Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Cheng Hoa Kiam - 111

$
0
0
Cerita Silat | Cheng Hoa Kiam | By Kho Ping Hoo | Cheng Hoa Kiam | Cersil Sakti | Cheng Hoa Kiam pdf

Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah Pendekar Rajawali Sakti - 184. Kembang Lembah Darah Siluman Ular Putih ~ Manusia Rambut Merah Walet Emas ~ Manusia Beracun

muka untuk pura-pura bersikap manis? Hemm. kaukira aku orang macam apa mudah kautipu dan bujuk?”
  "Kau galak, akan tetapi aku lebih suka gadis bersemangat. Kau menuduh orang sembarangan saja. Yang menawanmu memang pasukan kerajaan, akan tetapi apa kau tidak ingat akan perbuatanmu yang amat
  ceroboh dan menggegerkan kota raja? Kau telah membunuh seorang hartawan she Liu yang mempunyai pengaruh besar. Masih herankah kau kalau kau ditawan? Memang mudah menyalahkan orang, alangkah
  sukarnya meneliti kesalahan diri sendiri." Sambil berkata demikian, Kun Hong menggerakkan kedua tangannya, terdengar suara pletak- pletok dan belenggu yang mengikat kaki tangan gadis itu putus semua!
  Bukan main kagumnya hati Eng Lan. Ia sejak malam tadi sudah mengerahkan seluruh lweekangnya untuk mencoba mematahkan belenggu, akan tetapi tambang itu terbuat dari pada kulit binatang yang amat
  kuat, ulet dan mulur. Sekarang dengan gerakan demikian ringan dan cepat, pemuda ini sudah berhasil memutuskan semua ikatannya. Benar-benar hebat pemuda ini.
  Eng Lan mengangkat dadanya. "Memang aku yang membunuh hartawan okpa (jahat) itu. Kau hanya menegur karena aku membunuh, tidak bertanya mengapa aku membunuhnya. Bandot tua she Liu itu karena
  ingin memaksa enciku menjadi selirnya, telah membunuh enciku dan suaminya berikut seorang anaknya setelah enciku menolak. Coba kau pikir, apa bandot macam itu tidak patut dibunuh?”
  "Sudah sepatutnya! Dia harus seribu kali dibunuh!" Kun Hong mengangguk-angguk dengan muka sungguh-sungguh. "Akan tetapi dengar. Aku dan pasukan itu adalah petugas-petugas, penjaga keamanan kota
  Peking dan sekitarnya. Kau sudah datang bersama kawan-kawanmu dan melakukan pembunuhan atas diri seorang bangsawan kaya, sudah tentu kami menangkapmu."
  Eng Lan mengedikkan kepalanya. "Aku yang membunuh anjing tua itu! Kau boleh tangkap aku, boleh bunuh aku. Akan tetapi jangan mengganggu yang lain. Tung-hai Sian-li tidak berdosa, mengapa ikut-ikut
  ditangkap? Akulah pembunuhnya dan aku siap menerima hukumannya, jangan bawa-bawa orang lain. Lepaskan dia!”
  Kun Hong mengangguk-angguk. "Kau betul juga. Biar sekarang aku menyuruh orang membebaskan Tung-hai Sian-li. Dan kau juga! Akan tetapi berjanjilah bahwa kau takkan menikah dengan orang lain dan
  menanti pinanganku!"
  Eng Lan kurang memperhatikan kalimat terakhir ini. Dia terlampau heran mendengar ucapan pemuda ini yang hendak membebaskannya, juga Tung-hai Sian-li.
  "Membebaskan...... aku......?" tanyanya, matanya terbelalak lebar memandang pemuda itu, tidak percaya.
  Kun Hong mengangguk, tersenyum. "Eng Lan. aku cinta padamu. Lebih baik aku menggantung leherku sendiri dari pada melihat dan membiarkan kau dihukum gantung! Aku cinta padamu, masih herankah kau?"
  Sambil berkata demikian, dengan mata bersinar-sinar dan bibir tersenyum pemuda ini melangkah maju.
  Eng Lan melangkah mundur, takut dan ngeri akan apa yang diperbuat oleh pemuda ini kcpadanya, Tiba-tiba, melihat bahwa ia tidak akan dapat melarikan diri lagi, nona ini menjadi nekat. Sambil berseru keras ia
