Cerita Silat | Panah Kekasih | Karya Gu Long | Panah Kekasih | Cersil Sakti | Panah Kekasih pdf
Bendera Maut - Kwee Oen Keng Tongkat Setan - Seng Kie-Su Dewa Linglung - 29. Begal dari Gunung Kidul Fear Street - Terror di Akhir Pekan Pendekar Mabuk - 90. Kematian Sang Durjana
Tapi karena kokcu lembah kaisar sudah setuju, tentu saja orang lain tak berani membantah, hanya Tu Hun—thian yang tahu, sudah pasti tindakan Siau Ong-sun ini dilandasi dengan sesuatu tujuan. Betul saja, Siau Ong-sun segera berjalan menuju ke sisi Tu Hun—thian dan membisikkan sesuatu. Sekulum senyuman segera menghiasi wajah Tu Hun—thian, sahutnya sambil manggut-manggut: “Bagus sekali, bagus sekali, akan segera kulakukan.” Dalam pada itu orang diluar jendela telah berkata lagi sambil tertawa keras: “Anggap saja kau tahu diri dan akhirnya setuju . . . . . . .. Tio samte, Chin sute, ikut aku masuk ke dalam, Ong jite, Sik ngo-te, Go jite, Thio patte bawa ke tujuh puluh dua orang ksatria kita tunggu dilu ar, sementara saudara yang lain lakukan perondaan di empat penjuru, jangan biarkan orang lain masuk kemari.” Menyusul kemudian terdengar serentetan suara mengiakan. Mendengar itu, para jago semakin terperanjat, pikir mereka: “Begitu banyakkah jagoan dari perguruan setan bengis yang datang kemari?” Hanya Siau Ong-sun tetap tersenyum, dia seakan menganggap kejadian yang serius dan menegangkan ini sebagai kejadian yang menggelikan, hal ini menimbulkan tanda tanya besar dalam benak para jago. Tapi begitu melihat ada tiga sosok bayangan manusia muncul dari balik kegelapan, senyuman diwajah Siau Ong-sun lenyap seketika, ia berubah jadi tegang dan serius, seolah telah berubah jadi seseorang yang lain. Ke tiga sosok bayangan manusia itu adalah tiga lelaki berbadan jangkung dan bertubuh lincah, mereka mengenakan pakaian ketat berwarna hitam, wajahnya mengenakan topeng setan terbuat dari tembaga, dipinggangnya tergantung kantung senjata rahasia, tangan kanannya mengenakan sarung tangan kulit menjangan berwarna hitam, sepintas memandang, gerak gerik mereka sangat aneh. Orang yang bernyali kecil segera merasa bergidik, bulu kuduk tanpa terasa bangkit berdiri. Dengan cepat ke tiga orang itu menerobos masuk melalui jendela. Orang yang berada dipaling depan segera berkata: “Bila sobat sekalian pegang janji, akupun tak akan membuat keonaran, kalau tidak . . . . .. hmm, hmm, bagaimana akibatnya, aku rasa tak usah dijelaskan pun kalian sudah mengerti.” “Mana mungkin kami sekalian punya nyali sebesar itu, tak mungkin berani ingkar janji.” Jawab Siau Ong-sun. “Bagus, apakah sobat adalah liongtau disini? Boleh tahu siapa namamu?” tanya manusia berbaju hitam bertopeng setan itu. Dengan kepala tertunduk rendah jawab Siau Ong-sun: “Aku hanya seorang bu-bing-siau-cut, malu untuk menyebut nama. Anggota kami semua sudah berkumpul disini, silahkan kalian bertiga melakukan penggeledahan.” Orang orang berbaju hitam bermuka setan itu serentak melangkah masuk, sorot mata mereka bersama sama memandang Tian Mong-pek sekejap, sekilas senyuman seakan melintas dalam pandangan itu, tapi dengan cepat mereka menggeledah kearah lain. Para jago berdiri tegak tanpa bergerak, namun hawa amarah jelas menghiasi wajah mereka, hanya Tu Hun—thian yang tak kelihatan jejaknya, tak tahu sejak kapan dia sudah pergi. Tanpa berhenti ketiga orang manusia berbaju hitam itu berjalan mengelilingi