Cerita Silat | Satria Pondok Ungu | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Satria Pondok Ungu | Cersil Sakti | Satria Pondok Ungu pdf
Cersil Shugyosa ~ Samurai Pengembara 1 Mahesa Kelud ~ Menggebrak Kotaraja Pendekar Rajawali Sakti - 176. Bidadari Penakluk Joko Sableng ~ Tumbal Pusar Merah kindo - Pedang Darah Biru
7
Si Tangan Api yang sudah bosan bermain-main telah menghabisi lawan-lawannya. Kini yang tertinggal hanyalah si Pemabuk dari Gunung Kidul yang sedang bertarung sengit dengan Setan Bungkuk. Sementara Sakurang yang tidak mempunyai lawan, segera turut mengeroyok Ki Demong.
Walaupun memiliki kepandaian tinggi, Pemabuk dari Gunung Kidul jadi terdesak keras. Dia hanya mampu mengelak dan bermain mundur saja. Sehingga keadaannya jadi semakin berbahaya.
Pada saat yang semakin gawat tiba-tiba meluruk sebuah bayangan ungu yang langsung mener-jang Sakurang.
"Hei.... Gadis gila dari mana ini?! Datang-da-tang sudah berani mengacau!" sentak Sakurang, seraya langsung meladeni serangan.
Gadis cantik berbaju ungu itu tidak menjawab. Mulutnya hanya memperdengarkan suara tidak jelas.
Melihat hal ini, Setan Hitam segera mengingatingat peristiwa beberapa tahun yang lalu.
"Kebetulan...! Ada ular mencari penggebuk," ujar Sakurang setelah mengenali gadis itu.
"Uuu.... Uuuh...!"
Sambil berteriak seperti itu gadis yang ternyata gagu ini menyerang dengan pedangnya. Gerakannya begitu mantap dan berbahaya. Bahkan kecepatan geraknya mengagumkan. Sakurang sendiri sampai terkejut. Cepat tangannya ditarik, kalau tak ingin terbabat putus.
"Gila...! Gadis gagu ini sekarang telah memiliki ilmu olah kanuragan yang tidak dapat dibuat main-main! Aku harus hati-hati menghadapinya...," pilar Setan Hitam dalam hati.
"Ciaaat...!"
Beberapa pukulan beracun segera dilancarkan Setan Hitam dengan cepat. Tetapi dengan ilmu meringankan tubuhnya, gadis yang tak lain Puspita Dewi itu mampu menghindari dengan melenting ringan ke sana kemari.
Sementara, Setan Hitam semakin geram saja. Dan itu makin membuatnya penasaran saja. Seketika, tangannya merogoh saku. Begitu tangannya menghentak....
Set! Set!
Saat itu juga berbagai jenis binatang beracun dilemparkan Setan Hitam. Puspita Dewi bergerak sigap. Cepat pedangnya yang tajam luar biasa berputar membabat.
Tas! Tas!
Pedang Puspita Dewi bergerak ke arah Setan Hitam. Begitu membabat habis, binatang-binatang berbisa itu....
"Hup!"
Cepat-cepat Setan Hitam menggulingkan diri ke tanah, sehingga berhasil menghindari serangan.
"Bangsat... Mampuslah kau, Gagu Jelek...!"
Diejek demikian membuat gadis ini jadi mata gelap. Dengan seluruh kepandaiannya, diterjangnya Setan Hitam dengan kalang kabut. Tubuhnya yang memiliki meringankan tubuh hebat, berkelebatan bagaikan kupu-kupu bermain-main di antara bunga. Tiba- tiba....
Bret!
"Aaakh...!"
Setan Hitam memekik tertahan, ketika tergores pedang Puspita Dewi. Walaupun tidak mematikan, pedihnya sampai terasa ke hati. Darah pun mengucur deras dari lukanya. Terpaksa tubuhnya berjumpalitan beberapa kali di udara untuk menjauhi lawannya.
Namun Puspita Dewi terus memburu tanpa kenal ampun. Dengan gerakan begitu cepat, membuat gadis ini mampu menghindari serangan balasan.
