Cerita Silat | Cheng Hoa Kiam | By Kho Ping Hoo | Cheng Hoa Kiam | Cersil Sakti | Cheng Hoa Kiam pdf
Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah Pendekar Rajawali Sakti - 184. Kembang Lembah Darah Siluman Ular Putih ~ Manusia Rambut Merah Walet Emas ~ Manusia Beracun
Terjadi perang dalam kepala Wi Liong, perang antara kebaktian terhadap pamannya yang menjadi pengganti orang tuanya dan cinta kasih yang mendalam terhadap Nona Tak Bernama. Seperti biasa dan sering
kali terjadi dalam hati para muda, cinta kasihlah yang menang. Pemuda yang selama hidupnya diajar jangan membohong dan yang memang belum pernah membohong itu, kali ini terpaksa membohong karena
beratnya desakan cinta kasih yang membara di dalam hatinya. Ia menggeleng sebagai pengganti jawaban "tidak"!
Berubah wajah Kwa Cun Ek, Ia merasa tersinggung dan penasaran, juga amat marah. Kwee Sun Tek yang selama ini dianggapnya sahabat sejati, seorang gagah perkasa yang amat ia hormati, ternyata
sekarang malah menjadi satu- satunya orang di dunia yang berani menghinanva secara luar batas. Mula-mula melontarkan fitnahan keji dan kotor terhadap puterinya, lalu membatalkan pertunangan dan
sekarang biarpun minta maaf, namun pada hakekatnya masih tetap menghinanya buktinya tidak mau menyambung kembali ikatan yang telah dipatahkannya secara paksa dan kasar!
"Dan sekarang, orang muda." Tung-hai Sian-li melanjutkan kata-katanya, senyum di bibirnya yang manis itu penuh ejekan, "bagaimana dengan pendapatmu sendiri? Apakah kau tidak mempunyai niat untuk
menyambung kembali ikatan jodohmu yang diputus karena kebodohan pamanmu?"
Dapat dibayangkan betapa sukarnya mulut Wi Liong menjawab pertanyaan yang bagaikan ujung pedang runcing ditodongkan di depan ulu hatinya ini. Akan tetapi wajah Nona Tak Bernama terbayang di depan
matanya, maka sambil meramkan matanya ia menjawab pasti. "Yang putus biar putus, aku menurut kehendak paman."
Terdengar isak makin keras lalu disambung Cepat Kwa Cun Ek dan Tung-hai Sian-li menengok, juga Wi Liong memandang ke dalam dengan hati tak enak. Sejak tadi ia sudah khawatir.kalau-kalau akan
mendengar bekas tunangannya menangis atau melihat munculnya tunangan itu. Betapapun juga. diam-diam ia merasa kasihan kepada tunangannya yang belum pernah dilihatnya itu gadis yang sama sekali
tidak berdosa akan tetapi secara tak berdaya telah "diikatkan" kepadanya!
"Siok Lan.........! Ke sinilah kau dan lihat macam apa manusia yang pernah menjadi tunanganmu!" teriak Tung-hai Sian-li yang sudah marah sekali kepada Wi Liong dan Kwee Sun Tek.
Terdengar isak makin keras lalu disambung suara campur sedu-sedan, "Ti...... tidak, ibu........ aku tak sudi lagi melihat mukanya......!"
"Bu Beng Siocia.........!" Suara Wi Liong bukan seperti suara orang ketika ia mengeluarkan sebutan ini. Dan pada saat itu berkelebat bayangan orang di dalam rumah orang yang melarikan diri ke belakang dengan
cepat sekali. Wi Liong yang mendengar suara itu sudah mengenal gadis pujaannya, sekarang melihat bayangan tubuh langsing tinggi dengan rambut dibungkus sutera di bagian atas, tidak ragu- ragu lagi.
Seketika ia menjadi limbung, semangatny a seperti meninggalkan tubuhnya dan mukanya beroba h pucat seperti kertas putih.
"Bu Beng Siocia.......! Aahhhh........ apa yang telah kulakukan.........?" Dua kali ia memukul kepalanya sendiri dengan kedua tangannya sampai pipinya menjadi bengkak-bengkak dan darah mengalir dari mulutnya.
Kemudian seperti orang gila ia menubruk maju, lari pesat sekali memasuki rumah dan mengejar ke belakang sambil berteriak-teriak.
"Bu Beng Siocia........! Bu Beng Siocia......!!"
Tung-hai Sian-li dan suaminya saling pandang dengan muka pucat, kemudian mereka juga lari cepat mengejar. Akan tetapi mereka tertinggal jauh sekali oleh Wi Liong yang sudah mengejar laksana kilat
menyambar cepatnya.
"Bu Beng Siocia.........!" Wi Liong berteriak lagi setelah ia dapat mengejar dekat.
"Jangan kejar aku..........! Tak sudi aku melihat mukamu..........!!" Siok Lan berkata dengan isak tangisnya menyesakkan dada. Gadis ini mengerahkan seluruh ginkangnya untuk lari secepat mungkin dari tempat dan
orang yang amat dibencinya karena orang yang amat dicintanya ini telah menghinanya sehebat- hebatnya.