para jago, mereka tidak memeriksa dengan seksama, pun tidak melihat dengan jelas, apalagi ketika melalui didepan Tian Mong-pek, mereka seolah tidak memperhatikan sama sekali. Situasi yang pada awalnya tampak begitu tegang dan serius, ternyata dilalui mereka secara main main, hal ini semakin membuat para jago semakin tak mengerti. Akhirnya ke tiga orang itu berhenti ditepi jendela, salah seorang diantaranya berkata sambil tertawa: “Ternyata penghianat perguruan kami tak ada disini, kamipun tak ingin mengganggu lebih jauh.” “Apakah kalian akan menggeledah sekali lagi?” tanya Siau Ong-sun sambil tertawa. “Tidak usah, niat baik sahabat kami terima dihati saja.... .” Tiba tiba ke tiga orang itu mengayunkan tangannya bersama, puluhan titik cahaya hitam yang lembut, bagaikan hujan badai langsung mengancam tubuh Tian Mong-pek. Serangan itu cepat bagai kilat dan sama sekali tak terduga sebelumnya, membuat orang susah untuk menghindar. Para jago sangat terperanjat, mereka sangka kali ini Tian Mong-pek pasti akan kena serangan dan sulit lolos dari kematian. Ini dikarenakan Tian Mong-pek pribadi sudah tidak memiliki kekuatan untuk menghindar, orang lainpun tak sempat lagi untuk memberi pertolongan. Siapa tahu tindakan keji dari manusia berbaju hitam bertopeng setan ini sudah berada didugaan Siau Ong-sun, karena itu jauh sebelumnya dia sudah membuat persiapan. Tampak tubuhnya bergerak cepat, tangannya digetarkan dan terlihat seutas tali pinggang berwarna kuning yang panjangnya mencapai berapa kaki, bagaikan naga sakti di angkasa tahu tahu berubah jadi satu lingkaran dan menggulung ke arah puluhan titik cahaya hitam tadi. Ketika hamburan cahaya hitam tadi masuk ke balik lingkaran tersebut, mendadak seakan terhisap oleh satu kekuatan yang maha besar, semua gerakan terhenti sama sekali , sementara lingkaran ikat pinggang kuning itu makin lama semakin mengecil dan akhirnya beratus batang senjata rahasia selembut rambut itu sudah tergulung semua jadi satu. Mimpi pun manusia berbaju hitam bertopeng setan itu tak menyangka kalau seorang “bu-beng-siau-cut” ternyata memiliki ilmu silat yang begitu luar biasa. Menurut rencana semula, begitu serangan bokongan mereka berhasil, ke tiga orang itu segera akan meloncat keluar dari jendela dan melarikan diri, tapi kini, mereka malah terperana hingga sama sekali tak mampu bergerak. “Bajingan tengik yang tak tahu malu, jangan biarkan mereka kabur.” Umpat para jago sambil meluruk maju ke depan. Manusia berbaju hitam bertopeng setan itu kembali membentak, selapis cahaya tajam lagi lagi tersebar dari tangannya. Sayang Siau Ong-sun sudah menerobos maju ke depan para jago, sekali lagi ikat pinggang kuningnya menggulung, semua ancaman senjata rahasia itu dengan gampang tersapu lenyap. Perlu diketahui, Siau Ong-sun merasa sangat prihatin selama ini ketika melihat ragam senjata rahasia beracun yang beredar dalam dunia persilatan makin lama semakin banyak, sepak terjang mereka makin jumawa dan ngawur. Oleh karena itu diapun menciptakan satu kepandaian khusus yang dilatihnya dengan tekun untuk mematahkan serangan senjata rahasia. Dengan dasar tenaga dalamnya yang sudah dilatih puluhan tahun, begitu disalurkan ke dalam ikat pinggang itu, seketika timbullah lingkaran udara tak berwujud dalam lingkaran yang diciptakan, senjata rahasia macam apapun, begitu membentur pusaran hawa sakti