Cerita Silat | Panah Kekasih | Karya Gu Long | Panah Kekasih | Cersil Sakti | Panah Kekasih pdf
Pendekar Naga Putih - 80. Iblis Angkara Murka Panah Kekasih II - Gu Long Tom Swift - Misi Penolong Pendekar Pedang Siluman Darah - 27. Takanata Iblis Nippon Siluman Ular Putih - 25. Rahasia Kalung Permata Hijau
“Betul, dia mengajak kami naik ke Kun-san dan tinggal di sebuah perkampungan . . . . . . ..” “Apakah nyonya yang baik hati itu adalah So Kin-soat?” tanya Tian Mong-pek makin terperanjat. Melihat perubahan wajah pemuda itu, Kiong Ling-ling ikut terperanjat, tanyanya gemetar: “Paaa.... paman, dari mana bisa tahu? Apakah paman juga kenal dia?” Tian Mong-pek menghentakkan kakinya berulang kali, tak mampu mengucapkan apapun, hanya pikirnya: “Mereka datang dari bukit Kun-lun, kenapa So Kin-soat bisa bertemu dengan mereka?” setelah berpikir lebih lanjut, diapun segera sadar, pikirnya: “Aah benar, rumput pelumat impian yang digunakan untuk membuat panah kekasih, meski sebagian besar dipasok Tong Ti, namun selama Tong Lojin masih hidup, tentu saja Tong Ti tak berani secara terus terang mengirim seluruh pasokan rumput pelumat impian kemari, dia paling hanya bisa mencuri sebagian kecil, padahal kebutuhan panah kekasih makin lama semakin banyak, produksi mereka kian hari kian meningkat, sudah pasti pasokan rumput pelumat impian yang dibutuhkan semakin tekor. “setelah Tong Ti dan So Kin-soat melakukan perundingan, merekapun hanya bisa pergi ke Lam-jiang untuk mencari Leng Yok-su, menggunakan melemahan dari Leng Yok-su, melancarkan serangan yang lembut dan mesra. “Pernah selama sekian waktu dunia persilatan tidak nampak jejak So Kin-soat, ini dikarenakan dia sedang pergi ke Lam-jiang. “Benar saja, akhirnya Leng Yong-su terpikat oleh kecantikan wajahnya, produksi rumput pelumat impian pun mulai dipasok kepada perempuan itu, inilah sebab kebutuhan Tong Lojin untuk rumput pelumat impian makin hari makin bertambah sedikit.” Tian Mong-pek jadi teringat kembali dengan perkataan Tong Lojin kepadanya ditengah malam buta waktu itu, kenapa pengiriman rumput pelumat impian untuk perguruan keluarga Tong makin lama semakin bertambah sedikit, kenapa Leng Yok-su enggan menanam rumput itu lagi. Sebenarnya dia tak habis mengerti dengan semua alasan itu, tapi sekarang dia jadi paham semua. “Kemudian Leng Yok-su sadar kalau cinta kasih So Kin-soat terhadapnya ternyata palsu, dalam gusarnya, diapun enggan menanam rumput pelumat impian lagi, ketika sumber pasokan rumput beracun itu tiba tiba terhenti, panah kekasih pun tak bisa diproduksi lagi. “Kemudian Leng Yok-su menyumbangkan sisa rumput yang dimiliki untuk Tong Lojin, dalam cemas dan paniknya, Tong Ti pun menyerempet bahaya pergi mencuri rumput tersebut dan perintahkan orang untuk mengirim ke bukit Kun-san. Sewaktu So Kin-soat bertemu Ling-ling dan siau-lan, sudah pasti saat itu dia sedang dalam perjalanan pulang ke bukit Kun-san setelah berkunjung ke Lam-jiang. “Selama ini, dia selalu berkeinginan memupuk kekuatan sendiri, setelah melihat bakat dari Ling-ling, sudah pasti dia tak akan melepaskannya, maka kedua orang itu dibawa pulang ke bukit Kun-san.” Berpikir begitu, semua teka teki yang meragukan pemuda itupun seketika terbongkar. Terdengar Kiong Ling-ling berkata: “So hujin adalah orang baik, paman . . . . .. kau bukan sedang