segera mencurahkan seluruh perhatiannya
kepada gerak si bungkuk.
Pendekar Naga Geni ~ Misteri Kapal Hantu Pendekar Mata Keranjang ~ Bara Di Jurang Guringring Pendekar Rajawali Sakti - 171. Sayembara Maut Pendekar Cambuk Naga ~ Seruling Kematian Raja Naga ~ Misteri Menara Berkabut
gian sebelah dalam dari
tanah kuburan itu.
Siau Lo-seng terkejut ketika melihat ke empat orang
yang dipukulnya rubuh itupun dapat bangun kembali
dan menyusul kawan-kawannya.
“Uh, orang golongan apakah mereka itu? Mengapa
mereka sedemikian anehnya……” pikirnya.
Seketika timbul keinginannya untuk mengetahui
kawanan orang aneh itu. Karena tegangnya ia sampai
lupa untuk memberi isyarat kepada Hun -ing dan Bok-
yong Kang.
Dengan gunakan gerak loncatan yang hebat, dalam
tiga-empat kali loncatan saja ia sudah dapat
menyusul orang aneh yang lari paling belakang
sendiri.
Siau Lo-seng enjot tubuhnya melambung sampai tiga
tombak ke udara lalu lepaskan sebuah hantaman ke
arah orang aneh itu.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa aneh dan dari balik
sebuah makam besar, muncullah seorang aneh.
Melihat dandanannya yang luar biasa aneh dan
gerakannya yang hebat, Siau Lo-seng dapat menduga
yang muncul itu tentu pemimpin kawanan orang
aneh.
Siau Lo-seng tahu hahwa pemimpin orang aneh itu
tentu jauh lebih lihay dari anak buahnya. Maka diam-
diam ia salurkan tenaga dalam ke arah tangan kanan.
Kemudian ia melompat ke udara dan melayang ke
arah pemimpin itu sambil lepaskan sebua h hantaman
dahsyat yang disebut jurus Halilintar menyambar ke
bawah.
Orang aneh itupun tak gentar. Iapun loncat
menyongsong dengan dahsyat. “Krak......,” terdengar
letupan keras dari dua kerat tulang yang saling
beradu.
Pemimpin orang aneh itu terpelanting jatuh ke tanah
tetapi Siau Lo-seng pun terlempar sampai tiga tombak
jauhnya dan jatuh di atas sebuah makam.
Diam-diam Siau Lo-seng terkejut sekali. Sejak turun
ke dunia persilatan baru pertama kali itu ia bertemu
dengan seorang lawan yang dapat menandingi
kepandaiannya. Ia mengangkat muka memandang
orang itu.
Ternyata orang itu seorang bungkuk yang
mengenakan baju hitam. Mukanya penuh dengan
gurat-gurat bekas luka yang menyeramkan.
Begitu jatuh di tanah si Bungkuk pun cepat melenting
bangun lalu lepaskan hantaman ke arah Siau Lo-seng
lagi. Pikirnya, selagi pemuda itu belum sempat
bangun, ia hendak mendahului meremukkannya.
Tetapi ternyata Siau Lo-seng sudah bersiap. Begitu
melihat si Bungkuk gerakkan tangan, iapun segera
enjot tubuhnya melambung ke udara, menghindari
pukulan orang lalu balas menyerangnya.
Si Bungkuk mendengus. Ia menyongsong maju dua
langkah. Tangan kanan lurus ke muka memukul dada
lawan sedang tangan kiri menabas lambung.
Tetapi Siau Lo-seng tak gugup menghadapi dua
serangan maut itu. Segera ia mengatupkan kedua
tangan dan lancarkan jurus Hun-he-ki-gwat atau
Membelah kabut mengambil rembulan.
Si Bungkuk terkejut melihat kepandaian pemuda itu.
