Cerita Silat | Geger Di Telaga Warna | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Geger Di Telaga Warna | Cersil Sakti | Geger Di Telaga Warna pdf
Cersil Mustika Lidah Naga 1 Pendekar Rajawali Sakti - 183. Jahanam Bermuka Dua Candika - Dewi Penyebar Maut 12 Candika - Dewi Penyebar Maut 2 Pendekar Kelana Sakti ~ Setan Gila Dari Lereng Ungaran
Pada saat yang sama Ki Demong juga berhasil menyembuhkan Wisnupati. Pemuda tinggi besar itu tidak henti- hentinya menyesali apa yang telah dilakukannya. Untung saja Pendekar Rajawali Sakti cepat menyelamatkannya dari kenistaan yang lebih dalam dan sangat memalukan.
Setelah dirasakan sehat kembali, Wisnupati dan si Pemabuk Dari Gunung Kidul mencari Pendekar Rajawali Sakti.
Mereka berdua yakin, Rangga pasti menuju ke Bukit Ungaran. Maka langkah mereka pun di-tujukan ke arah sana.
Masih di sekitar Bukit Ungaran, seorang wanita cantik berpakaian serba hijau berlari cepat. Ilmu meringankan tubuhnya termasuk tingkat tinggi. Di punggungnya tersembul gagang pedang berhulu kepala burung.
Dari arah yang diambilnya, jelas wanita cantik itu menuju ke Bukit Ungaran. Tampaknya dia sengaja menghindari orang- orang persilatan. Maka diambilnya jalan yang jarang dilalui umum.
Tanpa diketahui, dari tempat yang tersembunyi sepasang mata memperhatikan wanita itu dengan seksama. Dari bentuk pakaian dan penampilannya, jelas orang yang tengah bersembunyi itu dari daratan Cina. Pakaiannya serba hijau tua. Usianya sekitar dua puluh enam tahun. Masih tergolong muda.
Di pinggang pemuda itu menggantung sebuah pedang yang diberi ronce-ronce dari benang sutera indah berwara-warni. Pada wajahnya yang cukup tampan, terdapat belas luka yang memanjang. Dagunya tumbuh janggut panjang macam kambing. Tampaknya, dia adalah tokoh persilatan dari Cina.
Ketika wanita cantik yang juga berpakaian serba hijau melintas, cepat bagaikan gerakan kijang pemuda Cina itu berkelebat. Tangannya membentuk cakar dan bergerak ke arah punggung untuk merampas pedang yang dibawa wanita itu.
"Hup..."
Namun wanita itu juga bukan orang sembarangan. Dengan cepat dia mengegos ke samping, lalu tangannya menyampok cengkeraman yang mengarah ke punggungnya.
Plak
Benturan keras terjadi. Masing- masing kontan tergetar mundur beberapa langkah. Tetapi, secepat itu pula keduanya memperbaiki keseimbangan masing-masing dengan tatapan tajam.
***
"Siapakah kau...? Rasanya aku tidak punya urusan dengan orang asing sepertimu...," tegur wanita cantik ini, yang tak lain Rara Wulan.
"He he he... Namaku Kwe Ceng Kian Orang di daratan Cina menjuluki aku si Kuda Terbang...," jawab pemuda asing yang terus mengawasi pedang di punggung Rara Wulan. Sebuah pedang pusaka yang berhasil dicuri wanita itu dari Pendekar Rajawali Sakti.
"Kalau kau tidak ada urusan, aku hendak me- neruskan perjalananku kembali," tukas Rara Wulan.
"Kalau mau lewat silakan saja. Tetapi, serahkan dulu pedang yang berada di punggungmu...."
"Keparat.. Jangan harap kau dapat berbuat sesukamu..." desis wanita ini.
"Ha ha ha... Buktikan saja, apakah aku tidak dapat berbuat sesuka hatiku...?" ejek pemuda Cina yang bernama Kwe Ceng Kian.
Sambil berkata tangan pemuda Cina ini kembali mencengkeram ke arah dada Rara Wulan. Namun wanita itu cepat mengelak ke samping. Bahkan seketika melepas serangan dengan dua jari tangan menotok ke arah pergelangan tangan Kwe Ceng Kian.