itu, ibarat terhisap besi semberani, seketika lenyap tak berbekas. Menyaksikan kemahiran dan kehebatan ilmu silat itu, para jago pun bersorak sorai memuji. Dalam keadaan begini, orang berbaju hitam itu mana berani bertarung lebih jauh? Cepat dia gerakkan tubuh siap melarikan diri melalui jendela. Tiba tiba dari luar jendela terdengar seseorang menegur sambil tertawa terbahak-bahak: “Hahaha, hendak ke mana kalian bertiga? Aku si panah yang lepas dari busur Tu Hun—thian sudah lama menunggu disini.” II Begitu julukan “Panah yang lepas dari busur diucapkan, orang berbaju hitam itu tampak terkejut, sang pemimpin segera berteriak keras: “Kau sangka perguruan setan bengis gampang dianiaya? saudara sekalian, lepas panah.” Tu Hun-thian tertawa makin keras: “Hahaha, ke delapan saudara dan ke tujuh puluh dua orang ksatriamu kalau dikumpulkan paling banter hanya lima orang, sayangnya mereka sudah kubereskan semua.” Orang berbaju hitam itu semakin kaget, tapi sambil keraskan kepala ancamnya sambil tertawa: “Budak busuk, besar amat nyalimu, bila hari ini kau berani melukai seujung rambut saudaraku, dikemudian hari perguruan setan bengis pasti akan datang menuntut balas, akan kubunuh kalian seakar akarnya.” Biarpun dia berlagak sok menyeramkan, sayang suara tertawanya sudah kedengaran mulai gemetar. “Perguruan setan bengis?” kata Siau Ong-sun sambil tertawa, “didunia ini mana ada perguruan setan bengis?” Setelah menyapu sekejap sekeliling tempat itu, lanjutnya sambil tersenyum: “Sejak mereka menyebut diri sebagai perguruan setan bengis, aku sudah mulai curiga kalau nama perguruan itu merupakan hasil ciptaan mereka untuk membohongi kita, hanya saja belum berani memastikan. Padahal di wilayah Tin-lam sama sekali tak ada bukit yang bernama bukit manusia Biau, sementara Tiam-Cong-pat-kiam sudah meninggal sejak enam puluh tahun berselang, sungguh menggelikan kawanan tolol ini masih beraninya mengaku.” Mendengar sampai disini, tak tahan para jago tertawa terbahak bahak. sambil tersenyum Siau Ong-sun berkata lebih lanjut: “Sejak itu aku segera tahu kalau panah perak berkepala ular serta perguruan setan bengis hanya merupakan rekayasa mereka untuk berbohong, tujuannya hanya untuk menutupi identitas mereka yang sebenarnya, sampai kemudian dia menggertak kalau masih ada delapan saudara dan tujuh puluh dua ksatria, kesemuanya hanya bertujuan agar kita semakin ketakutan, agar kita tidak menyulitkan mereka disaat mereka bertiga melakukan penggeledahan, maka akupun sambut rencana busuk mereka dengan berlagak pilon, ingin kulihat permainan apa lagi yang hendak mereka lakukan.” Sekarang para jago baru sadar apa yang telah terjadi, tiba tiba terdengar seseorang bertanya: “Siapakah sebenarnya kawanan tolol ini?” “Mereka tak lain adalah anak buah dari Tong Ti.” Kembali para jago tertegun, lewat sesaat kemudian baru terdengar seseorang berkata sambil menghela napas: “Tak heran kalau sifat racun yang digunakan dan senjata rahasia yang mereka pakai begitu menakutkan.” Walaupun orang tak bisa melihat bagaimana perubahan wajah manusia berbaju hitam bertopeng setan itu, namun tampak jelas rasa takut yang memancar dari balik matanya. “Oo..... omong kosong, siapa..... siapa yang anak buah Tong Ti?” “Masih mau menyangkal? Cepat mengaku.” Hardik Tu Hun—thian sambil menarik muka. “Tiii..... tidak ada . . . . .. tidak ada yang perlu diakui.” Seru