Dengan gerakan yang indah, pemuda itu bukan saja
dapat menghindari pukulannya, pun malah sekalian
menyerangnya. Menghindar sambil menyerang, benar-
benar jurus yang hebat. Dan menyadari kalau
berhadapan dengan seorang pemuda sakti, si
Bungkuk pun terpaksa mundur dua langkah dan
bergeliatan untuk menghindari serangan balasan dari
Siau Lo-seng.
Karena sampai beberapa jurus tak juga memperoleh
hasil, marahlah orang bungkuk itu. Hawa
pembunuhan meluap-luap. Dengan jurus Harimau
lapar menerkam kambing, ia menyerang Siau Lo-seng
dengan buas sekali. Tangan kiri melakukan gerak ilmu
Kin-na-jiu untuk menyambar pergelangan tangan
lawan. Tangan kanan khusus untuk melancarkan
pukulan dahsyat.
Dengan demikian sekali gus orang bungkuk itu telah
melancarkan dua macam gaya serangan. Dan kedua
jurus itu merupakan jurus-jurus yang hebat. Sekalipun
seorang ketua partai persilatan tentu akan sibuk dan
terluka apabila menghadapi dua serangan istimewa
itu.
Siau Lo-seng juga terkejut. Ia tak menyangka sama
sekali bahwa seorang bungkuk yang berwajah begitu
buruk ternyata memiliki ilmu kepandaian yang begitu
sakti.
Siau Lo-seng tak berani lengah. Setelah dapat
menghindari kedua serangan itu, segera ia lancarkan
serangan balasan yang dahsyat. Pukulan dan
tendangan bertubi-tubi dilancarkannya.
Dalam sekejap saja, pemuda itu sudah melakukan
lima buah pukulan dan tiga tendangan.
Si Bungkuk dapat didesak mundur dua langkah tetapi
setiap kali mundur, ia terus maju lagi untuk
menyerang.
Demikianlah di tanah kuburan yang sunyi di lereng
pelantara gunung, berlangsunglah pertempuran
dahsyat. Pertempuran antara dua jago silat sakti yang
jarang terdapat di dunia persilatan.
Angin menderu-deru mengantar pertempu ran itu.
Mautpun telah mcngintai untuk mengangkut nyawa
orang yang kalah.
Rupanya si Bungkuk itu amat penasaran sekali.
Masakan orang yang memiliki kepandaian begitu sakti
seperti dirinya, ternyata tak mampu untuk
merubuhkan seorang pemuda yang tak terkenal.
Penasaran itu segera ditumpahkannya dalam
serangan yang sederas hujan mencurah.
Tetapi Siau Lo-seng saat itupun seperti orang yang
kerangsokan setan. Tampaknya tenaga pemuda itu
tak habis-habisnya dan jurus-jurus yang dilancarkan
makin luar biasa anehnya. Betapa si Bungkuk
menyerang dengan tenaga dahsyat dan jurus yang
hebat, tetapi Siau Lo-seng selalu dapat melayani,
menghindar lalu balas menyerang.
Saat itu tampaknya hanya kedua orang itu saja yang
berada di tanah kuburan. Kawanan orang aneh tadi
sudah tak tampak bayangannya.
Sambil bertempur, diam-diam Siau Lo-seng
mencemaskan Hun-ing dan Bok-yong Kang. Mengapa
kedua orang itu tak datang menyusulnya.
Karena pikirannya melayang, gerakannya pun agak
lambat sehingga si Bungkuk berhasil mendesaknya
mundur dua langkah.
Tiba-tiba si Bungkuk mengangkat tangan kanannya ke
atas. Siau Lo-seng terkejut ketika melihat telapak
tangan si Bungkuk itu berwarna merah darah.
“Apakah itu bukan pukulan Cu-sat-ciang yang sukar
dipelajari?” diam-diam ia menimang.
Siau Lo-seng memiliki pengetahuan ilmu silat yang
luas. Ia tahu bahwa Cu-sat-ciang atau pukulan Pasir
merah itu sebuah pukulan yang amat beracun. Maka
iapun segera mencurahkan seluruh perhatiannya
kepada gerak si bungkuk.