marah kepadanya bukan?” Tiba tiba Tian Mong-pek menarik gadis itu, menatap wajahnya lekat lekat, lalu sepatah demi sepatah kata ujarnya: “Pernahkah paman membohongimu?” “Belum pernah.” “Maukah kau mempercayai perkataan paman?” Kelihatannya Kiong Ling-ling segera dibuat tertegun oleh tingkah lakunya yang aneh, oleh pertanyaannya yang aneh, matanya terbelalak lebar, namun dia hanya bisa mengangguk, tak sanggup berbicara sepatah kata pun. “Kalau begitu, paman beritahu.” Ujar Tian Mong-pek, “So Kin-soat adalah perempuan paling kejam, paling licik, paling busuk didunia ini, dia sedikitpun tidak baik.” Sepasang mata Kiong Ling-ling terbelalak makin besar, penuh diliputi rasa kaget, penuh diliputi rasa curiga, heran, tak percaya . . . . .. Disaat ia hidup menggelandang, So Kin-soat telah menampung dirinya, memberi makan, pakaian dan hidup yang nyaman, mewariskan ilmu silat kepadanya . . . . .. Dihari hari biasa So Kin-soat selalu tersenyum lembut kepadanya, setiap kata, setiap ucapannya penuh kasih sayang..... Sejak kecil Kiong Ling-ling kehilangan orang tuanya, hidup berkelana ikut kakeknya, setelah mengalami pelbagai peristiwa, belum pernah ia rasakan kehidupan yang nyaman dan bahagia. Walaupun Tian Mong-pek mencintainya, melindunginya, namun bagaimana pun dia adalah seorang lelaki. Siau Hui-uh pun sangat baik terhadapnya, tapi watak Siau Hui-uh mana bisa dibandingkan dengan kelembutan So Kin-soat? Dalam lubuk hati Kiong Ling-ling yang paling dalam, dia telah menganggap So Kin-soat sebagai orang yang paling dikasihi, bahkan telah menggantikan posisi seorang ibu didalam hatinya. Tapi sekarang, Tian Mong-pek telah melukiskan sosok ibu yang penuh kasih sayang itu menjadi seorang wanita yang teramat keji dan busuk, perubahan yang amat besar itu muncul secara mendadak, membuat gadis itu, secara kejiwaan, tak bisa menerima dengan begitu saja. Kembali Tian Mong-pek berkata dengan lembut: “Ling-ling, percayalah kepada paman, tak mungkin paman akan membohongimu, So Kin-soat bukan saja keji dan telengas, dia.... dia lah dalang utama dalam pembuatan panah kekasih.” Sekujur tubuh Kiong Ling-ling bergetar keras, air mata telah jatuh berlinang membasahi pipinya, tak tahan, dia menutup wajahnya dengan kedua belah tangan dan menangis tersedu—sedu. Dengan lembut Tian Mong-pek membelai rambutnya yang hitam, katanya: “Ling-ling, aku tahu kau baik sekali, tak pernah tega untuk mencelakai orang yang pernah memberi kebaikan kepadamu, tapi usiamu masih muda, ketahuilah, banyak orang meski baik kepadamu pada tampilannya, namun maksud tujuannya sangat keji. Demi seluruh umat persilatan di dunia ini, seharusnya kau busungkan dada, bantu paman untuk menyingkap rahasia paling besar dari dunia persilatan..... Ling-ling, bersediakah kau menjawab berapa buah pertanyaan dari paman?” Air mata membasahi seluruh wajah Kiong Ling-ling, p erasaan hatinya dipenuhi siksaan, sedih dan serba salah. Sejujurnya dia tak tega menghianati So Kin-soat, tapi Tian Mong—pek adalah enghiong sejati yang menjadi panutan hatinya selama ini, setiap perkataannya yang begitu tegas, membuat orang lain mau tak mau harus menurutinya. Untuk sesaat, perasaan hatinya dipenuhi keraguan, kebimbangan, sulit baginya untuk ambil keputusan. setelah menghela napas, kembali ujar Tian Mong-pek: “Bila keberatan, paman tak akan