orang berbaju hitam itu ketakutan. Biarpun masih ingin bersikeras menyangkal, namun ucapannya justru mulai gemetar dan menunjukkan rasa ketakutan yang makin mengental. sambil tersenyum kata Siau Ong-sun: “Karena mereka enggan mengaku, biar aku yang mewakili mereka memberi penjelasan . . . . .. ketika si Tangan pencabut nyawa Tong Ti tahu kalau Tian Mong-pek telah mendengar rahasianya, tentu saja dia berniat hendak membunuhnya, ini dikarenakan nama Tian Mong-pek sangat tersohor, hubungannya mencapai seantero jagad, maka dia tak berani membunuh secara blak blakan, karena itulah diapun sengaja memerintahkan anak buahnya mengenakan topeng tembaga, menyaru sebagai murid perguruan setan bengis untuk melakukan pembokongan, dengan begitu bila usahanya berhasil, kalian bisa cuci tangan bukan?” Pertanyaan terakhir jelas ditujukan kepada manusia berbaju hitam itu, namun mana berani manusia berbaju hitam itu menjawab. Mendengar penjelasan ini, kontan saja para jago mengumpat, kata mereka sambil menghela napas: “Benar benar siasat keji, bila Tian tayhiap sampai tewas ditangan mereka, sudah pasti sanak keluarganya akan mencari pihak perguruan setan bengis untuk membalas dendam, saat itu asal mereka memusnahkan panah perak berkepala ular serta topeng setan tembaga hijau, perguruan setan bengis pun seketika akan lenyap dari dunia ini. Lalu sanak keluarganya harus ke mana mencari mereka?” Perlahan Siau Ong-sun berkata: “Mereka anggap senjata rahasia yang diandalkan sangat tangguh, mereka pun sangka Tian Mong-pek berjalan seorang diri, karena itu mereka bagi kekuatannya jadi berapa kelompok untuk melakukan pengejaran, siapa tahu Tian Mong-pek sudah sampai disini bahkan dikelilingi begitu banyak jago silat . . . . ..” “Darimana mereka tahu kalau Tian tayhiap sudah sampai disini?” ada orang yang tak tahan menyela, “sekalipun ada anak buah perguruan panji putih yang bekerja sebagai mata mata keluarga Tong, seharusnya tidak secepat itu berita ini sampai ke tangan mereka!” “Alasannya amat sederhana . . . . ..” kata Siau Ong-sun, “biarpun Yo Swan si bajingan itu berhasil kita hajar sampai terluka dan sebelum kabur lewat pintu belakang masih menjerit kesakitan, namun beruntung dia tidak mati, sementara waktu itu kita sudah sibuk memeriksa keadaan luka Uh-ji, dengan manfaatkan kesempatan inilah dia berhasil kabur. Tapi kemudian ia berjumpa dengan para pengejar dari keluarga Tong, dari mulut dialah Tian Mong-pek diketahui berada disini. Aku duga siasat busuk ini pasti berasal dari otak Yo Swan, sebab target mereka hanya Tian Mong-pek seorang. Akan tetapi setelah melihat posisi Tian Mong-pek, mau tak mau terpaksa mereka berlagak melakukan pemeriksaan dan mundur ke samping jendela. Niatnya, begitu berhasil dengan serangan bokongannya, mereka segera akan melompat jendela untuk kabur, asal tidak tertangkap, tak bakal ada yang bisa membongkar rencana busuk ini, sayangnya . . . . . ..” sambil tersenyum dia menghentikan perkataannya. Tu Hun—thian tertawa tergelak, sambungnya: “Sayangnya mereka telah bertemu dengan kokcu lembah kaisar yang dapat menduga kejadian secara tepat, jauh sebelum mereka bertindak, siasat busuk mereka sudah ketahuan terlebih dulu.” Kini para jago semakin paham, mereka baru mengerti apa yang dibisikkan Siau Ong-sun ke telinga Tu Hun—thian waktu itu, sudah pasti dia diminta membasmi sisa komplotannya yang tertinggal diluar dan memutuskan jalan mundur mereka.