Pemuda Cina itu tidak mau gegabah dan menganggap remeh. Cepat tangannya ditarik. Tubuhnya bergeser ke samping sambil mengibaskan telapak tangan terbuka.
"Sheaaat"
"Haet
Kedua tokoh persilatan yang sama-sama berpakaian serba hijau itu saling serang dengan sengit. Yang satu menghendaki pedang pusaka, yang lain mempertahankan mati- matian.
Pada satu kesempatan Rara Wulan melempar sebuah benda sebesar melinjo. Namun, dengan cepat Kwe Ceng Kian melenting ke atas.
Blushhh..."
Ketika menyentuh tanah, benda sebesar melinjo itu langsung meledak, mengeluarkan asap berbau busuk.
Menyadari asap itu mengandung racun yang jahat, Kwe Ceng Kian segera menutup pernapasannya.
"Huaet"
Set Set
Baru saja pemuda Cina itu mendarat di tanah. Kembali meluruk beberapa benda yang bergerak-gerak, melayang ke arahnya. Benda yang ternyata binatang-binatang beracun yang bisanya sangat mematikan itu meluruk cepat. Maka tanpa banyak pikir lagi, Kwe Ceng Kian menghentakkan kedua tangannya disertai pengerahan tenaga dalam tinggi-
"Yeaaa"
Zeb Zeb Zeb
Berkali-kali pukulan jarak jauh Kwe Ceng Kian yang mengeluarkan sinar kehijauan melesat, memapaki binatang-binatang beracun itu. Bahkan begitu mendapat kesempatan, pemuda Cina ini terus mendesak Rara Wulang dengan pukulan jarak jauh pula.
Wanita cantik itu lambat laun merasakan tekanan yang semakin berat. Seketika dikeluarkannya selendang hijau yang melilit pinggangnya. Ketika dikebutkan mengeluarkan bau harum yang menyengat.
Kwe Ceng Kian sadar, seluruh benda yang ada pada wanita itu semuanya mengandung racun. Maka dia tidak berani berlaku sembrono. Maka dicabutnya pedang yang tergantung dipinggangnya. Dengan segera dimainkan jurus-jurus yang menja
Cersil Mustika Lidah Naga 1 Pendekar Rajawali Sakti - 183. Jahanam Bermuka Dua Candika - Dewi Penyebar Maut 12 Candika - Dewi Penyebar Maut 2 Pendekar Kelana Sakti ~ Setan Gila Dari Lereng Ungaran
Pada saat yang sama Ki Demong juga berhasil menyembuhkan Wisnupati. Pemuda tinggi besar itu tidak henti- hentinya menyesali apa yang telah dilakukannya. Untung saja Pendekar Rajawali Sakti cepat menyelamatkannya dari kenistaan yang lebih dalam dan sangat memalukan.
Setelah dirasakan sehat kembali, Wisnupati dan si Pemabuk Dari Gunung Kidul mencari Pendekar Rajawali Sakti.
Mereka berdua yakin, Rangga pasti menuju ke Bukit Ungaran. Maka langkah mereka pun di-tujukan ke arah sana.
Masih di sekitar Bukit Ungaran, seorang wanita cantik berpakaian serba hijau berlari cepat. Ilmu meringankan tubuhnya termasuk tingkat tinggi. Di punggungnya tersembul gagang pedang berhulu kepala burung.
Dari arah yang diambilnya, jelas wanita cantik itu menuju ke Bukit Ungaran. Tampaknya dia sengaja menghindari orang- orang persilatan. Maka diambilnya jalan yang jarang dilalui umum.
Tanpa diketahui, dari tempat yang tersembunyi sepasang mata memperhatikan wanita itu dengan seksama. Dari bentuk pakaian dan penampilannya, jelas orang yang tengah bersembunyi itu dari daratan Cina. Pakaiannya serba hijau tua. Usianya sekitar dua puluh enam tahun. Masih tergolong muda.
Di pinggang pemuda itu menggantung sebuah pedang yang diberi ronce-ronce dari benang sutera indah berwara-warni. Pada wajahnya yang cukup tampan, terdapat belas luka yang memanjang. Dagunya tumbuh janggut panjang macam kambing. Tampaknya, dia adalah tokoh persilatan dari Cina.