memaksamu, kau..... kau harus baik baik jaga diri, paman harus pergi . . . . . . ..” Dengan sedih dia membalikkan badan. Tiba tiba Kiong Ling-ling angkat wajahnya dan memanggil: II “Paman Tian . . . . .. Terkejut bercampur girang, Tian Mong-pek membalikkan badan. “Kau . . . . . ..” Sambil menyeka air mata, kata Kiong Ling-ling: “Ling-ling percaya dengan perkataan paman, bila paman ingin ajukan pertanyaan, asal Ling-ling tahu, pasti akan kujawab.” “Kau benar benar bersedia?” “Biarpun usia Ling-ling masih muda, tak tahu urusan, tapi setiap kata yang telah Ling-ling ucapkan, selamanya tak akan disesali kembali.” Meskipun tubuhnya yang kurus dan lemah tiada hentinya gemetar ditengah hembusan angin pagi, namun sikap dan mimik mukanya menunjukkan ketegasan, dalam pandangan Tian Mong-pek, tubuhnya yang kecil kurus itu sesungguhnya jauh lebih tinggi besar daripada siapapun. setelah termenung lama sekali, Tian Mong-pek baru bertanya: “Kau pernah bertemu Lan Thian-jui?” “Pernah.” “Pernahkah datang ke bukit Kun-san?” “Bukan hanya datang, mungkin saat ini masih berada diatas bukit.” Bergetar sekujur tubuh Tian Mong-pek, sambil mengepal tinju, dia termenung berapa saat, kemudian baru katanya lagi: “Tahukah kau, bagaimana hubungannya dengan So Kin-soat?” Kiong Ling-ling berpikir sejenak, kemudian sahutnya: “Selama berada dihadapanku, mereka berdua selalu berhubungan dengan penuh tata kesopanan, tapi suatu hari, tanpa sengaja aku melihat mereka berdua sedang ribut sengit gara gara satu urusan, kemudian So.... So hujin menangis sedih sambil berkata: “Baik, apakah kau sudah melupakan . . . . ..”, belum selesai perkataan itu diucapkan, Lan Toa-sianseng segera memotong: “Baik, aku kabulkan permintaanmu.” Tapi kelihatan sekali kalau dia sangat marah, bahkan sempat membanting cawan keatas lantai.” Walaupun dia tidak menerangkan secara jelas, namun dari pembicaraan tadi sudah terlihat jelas bahwa Lan Toa-sianseng memang mempunyai hubungan yang luar biasa dengan So Kin-soat. Dengan jengkel seru Tian Mong-pek” II “Bagus, bagus sekali . . . . . .. Mendadak tanyanya lagi: “Bagaimana caraku untuk pergi ke perkampungan milik So Kin-soat? Apakah sepanjang jalan penuh jebakan?” “Perkampungan yang ditinggali So hujin bernama Cian-liong-san-ceng (Perkampungan naga mendekam), dikelilingi tiga puncak bukit disekitarnya, didepan perkampungan terdapat benteng bambu yang susah dilewati karena alam yang berbahaya, konon disekeliling perkampungan disiapkan banyak pasukan, khususnya dalam dua hari terakhir, penjagaan ditempat itu makin ketat. Jika ingin menuju ke tempat tinggalnya, hanya bisa lewat jalan air, melalui pintu benteng pertama, setelah melewati benteng air akan muncul pemandu jalan yang akan menghantar jalan setapak yang langsung menuju ke perkampungan.” “Selain itu, apakah . . . . . ..” Tian Mong-pek berkerut kening. “Selain itu, masih ada lagi sebuah lorong rahasia yang langsung berhubungan dengan paviliun penerima tamu ditengah bukit, tapi jarang sekali ada yang mengetahui lorong rahasia itu.” “Apakah kau tahu?" tanya Tian Mong-pek girang. Kiong Ling-ling tertunduk lemas, sahutnya setelah menghela napas sedih: “Barusan aku datang kemari dengan melewati lorong bawah tanah itu.” Tian Mong-pek merasa terkejut bercampur girang, pintanya: “Ling-ling, cepat ajak paman melewati lorong rahasia