"Tunggu......... Siok Lan......... tungguuu......... siapa sangka kau Siok Lan??" terengah-engah Wi Liong berkata karena pukulan batin yang diderita pada saat itu melebihi tenaga yang ada padanya. Setelah dapat
menyusul, ia menyambar tangan gadis itu dan sekali sentakan saja gadis itu telab didekapnya.
"Bu-beng Siocia...... Siok Lan....... kau tunanganku sendiri....... kau....... kau ampunkan aku, Siok Lan........."
Untuk beberapa detik Siok Lan menangis tersedu-sedan di atas dada orang yang paling dicintanya dan juga paling dibencinya itu. Kemudian ia merenggutkan tubuhnya dari pelukan Wi Liong. "Keparat jahanam
tak tahu malu! Jangan kau sentuh aku! Siapa sudi padamu.........? Minggir!" Siok Lan menendang keras sekali dan tepat mengenai perut Wi Liong yang tidak mau mengelak atau menangkis. Tubuh pemuda itu
terlempar dan membentur batu karang yang berada di belakangnya, roboh terguling -guling. Mukanya yang sudah bengkak itu lecet- lecet, akan tetapi dia bangun kembali. Melihat Siok Lan sudah lari lagi cepat
iapun melompat dan mengejar.
"Siok Lan......... pujaanku......... Siok Lan.........!" Ia mengejar terus.
Sambil menangis Siok Lan terus berlari. Gadis ini hancur hatinya. Dahulu ketika ia bertemu dengan pemuda yang menjatuhkan hatinya ini, pemuda yang sebenarnya adalah tunangannya sendiri akan tetapi begitu
bodoh sehingga tidak mengenalnya, ia sengaja mempermainkan Wi Liong, ia sudah bersiap-siap untuk mempermainkan tunangannya dan pada saat Wi Liong datang ke Poan-kun untuk membatalkan
pertunangannya seperti telah dijanjikan pemuda itu kepadanya, ia akan muncul, tidak saja mencegah pemuda itu membatalkan, juga.akan mentertawakannya dan ia sudah membayangkan betapa akan lucu
kemudian mesra pertemuan itu Akan tetapi, celaka sekali, paman pemuda itu telah mendahuluinya, telah merusak rencananya dengan pembatalan ikatan jodoh!
Kalau paman pemuda itu yang membatalkan hal itu bukan main-main lagi dan merupakan penghinaan besar. Apa lagi kini Wi Liong muncul bukan untuk memenuhi janjinya dulu, bukan merupakan pemuda yang
hendak me
Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah Pendekar Rajawali Sakti - 184. Kembang Lembah Darah Siluman Ular Putih ~ Manusia Rambut Merah Walet Emas ~ Manusia Beracun
Terjadi perang dalam kepala Wi Liong, perang antara kebaktian terhadap pamannya yang menjadi pengganti orang tuanya dan cinta kasih yang mendalam terhadap Nona Tak Bernama. Seperti biasa dan sering
kali terjadi dalam hati para muda, cinta kasihlah yang menang. Pemuda yang selama hidupnya diajar jangan membohong dan yang memang belum pernah membohong itu, kali ini terpaksa membohong karena
beratnya desakan cinta kasih yang membara di dalam hatinya. Ia menggeleng sebagai pengganti jawaban "tidak"!
Berubah wajah Kwa Cun Ek, Ia merasa tersinggung dan penasaran, juga amat marah. Kwee Sun Tek yang selama ini dianggapnya sahabat sejati, seorang gagah perkasa yang amat ia hormati, ternyata
sekarang malah menjadi satu- satunya orang di dunia yang berani menghinanva secara luar batas. Mula-mula melontarkan fitnahan keji dan kotor terhadap puterinya, lalu membatalkan pertunangan dan
sekarang biarpun minta maaf, namun pada hakekatnya masih tetap menghinanya buktinya tidak mau menyambung kembali ikatan yang telah dipatahkannya secara paksa dan kasar!
"Dan sekarang, orang muda." Tung-hai Sian-li melanjutkan kata-katanya, senyum di bibirnya yang manis itu penuh ejekan, "bagaimana dengan pendapatmu sendiri? Apakah kau tidak mempunyai niat untuk
menyambung kembali ikatan jodohmu yang diputus karena kebodohan pamanmu?"
Dapat dibayangkan betapa sukarnya mulut Wi Liong menjawab pertanyaan yang bagaikan ujung pedang runcing ditodongkan di depan ulu hatinya ini. Akan tetapi wajah Nona Tak Bernama terbayang di depan
matanya, maka sambil meramkan matanya ia menjawab pasti. "Yang putus biar putus, aku menurut kehendak paman."
Terdengar isak makin keras lalu disambung Cepat Kwa Cun Ek dan Tung-hai Sian-li menengok, juga Wi Liong memandang ke dalam dengan hati tak enak. Sejak tadi ia sudah khawatir.kalau-kalau akan
mendengar bekas tunangannya menangis atau melihat munculnya tunangan itu. Betapapun juga. diam-diam ia merasa kasihan kepada tunangannya yang belum pernah dilihatnya itu gadis yang sama sekali
tidak berdosa akan tetapi secara tak berdaya telah "diikatkan" kepadanya!