Sementara, Cakra Dana merasa heran melihat gadis muda itu berhasil mendesak keponakannya yang jarang menemui tandingan dalam dunia persilatan.
Pada saat yang sama, Kuntarawang sendiri sedang terdesak oleh serangan Pemabuk dari Gu-nung Kidul yang menerjang bertubi-tubi bagaikan angin topan. Semburan tuak yang seperti mata pisau telah merepotkan Setan Bungkuk.
"Pruh! "
"Hait!"
Dengan cepat Setan Bungkuk meloncat ke atas. Begitu tubuhnya meluruk, tongkatnya di-ayunkan ke arah kepala Ki Demong. Namun sambil memiringkan kepala, Pemabuk dari Gunung Kidul mengangkat gucinya ke atas.
Trang!
Bentrokan keras tidak terhindari lagi. Dan sambil berteriak keras, keduanya terjajar ke bela-kang satu tombak. Tetapi sambil berputar, kaki Ki Demong menghantam kaki Setan Bungkuk.
"Hup!"
Dengan gerakan bagai udang, Kuntarawang melentik ke udara, sehingga berhasil mengelakkan serangan. Namun tanpa diduga, Ki Demong mengejar sambil menghantamkan gucinya.
Begkh!
"Ugkh...!"
Dengan teriakan tertahan, Setan Bungkuk ter-pental makin tinggi ke udara.
Melihat Setan Bungkuk terdesak, Cakra Dana menggerang murka. Dan tiba-tiba kedua tangannya menghentak, mengirimkan serangan jarak jauh yang menimbulkan angin panas membara.
Merasakan adanya angin sambaran sebelum serangan sesungguhnya tiba, Pemabuk Dari Gu-nung Kidul cepat tersadar. Cepat diminumnya tuak dalam guci, dan langsung disemburkannya ke arah datangnya serangan.
"Pruhhhh!"
"Heh?! "
Tetapi, ketika semburan itu beradu dengan angin pukulan Cakra Dana, tuak itu tertolak balik ke arah pemiliknya. Ki Demong tersentak kaget, dan untung segera membuang diri ke belakang. Tub
Cersil Shugyosa ~ Samurai Pengembara 1 Mahesa Kelud ~ Menggebrak Kotaraja Pendekar Rajawali Sakti - 176. Bidadari Penakluk Joko Sableng ~ Tumbal Pusar Merah kindo - Pedang Darah Biru
7
Si Tangan Api yang sudah bosan bermain-main telah menghabisi lawan-lawannya. Kini yang tertinggal hanyalah si Pemabuk dari Gunung Kidul yang sedang bertarung sengit dengan Setan Bungkuk. Sementara Sakurang yang tidak mempunyai lawan, segera turut mengeroyok Ki Demong.
Walaupun memiliki kepandaian tinggi, Pemabuk dari Gunung Kidul jadi terdesak keras. Dia hanya mampu mengelak dan bermain mundur saja. Sehingga keadaannya jadi semakin berbahaya.
Pada saat yang semakin gawat tiba-tiba meluruk sebuah bayangan ungu yang langsung mener-jang Sakurang.
"Hei.... Gadis gila dari mana ini?! Datang-da-tang sudah berani mengacau!" sentak Sakurang, seraya langsung meladeni serangan.
Gadis cantik berbaju ungu itu tidak menjawab. Mulutnya hanya memperdengarkan suara tidak jelas.
Melihat hal ini, Setan Hitam segera mengingatingat peristiwa beberapa tahun yang lalu.
"Kebetulan...! Ada ular mencari penggebuk," ujar Sakurang setelah mengenali gadis itu.
"Uuu.... Uuuh...!"
Sambil berteriak seperti itu gadis yang ternyata gagu ini menyerang dengan pedangnya. Gerakannya begitu mantap dan berbahaya. Bahkan kecepatan geraknya mengagumkan. Sakurang sendiri sampai terkejut. Cepat tangannya ditarik, kalau tak ingin terbabat putus.