itu.....” Tiba tiba ia teringat akan sesuatu, bila Kiong Ling-ling mengetahui lorong bawah tanah itu, berarti So Kin-soat memang sangat mempercayai gadis ini, dengan watak si nona, seharusnya dia tak akan tega membiarkan orang yang begitu percaya kepadanya merasa sedih dan kecewa. Kini, bila dia minta petunjuk cara lewat lorong rahasia itu, bukankah sama halnya dengan memaksakan kehendak? Sekalipun dia setuju, sudah pasti hati kecilnya merasa sangat sedih. Selama hidup, Tian Mong-pek hanya tahu memikirkan nasib orang lain dan jarang memikirkan diri sendiri, sekarang, mana dia tega membuat gadis malang itu bertambah sedih? Berpikir sampai disitu, seketika itu juga ia berhenti bicara. Kiong Ling-ling angkat wajahnya dan menatap pemuda itu sampai lama sekali, kemudian dia baru berkata sambil menghela napas sedih: “Aku tahu, paman pasti tak tega bikin aku sedih, karena itu tidak kau lanjutkan perkataanmu, tapi..... Ling-ling pun tak tega membuat paman sedih . . . . .. paman, ikutilah aku!” Walaupun hanya berapa patah kata, namun mengandung maksud dalam yang tak terhingga. Tian Mong-pek merasa hatinya jadi kecut, dia tak tahu harus tertawa atau menangis, tiba tiba serunya dengan lantang: “Paman berani angkat sumpah, tak sepatah kata pun kutuduh So Kin-soat dengan tuduhan palsu, asal dikemudian hari So Kin-soat mau bertobat, paman akan memandang pada wajahmu, tidak akan mencelakai jiwanya.” Kiong Ling-ling tertawa sedih, tanpa bicara lagi dia berjalan menuju ke kaki bukit. Terlihat gerakan tubuhnya lincah, enteng dan indah, hanya dalam waktu yang singkat, ilmu silatnya telah peroleh kemajuan pesat. Jelas selama ini dia rajin berlatih dan kecerdasan otaknya luar biasa. Mengikuti di belakang tubuhnya, Tian Mong-pek merasa semakin sedih dan terharu, ketika tiba dikaki bukit, tiba tiba dari balik semak belukar terlihat ada sebuah lempengan besi berwarna hitam. Kalau bukan diajak Kiong Ling-ling, biar dicari selama setahun pun belum tentu Tian Mong-pek akan menemukan lempengan besi itu. Tampak Ling-ling menyingkap lempengan besi itu ke samping, didalamnya tampak sebuah lorong bawah tanah. Biarpun lorong itu lembab dan gelap, namun setiap jarak berapa kaki tergantung sebuah lentera tembaga, lentera itu tampak basah oleh minyak, sudah jelas lorong itu sering dilewati orang. Kembali Tian Mong—pek berpikir: “Tempat tinggal So Kin-soat dinamai naga mendekam, entah butuh berapa banyak waktu dan tenaga untuk membangun lorong rahasia semacam ini. Dari sini bisa dibuktikan kalau ambisinya memang besar. Seorang wanita bisa menciptakan maha karya sebesar ini, perencanaan secermat ini dan organisasi massa seluas ini, bahkan semuanya bisa dilaksanakan secara tertutup dan rahasia, hal ini semakin membuktikan bahwa dia memang perempuan luar biasa dengan kelebihan mengagumkan.” Lambat laun lorong rahasia itu semakin mendaki ke atas, entah berjalan berapa saat kemudian, tiba tiba Kiong Ling-ling berbisik: “Jalan keluar lorong berada disini.” Diatas mereka kembali muncul sebuah lempengan besi, lempengan itu berada berapa kaki diatas langit langit lorong, untuk mendaki keatas, dihubungkan dengan sebuah tangga besi. “Apakah diluar sana ada penjaganya?” tanya Tian Mong-pek. Belum sempat Kiong Ling-ling menjawab, tiba tiba terdengar suara tertawa yang memekikkan telinga berkumandang masuk ke dalam lorong dari atas, begitu keras suara tertawa itu membuat Tian Mong-pek merasa kendang telinga nya sakit. Ditinjau dari kemampuan orang itu mengirim suara tertawanya hingga tembus lempengan besi, bisa diduga, tenaga dalam yang dia miliki pasti menakutkan.