Bendera Maut - Kwee Oen Keng Tongkat Setan - Seng Kie-Su Dewa Linglung - 29. Begal dari Gunung Kidul Fear Street - Terror di Akhir Pekan Pendekar Mabuk - 90. Kematian Sang Durjana
Tapi karena kokcu lembah kaisar sudah setuju, tentu saja orang lain tak berani membantah, hanya Tu Hun—thian yang tahu, sudah pasti tindakan Siau Ong-sun ini dilandasi dengan sesuatu tujuan. Betul saja, Siau Ong-sun segera berjalan menuju ke sisi Tu Hun—thian dan membisikkan sesuatu. Sekulum senyuman segera menghiasi wajah Tu Hun—thian, sahutnya sambil manggut-manggut: “Bagus sekali, bagus sekali, akan segera kulakukan.” Dalam pada itu orang diluar jendela telah berkata lagi sambil tertawa keras: “Anggap saja kau tahu diri dan akhirnya setuju . . . . . . .. Tio samte, Chin sute, ikut aku masuk ke dalam, Ong jite, Sik ngo-te, Go jite, Thio patte bawa ke tujuh puluh dua orang ksatria kita tunggu dilu ar, sementara saudara yang lain lakukan perondaan di empat penjuru, jangan biarkan orang lain masuk kemari.” Menyusul kemudian terdengar serentetan suara mengiakan. Mendengar itu, para jago semakin terperanjat, pikir mereka: “Begitu banyakkah jagoan dari perguruan setan bengis yang datang kemari?” Hanya Siau Ong-sun tetap tersenyum, dia seakan menganggap kejadian yang serius dan menegangkan ini sebagai kejadian yang menggelikan, hal ini menimbulkan tanda tanya besar dalam benak para jago. Tapi begitu melihat ada tiga sosok bayangan manusia muncul dari balik kegelapan, senyuman diwajah Siau Ong-sun lenyap seketika, ia berubah jadi tegang dan serius, seolah telah berubah jadi seseorang yang lain. Ke tiga sosok bayangan manusia itu adalah tiga lelaki berbadan jangkung dan bertubuh lincah, mereka mengenakan pakaian ketat berwarna hitam, wajahnya mengenakan topeng setan terbuat dari tembaga, dipinggangnya tergantung kantung senjata rahasia, tangan kanannya mengenakan sarung tangan kulit menjangan berwarna hitam, sepintas memandang, gerak gerik mereka sangat aneh. Orang yang bernyali kecil segera merasa bergidik, bulu kuduk tanpa terasa bangkit berdiri. Dengan cepat ke tiga orang itu menerobos masuk melalui jendela. Orang yang berada dipaling depan segera berkata: “Bila sobat sekalian pegang janji, akupun tak akan membuat keonaran, kalau tidak . . . . .. hmm, hmm, bagaimana akibatnya, aku rasa tak usah dijelaskan pun kalian sudah mengerti.” “Mana mungkin kami sekalian punya nyali sebesar itu, tak mungkin berani ingkar janji.” Jawab Siau Ong-sun. “Bagus, apakah sobat adalah liongtau disini? Boleh tahu siapa namamu?” tanya manusia berbaju hitam bertopeng setan itu. Dengan kepala tertunduk rendah jawab Siau Ong-sun: “Aku hanya seorang bu-bing-siau-cut, malu untuk menyebut nama. Anggota kami semua sudah berkumpul disini, silahkan kalian bertiga melakukan penggeledahan.” Orang orang berbaju hitam bermuka setan itu serentak melangkah masuk, sorot mata mereka bersama sama memandang Tian Mong-pek sekejap, sekilas senyuman seakan melintas dalam pandangan itu, tapi dengan cepat mereka menggeledah kearah lain. Para jago berdiri tegak tanpa bergerak, namun hawa amarah jelas menghiasi wajah mereka, hanya Tu Hun—thian yang tak kelihatan jejaknya, tak tahu sejak kapan dia sudah pergi. Tanpa berhenti ketiga orang manusia berbaju hitam itu berjalan mengelilingi para jago, mereka tidak memeriksa dengan