Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Cheng Hoa Kiam - 112

$
0
0
Cerita Silat | Cheng Hoa Kiam | By Kho Ping Hoo | Cheng Hoa Kiam | Cersil Sakti | Cheng Hoa Kiam pdf

Mahesa Kelud ~ Mencari Mati Di Banten Cersil Mustika Lidah Naga 1 Pendekar Rajawali Sakti - 183. Jahanam Bermuka Dua Candika - Dewi Penyebar Maut 12 Candika - Dewi Penyebar Maut 2

ok-sim Sian-li berseru kaget sekali, juga terheran-heran. Bu-ceng Tok-ong juga heran dan mengomel.
  Sementara itu. melihat munculnya pemuda yang menolong mereka, Tung-hai Sian-li dan Pui Eng Lan tidak membuang waktu lagi, terus melompat pergi dan berlari-lari menghilang di dalam gelap malam. Mereka
  mempergunakan kesempatan ini untuk lari saja oleh karena maklum bahwa apa bila terjadi pertempuran, tanpa dibantu kawan-kawan lain, mereka pasti akan kalah.
  Biarpun merasa penasaran, Tok-sim Sian-li dan Bu-ceng Tok-ong tidak berani mengejar.
  "Kun Hong., melepaskan mereka berarti melanggar tugas kita yang sudah berjanji hendak membantu pemerintah menghalau para pengacau. Bagaimana kita harus mempertanggung-jawabkan terhadap Hek-mo
  Sai-ong yang tentu akan melaporkan hal ini ke kota raja!” kata pula Tok-sim Sian-li penuh penyesalan.
  "Kita bungkam mulut Hek-mo Sai-ong untuk selamanya kalau dia melapor." kata Kun Hong tidak perdulian.
  "Biarpun Hek-mo Sai-ong dapat dibungkam, semua pasukan akan tahu belaka bahwa kau sengaja melepaskan tawanan. Apa kaukira mereka begitu bodoh?” Tok-sim mendesak lagi.
  "Hayaaa. mengapa ribut-ribut? Kita tinggal pergi, habis perkara," kata Bu-ceng Tok-ong sambil tersenyum masam.
  "Tok-ong, kita sudah menerima banyak hadiah dan kesenangan dari orang- orang Mongol, masa belum memperlihatkan jasa lalu ditinggal pergi?" tegur Tok-sim.
  "Perduli apa? Mereka boleh mampus!" jawab Bu-ceng Tok-ong.
  Tahu akan watak Bu-ceng Tok-ong yang memang paling mbocengli (tidak tahu aturan) dan susah diajak urusan. Tok-sim Sian-li yang hendak mengingatkan Kun Hong berkata lagi kepada pemuda itu. "Kun Hong,
  anak baik. Boleh jadi kita tidak usah terlalu pusingkan pemerintah Mongol akan tetapi kita harus ingat akan perintah Thai Khek Siansu. Thai Khek Siansu bilang, selama murid keturunan Thian Te Cu dan Gan Yan
  Ki memusuhi orang-orang Mongol, kita harus membantu orang-orang Mongol dan menghadapi anak murid dua orang musuh lama itu."
  "Siapa melanggar perintah suhu? Tung-hai Sian-li dan nona Pui Eng Lan bukan murid dua orang itu." bantah Kun Hong.
  "Akan tetapi mereka bersekongkol dengan murid Thian Te Cu. Memang keturunan Gan Yan Ki sekarang menyembunyikan diri dan tidak membantu siapa- siapa, kita boleh tidak usah memusingkan dia, akan
  tetapi harus diingat bahwa murid Thian Te Cu, pemuda she Thio itu telah membantu rombongan yang mengacau di sini. membantu pembunuh-pembunuh kakek Liu. Pembunuhnya sudah tertawan, akan tetapi
  kau membebaskannya........."
  "Cukup! Aku sengaja membebaskannya, siapa melarang!" Kun Hong membentak marah dan bekas guru-gurunya tidak ada yang berani berkelisik. "Aku......... aku cinta kepada gadis itu. Aku akan mencari ayah
  untuk......... untuk mengatur perjodohanku dengan dia........."
  Merah muka Tok-sim Sian-li, dan terdengar Bu-ceng Tok-ong tertawa bergelak.
  "Ha-ha-ha-ha cinta bisa membikin dunia jungkir-balik! Aku mencinta Tok-sim., Tok-sim mencinta Kun Hong, Kun Hong mencinta nona Pui dan nona Pui mencinta siapa?”
  "Dia tentu mencintaiku!" potong Kun Hong, matanya bersinar, siap untuk marah kalau ada yang berani menyangkal.