Pendekar Naga Putih - 80. Iblis Angkara Murka Panah Kekasih II - Gu Long Tom Swift - Misi Penolong Pendekar Pedang Siluman Darah - 27. Takanata Iblis Nippon Siluman Ular Putih - 25. Rahasia Kalung Permata Hijau
“Betul, dia mengajak kami naik ke Kun-san dan tinggal di sebuah perkampungan . . . . . . ..” “Apakah nyonya yang baik hati itu adalah So Kin-soat?” tanya Tian Mong-pek makin terperanjat. Melihat perubahan wajah pemuda itu, Kiong Ling-ling ikut terperanjat, tanyanya gemetar: “Paaa.... paman, dari mana bisa tahu? Apakah paman juga kenal dia?” Tian Mong-pek menghentakkan kakinya berulang kali, tak mampu mengucapkan apapun, hanya pikirnya: “Mereka datang dari bukit Kun-lun, kenapa So Kin-soat bisa bertemu dengan mereka?” setelah berpikir lebih lanjut, diapun segera sadar, pikirnya: “Aah benar, rumput pelumat impian yang digunakan untuk membuat panah kekasih, meski sebagian besar dipasok Tong Ti, namun selama Tong Lojin masih hidup, tentu saja Tong Ti tak berani secara terus terang mengirim seluruh pasokan rumput pelumat impian kemari, dia paling hanya bisa mencuri sebagian kecil, padahal kebutuhan panah kekasih makin lama semakin banyak, produksi mereka kian hari kian meningkat, sudah pasti pasokan rumput pelumat impian yang dibutuhkan semakin tekor. “setelah Tong Ti dan So Kin-soat melakukan perundingan, merekapun hanya bisa pergi ke Lam-jiang untuk mencari Leng Yok-su, menggunakan melemahan dari Leng Yok-su, melancarkan serangan yang lembut dan mesra. “Pernah selama sekian waktu dunia persilatan tidak nampak jejak So Kin-soat, ini dikarenakan dia sedang pergi ke Lam-jiang. “Benar saja, akhirnya Leng Yong-su terpikat oleh kecantikan wajahnya, produksi rumput pelumat impian pun mulai dipasok kepada perempuan itu, inilah sebab kebutuhan Tong Lojin untuk rumput pelumat impian makin hari makin bertambah sedikit.” Tian Mong-pek jadi teringat kembali dengan perkataan Tong Lojin kepadanya ditengah malam buta waktu itu, kenapa pengiriman rumput pelumat impian untuk perguruan keluarga Tong makin lama semakin bertambah sedikit, kenapa Leng Yok-su enggan menanam rumput itu lagi. Sebenarnya dia tak habis mengerti dengan semua alasan itu, tapi sekarang dia jadi paham semua. “Kemudian Leng Yok-su sadar kalau cinta kasih So Kin-soat terhadapnya ternyata palsu, dalam gusarnya, diapun enggan menanam rumput pelumat impian lagi, ketika sumber pasokan rumput beracun itu tiba tiba terhenti, panah kekasih pun tak bisa diproduksi lagi. “Kemudian Leng Yok-su menyumbangkan sisa rumput yang dimiliki untuk Tong Lojin, dalam cemas dan paniknya, Tong Ti pun menyerempet bahaya pergi mencuri rumput tersebut dan perintahkan orang untuk mengirim ke bukit Kun-san. Sewaktu So Kin-soat bertemu Ling-ling dan siau-lan, sudah pasti saat itu dia sedang dalam perjalanan pulang ke bukit Kun-san setelah berkunjung ke Lam-jiang. “Selama ini, dia selalu berkeinginan memupuk kekuatan sendiri, setelah melihat bakat dari Ling-ling, sudah pasti dia tak akan melepaskannya, maka kedua orang itu dibawa pulang ke bukit Kun-san.” Berpikir