Ketika wanita cantik yang juga berpakaian serba hijau melintas, cepat bagaikan gerakan kijang pemuda Cina itu berkelebat. Tangannya membentuk cakar dan bergerak ke arah punggung untuk merampas pedang yang dibawa wanita itu.
"Hup..."
Namun wanita itu juga bukan orang sembarangan. Dengan cepat dia mengegos ke samping, lalu tangannya menyampok cengkeraman yang mengarah ke punggungnya.
Plak
Benturan keras terjadi. Masing- masing kontan tergetar mundur beberapa langkah. Tetapi, secepat itu pula keduanya memperbaiki keseimbangan masing-masing dengan tatapan tajam.
***
"Siapakah kau...? Rasanya aku tidak punya urusan dengan orang asing sepertimu...," tegur wanita cantik ini, yang tak lain Rara Wulan.
"He he he... Namaku Kwe Ceng Kian Orang di daratan Cina menjuluki aku si Kuda Terbang...," jawab pemuda asing yang terus mengawasi pedang di punggung Rara Wulan. Sebuah pedang pusaka yang berhasil dicuri wanita itu dari Pendekar Rajawali Sakti.
"Kalau kau tidak ada urusan, aku hendak me- neruskan perjalananku kembali," tukas Rara Wulan.
"Kalau mau lewat silakan saja. Tetapi, serahkan dulu pedang yang berada di punggungmu...."
"Keparat.. Jangan harap kau dapat berbuat sesukamu..." desis wanita ini.
"Ha ha ha... Buktikan saja, apakah aku tidak dapat berbuat sesuka hatiku...?" ejek pemuda Cina yang bernama Kwe Ceng Kian.
Sambil berkata tangan pemuda Cina ini kembali mencengkeram ke arah dada Rara Wulan. Namun wanita itu cepat mengelak ke samping. Bahkan seketika melepas serangan dengan dua jari tangan menotok ke arah pergelangan tangan Kwe Ceng Kian.
Pemuda Cina itu tidak mau gegabah dan menganggap remeh. Cepat tangannya ditarik. Tubuhnya bergeser ke samping sambil mengibaskan telapak tangan terbuka.
"Sheaaat"
"Haet
Kedua tokoh persilatan yang sama-sama berpakaian serba hijau itu saling serang dengan sengit. Yang satu menghendaki pedang pusaka, yang lain mempertahankan mati- matian.
Pada satu kesempatan Rara Wulan melempar sebuah benda sebesar melinjo. Namun, dengan cepat Kwe Ceng Kian melenting ke atas.
Blushhh..."
Ketika menyentuh tanah, benda sebesar melinjo itu langsung meledak, mengeluarkan asap berbau busuk.
Menyadari asap itu mengandung racun yang jahat, Kwe Ceng Kian segera menutup pernapasannya.
"Huaet"
Set Set
Baru saja pemuda Cina itu mendarat di tanah. Kembali meluruk beberapa benda yang bergerak-gerak, melayang ke arahnya. Benda yang ternyata binatang-binatang beracun yang bisanya sangat mematikan itu meluruk cepat. Maka tanpa banyak pikir lagi, Kwe Ceng Kian menghentakkan kedua tangannya disertai pengerahan tenaga dalam tinggi-
"Yeaaa"
Zeb Zeb Zeb
Berkali-kali pukulan jarak jauh Kwe Ceng Kian yang mengeluarkan sinar kehijauan melesat, memapaki binatang-binatang beracun itu. Bahkan begitu mendapat kesempatan, pemuda Cina ini terus mendesak Rara Wulang dengan pukulan jarak jauh pula.
Wanita cantik itu lambat laun merasakan tekanan yang semakin berat. Seketika dikeluarkannya selendang hijau yang melilit pinggangnya. Ketika dikebutkan mengeluarkan bau harum yang menyengat.
Kwe Ceng Kian sadar, seluruh benda yang ada pada wanita itu semuanya mengandung racun. Maka dia tidak berani berlaku sembrono. Maka dicabutnya pedang yang tergantung dipinggangnya. Dengan segera dimainkan jurus-jurus yang menja