"Gila...! Gadis gagu ini sekarang telah memiliki ilmu olah kanuragan yang tidak dapat dibuat main-main! Aku harus hati-hati menghadapinya...," pilar Setan Hitam dalam hati.
"Ciaaat...!"
Beberapa pukulan beracun segera dilancarkan Setan Hitam dengan cepat. Tetapi dengan ilmu meringankan tubuhnya, gadis yang tak lain Puspita Dewi itu mampu menghindari dengan melenting ringan ke sana kemari.
Sementara, Setan Hitam semakin geram saja. Dan itu makin membuatnya penasaran saja. Seketika, tangannya merogoh saku. Begitu tangannya menghentak....
Set! Set!
Saat itu juga berbagai jenis binatang beracun dilemparkan Setan Hitam. Puspita Dewi bergerak sigap. Cepat pedangnya yang tajam luar biasa berputar membabat.
Tas! Tas!
Pedang Puspita Dewi bergerak ke arah Setan Hitam. Begitu membabat habis, binatang-binatang berbisa itu....
"Hup!"
Cepat-cepat Setan Hitam menggulingkan diri ke tanah, sehingga berhasil menghindari serangan.
"Bangsat... Mampuslah kau, Gagu Jelek...!"
Diejek demikian membuat gadis ini jadi mata gelap. Dengan seluruh kepandaiannya, diterjangnya Setan Hitam dengan kalang kabut. Tubuhnya yang memiliki meringankan tubuh hebat, berkelebatan bagaikan kupu-kupu bermain-main di antara bunga. Tiba- tiba....
Bret!
"Aaakh...!"
Setan Hitam memekik tertahan, ketika tergores pedang Puspita Dewi. Walaupun tidak mematikan, pedihnya sampai terasa ke hati. Darah pun mengucur deras dari lukanya. Terpaksa tubuhnya berjumpalitan beberapa kali di udara untuk menjauhi lawannya.
Namun Puspita Dewi terus memburu tanpa kenal ampun. Dengan gerakan begitu cepat, membuat gadis ini mampu menghindari serangan balasan.
Sementara, Cakra Dana merasa heran melihat gadis muda itu berhasil mendesak keponakannya yang jarang menemui tandingan dalam dunia persilatan.
Pada saat yang sama, Kuntarawang sendiri sedang terdesak oleh serangan Pemabuk dari Gu-nung Kidul yang menerjang bertubi-tubi bagaikan angin topan. Semburan tuak yang seperti mata pisau telah merepotkan Setan Bungkuk.
"Pruh! "
"Hait!"
Dengan cepat Setan Bungkuk meloncat ke atas. Begitu tubuhnya meluruk, tongkatnya di-ayunkan ke arah kepala Ki Demong. Namun sambil memiringkan kepala, Pemabuk dari Gunung Kidul mengangkat gucinya ke atas.
Trang!
Bentrokan keras tidak terhindari lagi. Dan sambil berteriak keras, keduanya terjajar ke bela-kang satu tombak. Tetapi sambil berputar, kaki Ki Demong menghantam kaki Setan Bungkuk.
"Hup!"
Dengan gerakan bagai udang, Kuntarawang melentik ke udara, sehingga berhasil mengelakkan serangan. Namun tanpa diduga, Ki Demong mengejar sambil menghantamkan gucinya.
Begkh!
"Ugkh...!"
Dengan teriakan tertahan, Setan Bungkuk ter-pental makin tinggi ke udara.
Melihat Setan Bungkuk terdesak, Cakra Dana menggerang murka. Dan tiba-tiba kedua tangannya menghentak, mengirimkan serangan jarak jauh yang menimbulkan angin panas membara.
Merasakan adanya angin sambaran sebelum serangan sesungguhnya tiba, Pemabuk Dari Gu-nung Kidul cepat tersadar. Cepat diminumnya tuak dalam guci, dan langsung disemburkannya ke arah datangnya serangan.
"Pruhhhh!"
"Heh?! "
Tetapi, ketika semburan itu beradu dengan angin pukulan Cakra Dana, tuak itu tertolak balik ke arah pemiliknya. Ki Demong tersentak kaget, dan untung segera membuang diri ke belakang. Tub