begitu, semua teka teki yang meragukan pemuda itupun seketika terbongkar. Terdengar Kiong Ling-ling berkata: “So hujin adalah orang baik, paman . . . . .. kau bukan sedang marah kepadanya bukan?” Tiba tiba Tian Mong-pek menarik gadis itu, menatap wajahnya lekat lekat, lalu sepatah demi sepatah kata ujarnya: “Pernahkah paman membohongimu?” “Belum pernah.” “Maukah kau mempercayai perkataan paman?” Kelihatannya Kiong Ling-ling segera dibuat tertegun oleh tingkah lakunya yang aneh, oleh pertanyaannya yang aneh, matanya terbelalak lebar, namun dia hanya bisa mengangguk, tak sanggup berbicara sepatah kata pun. “Kalau begitu, paman beritahu.” Ujar Tian Mong-pek, “So Kin-soat adalah perempuan paling kejam, paling licik, paling busuk didunia ini, dia sedikitpun tidak baik.” Sepasang mata Kiong Ling-ling terbelalak makin besar, penuh diliputi rasa kaget, penuh diliputi rasa curiga, heran, tak percaya . . . . .. Disaat ia hidup menggelandang, So Kin-soat telah menampung dirinya, memberi makan, pakaian dan hidup yang nyaman, mewariskan ilmu silat kepadanya . . . . .. Dihari hari biasa So Kin-soat selalu tersenyum lembut kepadanya, setiap kata, setiap ucapannya penuh kasih sayang..... Sejak kecil Kiong Ling-ling kehilangan orang tuanya, hidup berkelana ikut kakeknya, setelah mengalami pelbagai peristiwa, belum pernah ia rasakan kehidupan yang nyaman dan bahagia. Walaupun Tian Mong-pek mencintainya, melindunginya, namun bagaimana pun dia adalah seorang lelaki. Siau Hui-uh pun sangat baik terhadapnya, tapi watak Siau Hui-uh mana bisa dibandingkan dengan kelembutan So Kin-soat? Dalam lubuk hati Kiong Ling-ling yang paling dalam, dia telah menganggap So Kin-soat sebagai orang yang paling dikasihi, bahkan telah menggantikan posisi seorang ibu didalam hatinya. Tapi sekarang, Tian Mong-pek telah melukiskan sosok ibu yang penuh kasih sayang itu menjadi seorang wanita yang teramat keji dan busuk, perubahan yang amat besar itu muncul secara mendadak, membuat gadis itu, secara kejiwaan, tak bisa menerima dengan begitu saja. Kembali Tian Mong-pek berkata dengan lembut: “Ling-ling, percayalah kepada paman, tak mungkin paman akan membohongimu, So Kin-soat bukan saja keji dan telengas, dia.... dia lah dalang utama dalam pembuatan panah kekasih.” Sekujur tubuh Kiong Ling-ling bergetar keras, air mata telah jatuh berlinang membasahi pipinya, tak tahan, dia menutup wajahnya dengan kedua belah tangan dan menangis tersedu—sedu. Dengan lembut Tian Mong-pek membelai rambutnya yang hitam, katanya: “Ling-ling, aku tahu kau baik sekali, tak pernah tega untuk mencelakai orang yang pernah memberi kebaikan kepadamu, tapi usiamu masih muda, ketahuilah, banyak orang meski baik kepadamu pada tampilannya, namun maksud tujuannya sangat keji. Demi seluruh umat persilatan di dunia ini, seharusnya kau busungkan dada, bantu paman untuk menyingkap rahasia paling besar dari dunia persilatan..... Ling-ling, bersediakah kau menjawab berapa buah pertanyaan dari paman?” Air mata membasahi seluruh wajah Kiong Ling-ling, p erasaan hatinya dipenuhi siksaan, sedih dan serba salah. Sejujurnya dia tak tega menghianati So Kin-soat, tapi Tian Mong—pek adalah enghiong sejati yang menjadi panutan hatinya selama ini, setiap perkataannya yang begitu tegas, membuat orang lain mau tak mau harus menurutinya. Untuk sesaat, perasaan