seksama, pun tidak melihat dengan jelas, apalagi ketika melalui didepan Tian Mong-pek, mereka seolah tidak memperhatikan sama sekali. Situasi yang pada awalnya tampak begitu tegang dan serius, ternyata dilalui mereka secara main main, hal ini semakin membuat para jago semakin tak mengerti. Akhirnya ke tiga orang itu berhenti ditepi jendela, salah seorang diantaranya berkata sambil tertawa: “Ternyata penghianat perguruan kami tak ada disini, kamipun tak ingin mengganggu lebih jauh.” “Apakah kalian akan menggeledah sekali lagi?” tanya Siau Ong-sun sambil tertawa. “Tidak usah, niat baik sahabat kami terima dihati saja.... .” Tiba tiba ke tiga orang itu mengayunkan tangannya bersama, puluhan titik cahaya hitam yang lembut, bagaikan hujan badai langsung mengancam tubuh Tian Mong-pek. Serangan itu cepat bagai kilat dan sama sekali tak terduga sebelumnya, membuat orang susah untuk menghindar. Para jago sangat terperanjat, mereka sangka kali ini Tian Mong-pek pasti akan kena serangan dan sulit lolos dari kematian. Ini dikarenakan Tian Mong-pek pribadi sudah tidak memiliki kekuatan untuk menghindar, orang lainpun tak sempat lagi untuk memberi pertolongan. Siapa tahu tindakan keji dari manusia berbaju hitam bertopeng setan ini sudah berada didugaan Siau Ong-sun, karena itu jauh sebelumnya dia sudah membuat persiapan. Tampak tubuhnya bergerak cepat, tangannya digetarkan dan terlihat seutas tali pinggang berwarna kuning yang panjangnya mencapai berapa kaki, bagaikan naga sakti di angkasa tahu tahu berubah jadi satu lingkaran dan menggulung ke arah puluhan titik cahaya hitam tadi. Ketika hamburan cahaya hitam tadi masuk ke balik lingkaran tersebut, mendadak seakan terhisap oleh satu kekuatan yang maha besar, semua gerakan terhenti sama sekali , sementara lingkaran ikat pinggang kuning itu makin lama semakin mengecil dan akhirnya beratus batang senjata rahasia selembut rambut itu sudah tergulung semua jadi satu. Mimpi pun manusia berbaju hitam bertopeng setan itu tak menyangka kalau seorang “bu-beng-siau-cut” ternyata memiliki ilmu silat yang begitu luar biasa. Menurut rencana semula, begitu serangan bokongan mereka berhasil, ke tiga orang itu segera akan meloncat keluar dari jendela dan melarikan diri, tapi kini, mereka malah terperana hingga sama sekali tak mampu bergerak. “Bajingan tengik yang tak tahu malu, jangan biarkan mereka kabur.” Umpat para jago sambil meluruk maju ke depan. Manusia berbaju hitam bertopeng setan itu kembali membentak, selapis cahaya tajam lagi lagi tersebar dari tangannya. Sayang Siau Ong-sun sudah menerobos maju ke depan para jago, sekali lagi ikat pinggang kuningnya menggulung, semua ancaman senjata rahasia itu dengan gampang tersapu lenyap. Perlu diketahui, Siau Ong-sun merasa sangat prihatin selama ini ketika melihat ragam senjata rahasia beracun yang beredar dalam dunia persilatan makin lama semakin banyak, sepak terjang mereka makin jumawa dan ngawur. Oleh karena itu diapun menciptakan satu kepandaian khusus yang dilatihnya dengan tekun untuk mematahkan serangan senjata rahasia. Dengan dasar tenaga dalamnya yang sudah dilatih puluhan tahun, begitu disalurkan ke dalam ikat pinggang itu, seketika timbullah lingkaran udara tak berwujud dalam lingkaran yang diciptakan, senjata rahasia macam apapun, begitu membentur pusaran hawa sakti itu, ibarat terhisap besi semberani, seketika lenyap