  menerjang maju, memukul dada pemuda itu sekuatnya. Eng Lan adalah murid terkasih dari Pak-thian Koai-jin, biarpun dia seorang ahli ilmu pedang, namun pukulan tangannya juga lihai dan berbahaya.
  Kun Hong mengeluarkan suara ketawa menyeramkan dan sekali ia menggerakkan tangan, ia telah berhasil menangkap pergelangan tangan gadis itu yang lalu dipeluknya. Eng Lan mencoba untuk meronta,
  namun tak berdaya lagi. Dalam pegangan Kun Hong ia sama sekali tidak kuasa memberontak. Ia menjadi gelisah dan......... menangis!
  Aneh sekali. Kun Hong yang biasanya berhati keras dan tidak mengenal kasihan, mendengar tangis Eng Lan tiba-tiba seperti lemas seluruh tubuhnya. Cekalannya mengendur, hatinya penuh rasa kasihan. Tidak
  tega ia menggoda gadis yang dicintanya ini, tidak ingin ia menyusahkan hati Eng Lan. Ia melepaskan pelukannya dan....... berlutut!
  "Eng Lan, maafkan aku.......... jangan khawatir, aku takkan mengganggumu......... maafkan aku, aku cinta padamu........."
  Eng Lan menjatuhkan diri di atas kursi, menutupi mukanya dengan kedua tangan dan menangis tersedu-sedu. "Pergi kau! Pergilah.......! Pergiii!!"
  Kun Hong berdiri, memandang beberapa lama, menarik napas panjang, lalu berkata.
  "Malam ini aku akan membebaskan kau dan Tung-hai Sian-li. Aku tidak mungkin dapat menyusahkan hatimu. Eng Lan. Sementara menanti datangnya malam, kau makan dan minumlah, jangan sampai terkena
  angin dan jatuh sakit."
  Makin keras tangis Eng Lan mendengar ucapan yang halus dan penuh perhatian ini. Ia menangis sampai lama sesudah pintu kamar itu ditutup dan dikunci lagi dari luar. Hatinya tidak karuan rasanya. Ia kagum
  kepada Kun Hong. pemuda yang amat lihai ilmu silatnya, yang amat pemberani itu. Ia kagum, ia benci setengah mati, akan tetapi ia juga kasihan kepadanya! Pemuda lihai, kurang ajar. jahat, namun......... Eng Lan
  mulai makan hidangan di depannya!
  Malamnya, menjelang tengah malam, pintu kamar tahanannya terbuka dari luar dan masuklah......... Tung-hai Sian-li. Pendekar wanita ini menaruh jari telunjuk di bibir, lalu menghampiri sambil berbisik. "Kita pergi
  dari sini......."
  Eng Lan makin terharu, maklum bahwa pemuda yang jahat itu ternyata memegang janji. Tung-hai Sian-li lalu mendahuluinya, keluar dari pintu. Tidak kelihatan ada penjaga di luar pintu. Eng Lan mengikutinya.
  Kemudian, setelah melihat suasana sunyi saja. Tung-hai Sian-li dan Eng Lan melompat ke atas genteng rumah gedung yang menjadi tempat tahanan itu, lalu mulai melompat-lompat pergi dari situ.
  "Kuntianak dari timur, jangan lari!" Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan muncullah Tok-sim Sian-li dan Bu-ceng Tok-ong di depan Tung-hai Sian-li dan Pui Eng Lan. Tentu saja dua orang wanita ini kaget sekali,
  maklum bahwa mereka telah dihadang oleh dua orang musuh yang amat tangguh.
  "Siluman beracun, kalau tidak kau, tentu aku yang menggeletak tak bernyawa!" bentak Tung-hai Sian-li dengan kemarahan meluap-luap melihat musuh besarnya kembali telah mencoba menghalangi larinya.
  Cepat ia mencabut pedang dan menyerang. Tok-sim Sian-li yang memang lebih lihai, tertawa mengejek sambil melompat ke samping.
  Akari tetapi tiba-tiba Tok-sim Sian-li terhuyung mundur dan Bu-ceng Tok-ong yang hendak maju juga tersentak kaget dan melompat ke belakang.
  "Jangan halangi mereka, biarkan mereka bebas!" kata Kun Hong yang muncul secara tiba-tiba dan tadi mendorong Tok-sim Sian-li dan Bu-ceng Tok-ong.
  "Kun Hong! Kau membiarkan mereka lolos?" terdengar T

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>