hatinya dipenuhi keraguan, kebimbangan, sulit baginya untuk ambil keputusan. setelah menghela napas, kembali ujar Tian Mong-pek: “Bila keberatan, paman tak akan memaksamu, kau..... kau harus baik baik jaga diri, paman harus pergi . . . . . . ..” Dengan sedih dia membalikkan badan. Tiba tiba Kiong Ling-ling angkat wajahnya dan memanggil: II “Paman Tian . . . . .. Terkejut bercampur girang, Tian Mong-pek membalikkan badan. “Kau . . . . . ..” Sambil menyeka air mata, kata Kiong Ling-ling: “Ling-ling percaya dengan perkataan paman, bila paman ingin ajukan pertanyaan, asal Ling-ling tahu, pasti akan kujawab.” “Kau benar benar bersedia?” “Biarpun usia Ling-ling masih muda, tak tahu urusan, tapi setiap kata yang telah Ling-ling ucapkan, selamanya tak akan disesali kembali.” Meskipun tubuhnya yang kurus dan lemah tiada hentinya gemetar ditengah hembusan angin pagi, namun sikap dan mimik mukanya menunjukkan ketegasan, dalam pandangan Tian Mong-pek, tubuhnya yang kecil kurus itu sesungguhnya jauh lebih tinggi besar daripada siapapun. setelah termenung lama sekali, Tian Mong-pek baru bertanya: “Kau pernah bertemu Lan Thian-jui?” “Pernah.” “Pernahkah datang ke bukit Kun-san?” “Bukan hanya datang, mungkin saat ini masih berada diatas bukit.” Bergetar sekujur tubuh Tian Mong-pek, sambil mengepal tinju, dia termenung berapa saat, kemudian baru katanya lagi: “Tahukah kau, bagaimana hubungannya dengan So Kin-soat?” Kiong Ling-ling berpikir sejenak, kemudian sahutnya: “Selama berada dihadapanku, mereka berdua selalu berhubungan dengan penuh tata kesopanan, tapi suatu hari, tanpa sengaja aku melihat mereka berdua sedang ribut sengit gara gara satu urusan, kemudian So.... So hujin menangis sedih sambil berkata: “Baik, apakah kau sudah melupakan . . . . ..”, belum selesai perkataan itu diucapkan, Lan Toa-sianseng segera memotong: “Baik, aku kabulkan permintaanmu.” Tapi kelihatan sekali kalau dia sangat marah, bahkan sempat membanting cawan keatas lantai.” Walaupun dia tidak menerangkan secara jelas, namun dari pembicaraan tadi sudah terlihat jelas bahwa Lan Toa-sianseng memang mempunyai hubungan yang luar biasa dengan So Kin-soat. Dengan jengkel seru Tian Mong-pek” II “Bagus, bagus sekali . . . . . .. Mendadak tanyanya lagi: “Bagaimana caraku untuk pergi ke perkampungan milik So Kin-soat? Apakah sepanjang jalan penuh jebakan?” “Perkampungan yang ditinggali So hujin bernama Cian-liong-san-ceng (Perkampungan naga mendekam), dikelilingi tiga puncak bukit disekitarnya, didepan perkampungan terdapat benteng bambu yang susah dilewati karena alam yang berbahaya, konon disekeliling perkampungan disiapkan banyak pasukan, khususnya dalam dua hari terakhir, penjagaan ditempat itu makin ketat. Jika ingin menuju ke tempat tinggalnya, hanya bisa lewat jalan air, melalui pintu benteng pertama, setelah melewati benteng air akan muncul pemandu jalan yang akan menghantar jalan setapak yang langsung menuju ke perkampungan.” “Selain itu, apakah . . . . . ..” Tian Mong-pek berkerut kening. “Selain itu, masih ada lagi sebuah lorong rahasia yang langsung berhubungan dengan paviliun penerima tamu ditengah bukit, tapi jarang sekali ada yang mengetahui lorong rahasia itu.” “Apakah kau tahu?" tanya Tian Mong-pek girang. Kiong Ling-ling tertunduk lemas, sahutnya setelah menghela napas sedih: “Barusan aku