tak berbekas. Menyaksikan kemahiran dan kehebatan ilmu silat itu, para jago pun bersorak sorai memuji. Dalam keadaan begini, orang berbaju hitam itu mana berani bertarung lebih jauh? Cepat dia gerakkan tubuh siap melarikan diri melalui jendela. Tiba tiba dari luar jendela terdengar seseorang menegur sambil tertawa terbahak-bahak: “Hahaha, hendak ke mana kalian bertiga? Aku si panah yang lepas dari busur Tu Hun—thian sudah lama menunggu disini.” II Begitu julukan “Panah yang lepas dari busur diucapkan, orang berbaju hitam itu tampak terkejut, sang pemimpin segera berteriak keras: “Kau sangka perguruan setan bengis gampang dianiaya? saudara sekalian, lepas panah.” Tu Hun-thian tertawa makin keras: “Hahaha, ke delapan saudara dan ke tujuh puluh dua orang ksatriamu kalau dikumpulkan paling banter hanya lima orang, sayangnya mereka sudah kubereskan semua.” Orang berbaju hitam itu semakin kaget, tapi sambil keraskan kepala ancamnya sambil tertawa: “Budak busuk, besar amat nyalimu, bila hari ini kau berani melukai seujung rambut saudaraku, dikemudian hari perguruan setan bengis pasti akan datang menuntut balas, akan kubunuh kalian seakar akarnya.” Biarpun dia berlagak sok menyeramkan, sayang suara tertawanya sudah kedengaran mulai gemetar. “Perguruan setan bengis?” kata Siau Ong-sun sambil tertawa, “didunia ini mana ada perguruan setan bengis?” Setelah menyapu sekejap sekeliling tempat itu, lanjutnya sambil tersenyum: “Sejak mereka menyebut diri sebagai perguruan setan bengis, aku sudah mulai curiga kalau nama perguruan itu merupakan hasil ciptaan mereka untuk membohongi kita, hanya saja belum berani memastikan. Padahal di wilayah Tin-lam sama sekali tak ada bukit yang bernama bukit manusia Biau, sementara Tiam-Cong-pat-kiam sudah meninggal sejak enam puluh tahun berselang, sungguh menggelikan kawanan tolol ini masih beraninya mengaku.” Mendengar sampai disini, tak tahan para jago tertawa terbahak bahak. sambil tersenyum Siau Ong-sun berkata lebih lanjut: “Sejak itu aku segera tahu kalau panah perak berkepala ular serta perguruan setan bengis hanya merupakan rekayasa mereka untuk berbohong, tujuannya hanya untuk menutupi identitas mereka yang sebenarnya, sampai kemudian dia menggertak kalau masih ada delapan saudara dan tujuh puluh dua ksatria, kesemuanya hanya bertujuan agar kita semakin ketakutan, agar kita tidak menyulitkan mereka disaat mereka bertiga melakukan penggeledahan, maka akupun sambut rencana busuk mereka dengan berlagak pilon, ingin kulihat permainan apa lagi yang hendak mereka lakukan.” Sekarang para jago baru sadar apa yang telah terjadi, tiba tiba terdengar seseorang bertanya: “Siapakah sebenarnya kawanan tolol ini?” “Mereka tak lain adalah anak buah dari Tong Ti.” Kembali para jago tertegun, lewat sesaat kemudian baru terdengar seseorang berkata sambil menghela napas: “Tak heran kalau sifat racun yang digunakan dan senjata rahasia yang mereka pakai begitu menakutkan.” Walaupun orang tak bisa melihat bagaimana perubahan wajah manusia berbaju hitam bertopeng setan itu, namun tampak jelas rasa takut yang memancar dari balik matanya. “Oo..... omong kosong, siapa..... siapa yang anak buah Tong Ti?” “Masih mau menyangkal? Cepat mengaku.” Hardik Tu Hun—thian sambil menarik muka. “Tiii..... tidak ada . . . . .. tidak ada yang perlu diakui.” Seru orang berbaju hitam itu ketakutan. Biarpun masih