  "Tidak bagus kalau begitu. Urusan akan berhenti di sini saja, tidak ramai lagi, tidak menggembirakan. Selama ada keruwetan dan keributan, baru ada kegembiraan. Kalau Kun Hong sudah jatuh cinta dan terbalas,
  untuk apa aku lama-lama di sini bengong melihati orang asyik mesra? Aku mau pergi saja!" Setelah berkata demikian, kakek yang wataknya aneh ini lalu melompat pergi, didiamkan saja oleh dua orang
  kawannya.
  "Akupun malam ini juga hendak mencari ayah di Kun-lun-san." kata Kun Hong sambil berkelebat pergi pula.
  Tok-sim Sian-li berdiri bengong. Tak terasa lagi dua butir air mata mengalir turun di atas pipinya. Hatinya perih, penuh sesal, penuh iri. penuh cemburu. Kebenciannya terhadap Tung-hai Sian-li meluap-luap.
  "Siluman betina dari timur!" bisiknya sambil menggigit gigi saking gemas dan sakit hati. "Dahulu kau datang merampas Kwa Cun Ek dari tanganku, merobek luka hatiku. Sekarang kau datang lagi bersama Pui Eng
  Lan yang mencuri hati Kun Hong kekasihku kau menghancur-leburkan hatiku. Kalau aku tidak dapat membelek dadamu dan mencabut jantungmu, sampai matipun aku akan menjadi setan penasaran!" Setelah
  menyumpah-nyumpah dan memaki-maki, Tok-sim Sian-li juga pergi dari situ. Untuk apa lebih lama berada di kota raja membantu Kaisar Mongol kalau di situ tidak ada Kun Hong di sampingnya? Ia hendak
  kembali ke Pulau Pek-go-to, hendak minta keadilan kepada Thai Khek Sian. hendak membujuk Thai Khek Sian mempergunakan pengaruhnya yang masih kuat atas diri pentolan Mo-kauw itu, agar supaya Thai
  Khek Sian melarang Kun Hong berjodoh dengan Pui Eng Lan!
  Pegunungan Kun-lun adalah daerah yang amat luas. Panjangnya meliputi daerah Propinsi Cinghai memanjang ke barat sampai ke Tibet. Jarang ada orang kelihatan di daerah liar ini, kecuali para pertapa yang
  memang selalu mencari tempat-tempat sunyi seperti itu. Bahkan di sebuah di antara puncak-puncak Pegunungan Kun-lun-san, terdapat kelenteng besar yang merupakan kompleks perumahan para tosu dari Kun-
  lun-pai, partai persilatan yang sudah terkenal di dunia kang-ouw.
  Kam Kun Hong berlari-lari di lereng Pegunungan Kun-lun-pai dengan wajah gembira sekali. Wajahnya yang tampan berseri-seri. rambutnya yang hitam tebal itu digelung ke atas. diikat saputangan putih,
  membuat mukanya nampak bundar putih tampan sekali, matanya bersinar-sinar. Hatinya gembira melihat pegunungan yang sudah amat dikenalnya ini. Ia pernah dahulu tinggal di puncak Kun-lun-san, di dalam
  kelompok perumahan Kun-lun-pai bersama ayahnya. Seng-goat-pian Kam Ceng Swi. Belasan tahun ia meninggalkan tempat ini, semenjak ia diculik oleh Tok-sim dan Tok-ong. Tigabelas tahun ia tidak bertemu
  dengan ayahnya. Kadang-kadang ia merasa rindu juga, akan tetapi kadang-kadang ia tidak ingin bertemu dengan ayahnya.
  Entah mengapa. Akan tetapi kali ini dengan penuh harapan ia mendaki Bukit Kun-lun untuk dapat bertemu dengan ayahnya. Tidak hanya karena rindu, terutama sekali untuk mengajukan sebuah permintaan,
  yaitu meminang Pui Eng Lan murid dari Pak-thian Koai-jin. Dia sendiri tidak tahu di mana tempat tinggal nona itu atau gurunya, akan tetapi ia percaya bahwa ayahnya tentu akan mengetahuinya. Ayahnya amat
  luas pengalaman dan pergaulannya, mustahil tidak tahu di mana tinggalnya Pak-thian Koai-jin, kakek kang-ouw berpakaian pengemis, bertubuh kecil pendek, matanya besar, nakal dan senjatanya juga aneh,
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>