"Siok Lan.........! Ke sinilah kau dan lihat macam apa manusia yang pernah menjadi tunanganmu!" teriak Tung-hai Sian-li yang sudah marah sekali kepada Wi Liong dan Kwee Sun Tek.
Terdengar isak makin keras lalu disambung suara campur sedu-sedan, "Ti...... tidak, ibu........ aku tak sudi lagi melihat mukanya......!"
"Bu Beng Siocia.........!" Suara Wi Liong bukan seperti suara orang ketika ia mengeluarkan sebutan ini. Dan pada saat itu berkelebat bayangan orang di dalam rumah orang yang melarikan diri ke belakang dengan
cepat sekali. Wi Liong yang mendengar suara itu sudah mengenal gadis pujaannya, sekarang melihat bayangan tubuh langsing tinggi dengan rambut dibungkus sutera di bagian atas, tidak ragu- ragu lagi.
Seketika ia menjadi limbung, semangatny a seperti meninggalkan tubuhnya dan mukanya beroba h pucat seperti kertas putih.
"Bu Beng Siocia.......! Aahhhh........ apa yang telah kulakukan.........?" Dua kali ia memukul kepalanya sendiri dengan kedua tangannya sampai pipinya menjadi bengkak-bengkak dan darah mengalir dari mulutnya.
Kemudian seperti orang gila ia menubruk maju, lari pesat sekali memasuki rumah dan mengejar ke belakang sambil berteriak-teriak.
"Bu Beng Siocia........! Bu Beng Siocia......!!"
Tung-hai Sian-li dan suaminya saling pandang dengan muka pucat, kemudian mereka juga lari cepat mengejar. Akan tetapi mereka tertinggal jauh sekali oleh Wi Liong yang sudah mengejar laksana kilat
menyambar cepatnya.
"Bu Beng Siocia.........!" Wi Liong berteriak lagi setelah ia dapat mengejar dekat.
"Jangan kejar aku..........! Tak sudi aku melihat mukamu..........!!" Siok Lan berkata dengan isak tangisnya menyesakkan dada. Gadis ini mengerahkan seluruh ginkangnya untuk lari secepat mungkin dari tempat dan
orang yang amat dibencinya karena orang yang amat dicintanya ini telah menghinanya sehebat- hebatnya.
"Tunggu......... Siok Lan......... tungguuu......... siapa sangka kau Siok Lan??" terengah-engah Wi Liong berkata karena pukulan batin yang diderita pada saat itu melebihi tenaga yang ada padanya. Setelah dapat
menyusul, ia menyambar tangan gadis itu dan sekali sentakan saja gadis itu telab didekapnya.
"Bu-beng Siocia...... Siok Lan....... kau tunanganku sendiri....... kau....... kau ampunkan aku, Siok Lan........."
Untuk beberapa detik Siok Lan menangis tersedu-sedan di atas dada orang yang paling dicintanya dan juga paling dibencinya itu. Kemudian ia merenggutkan tubuhnya dari pelukan Wi Liong. "Keparat jahanam
tak tahu malu! Jangan kau sentuh aku! Siapa sudi padamu.........? Minggir!" Siok Lan menendang keras sekali dan tepat mengenai perut Wi Liong yang tidak mau mengelak atau menangkis. Tubuh pemuda itu
terlempar dan membentur batu karang yang berada di belakangnya, roboh terguling -guling. Mukanya yang sudah bengkak itu lecet- lecet, akan tetapi dia bangun kembali. Melihat Siok Lan sudah lari lagi cepat
iapun melompat dan mengejar.
"Siok Lan......... pujaanku......... Siok Lan.........!" Ia mengejar terus.
Sambil menangis Siok Lan terus berlari. Gadis ini hancur hatinya. Dahulu ketika ia bertemu dengan pemuda yang menjatuhkan hatinya ini, pemuda yang sebenarnya adalah tunangannya sendiri akan tetapi begitu
bodoh sehingga tidak mengenalnya, ia sengaja mempermainkan Wi Liong, ia sudah bersiap-siap untuk mempermainkan tunangannya dan pada saat Wi Liong datang ke Poan-kun untuk membatalkan
pertunangannya seperti telah dijanjikan pemuda itu kepadanya, ia akan muncul, tidak saja mencegah pemuda itu membatalkan, juga.akan mentertawakannya dan ia sudah membayangkan betapa akan lucu
kemudian mesra pertemuan itu Akan tetapi, celaka sekali, paman pemuda itu telah mendahuluinya, telah merusak rencananya dengan pembatalan ikatan jodoh!
Kalau paman pemuda itu yang membatalkan hal itu bukan main-main lagi dan merupakan penghinaan besar. Apa lagi kini Wi Liong muncul bukan untuk memenuhi janjinya dulu, bukan merupakan pemuda yang
hendak me