ingin bersikeras menyangkal, namun ucapannya justru mulai gemetar dan menunjukkan rasa ketakutan yang makin mengental. sambil tersenyum kata Siau Ong-sun: “Karena mereka enggan mengaku, biar aku yang mewakili mereka memberi penjelasan . . . . .. ketika si Tangan pencabut nyawa Tong Ti tahu kalau Tian Mong-pek telah mendengar rahasianya, tentu saja dia berniat hendak membunuhnya, ini dikarenakan nama Tian Mong-pek sangat tersohor, hubungannya mencapai seantero jagad, maka dia tak berani membunuh secara blak blakan, karena itulah diapun sengaja memerintahkan anak buahnya mengenakan topeng tembaga, menyaru sebagai murid perguruan setan bengis untuk melakukan pembokongan, dengan begitu bila usahanya berhasil, kalian bisa cuci tangan bukan?” Pertanyaan terakhir jelas ditujukan kepada manusia berbaju hitam itu, namun mana berani manusia berbaju hitam itu menjawab. Mendengar penjelasan ini, kontan saja para jago mengumpat, kata mereka sambil menghela napas: “Benar benar siasat keji, bila Tian tayhiap sampai tewas ditangan mereka, sudah pasti sanak keluarganya akan mencari pihak perguruan setan bengis untuk membalas dendam, saat itu asal mereka memusnahkan panah perak berkepala ular serta topeng setan tembaga hijau, perguruan setan bengis pun seketika akan lenyap dari dunia ini. Lalu sanak keluarganya harus ke mana mencari mereka?” Perlahan Siau Ong-sun berkata: “Mereka anggap senjata rahasia yang diandalkan sangat tangguh, mereka pun sangka Tian Mong-pek berjalan seorang diri, karena itu mereka bagi kekuatannya jadi berapa kelompok untuk melakukan pengejaran, siapa tahu Tian Mong-pek sudah sampai disini bahkan dikelilingi begitu banyak jago silat . . . . ..” “Darimana mereka tahu kalau Tian tayhiap sudah sampai disini?” ada orang yang tak tahan menyela, “sekalipun ada anak buah perguruan panji putih yang bekerja sebagai mata mata keluarga Tong, seharusnya tidak secepat itu berita ini sampai ke tangan mereka!” “Alasannya amat sederhana . . . . ..” kata Siau Ong-sun, “biarpun Yo Swan si bajingan itu berhasil kita hajar sampai terluka dan sebelum kabur lewat pintu belakang masih menjerit kesakitan, namun beruntung dia tidak mati, sementara waktu itu kita sudah sibuk memeriksa keadaan luka Uh-ji, dengan manfaatkan kesempatan inilah dia berhasil kabur. Tapi kemudian ia berjumpa dengan para pengejar dari keluarga Tong, dari mulut dialah Tian Mong-pek diketahui berada disini. Aku duga siasat busuk ini pasti berasal dari otak Yo Swan, sebab target mereka hanya Tian Mong-pek seorang. Akan tetapi setelah melihat posisi Tian Mong-pek, mau tak mau terpaksa mereka berlagak melakukan pemeriksaan dan mundur ke samping jendela. Niatnya, begitu berhasil dengan serangan bokongannya, mereka segera akan melompat jendela untuk kabur, asal tidak tertangkap, tak bakal ada yang bisa membongkar rencana busuk ini, sayangnya . . . . . ..” sambil tersenyum dia menghentikan perkataannya. Tu Hun—thian tertawa tergelak, sambungnya: “Sayangnya mereka telah bertemu dengan kokcu lembah kaisar yang dapat menduga kejadian secara tepat, jauh sebelum mereka bertindak, siasat busuk mereka sudah ketahuan terlebih dulu.” Kini para jago semakin paham, mereka baru mengerti apa yang dibisikkan Siau Ong-sun ke telinga Tu Hun—thian waktu itu, sudah pasti dia diminta membasmi sisa komplotannya yang tertinggal diluar dan memutuskan jalan mundur mereka.