datang kemari dengan melewati lorong bawah tanah itu.” Tian Mong-pek merasa terkejut bercampur girang, pintanya: “Ling-ling, cepat ajak paman melewati lorong rahasia itu.....” Tiba tiba ia teringat akan sesuatu, bila Kiong Ling-ling mengetahui lorong bawah tanah itu, berarti So Kin-soat memang sangat mempercayai gadis ini, dengan watak si nona, seharusnya dia tak akan tega membiarkan orang yang begitu percaya kepadanya merasa sedih dan kecewa. Kini, bila dia minta petunjuk cara lewat lorong rahasia itu, bukankah sama halnya dengan memaksakan kehendak? Sekalipun dia setuju, sudah pasti hati kecilnya merasa sangat sedih. Selama hidup, Tian Mong-pek hanya tahu memikirkan nasib orang lain dan jarang memikirkan diri sendiri, sekarang, mana dia tega membuat gadis malang itu bertambah sedih? Berpikir sampai disitu, seketika itu juga ia berhenti bicara. Kiong Ling-ling angkat wajahnya dan menatap pemuda itu sampai lama sekali, kemudian dia baru berkata sambil menghela napas sedih: “Aku tahu, paman pasti tak tega bikin aku sedih, karena itu tidak kau lanjutkan perkataanmu, tapi..... Ling-ling pun tak tega membuat paman sedih . . . . .. paman, ikutilah aku!” Walaupun hanya berapa patah kata, namun mengandung maksud dalam yang tak terhingga. Tian Mong-pek merasa hatinya jadi kecut, dia tak tahu harus tertawa atau menangis, tiba tiba serunya dengan lantang: “Paman berani angkat sumpah, tak sepatah kata pun kutuduh So Kin-soat dengan tuduhan palsu, asal dikemudian hari So Kin-soat mau bertobat, paman akan memandang pada wajahmu, tidak akan mencelakai jiwanya.” Kiong Ling-ling tertawa sedih, tanpa bicara lagi dia berjalan menuju ke kaki bukit. Terlihat gerakan tubuhnya lincah, enteng dan indah, hanya dalam waktu yang singkat, ilmu silatnya telah peroleh kemajuan pesat. Jelas selama ini dia rajin berlatih dan kecerdasan otaknya luar biasa. Mengikuti di belakang tubuhnya, Tian Mong-pek merasa semakin sedih dan terharu, ketika tiba dikaki bukit, tiba tiba dari balik semak belukar terlihat ada sebuah lempengan besi berwarna hitam. Kalau bukan diajak Kiong Ling-ling, biar dicari selama setahun pun belum tentu Tian Mong-pek akan menemukan lempengan besi itu. Tampak Ling-ling menyingkap lempengan besi itu ke samping, didalamnya tampak sebuah lorong bawah tanah. Biarpun lorong itu lembab dan gelap, namun setiap jarak berapa kaki tergantung sebuah lentera tembaga, lentera itu tampak basah oleh minyak, sudah jelas lorong itu sering dilewati orang. Kembali Tian Mong—pek berpikir: “Tempat tinggal So Kin-soat dinamai naga mendekam, entah butuh berapa banyak waktu dan tenaga untuk membangun lorong rahasia semacam ini. Dari sini bisa dibuktikan kalau ambisinya memang besar. Seorang wanita bisa menciptakan maha karya sebesar ini, perencanaan secermat ini dan organisasi massa seluas ini, bahkan semuanya bisa dilaksanakan secara tertutup dan rahasia, hal ini semakin membuktikan bahwa dia memang perempuan luar biasa dengan kelebihan mengagumkan.” Lambat laun lorong rahasia itu semakin mendaki ke atas, entah berjalan berapa saat kemudian, tiba tiba Kiong Ling-ling berbisik: “Jalan keluar lorong berada disini.” Diatas mereka kembali muncul sebuah lempengan besi, lempengan itu berada berapa kaki diatas langit langit lorong, untuk mendaki keatas, dihubungkan dengan sebuah tangga besi. “Apakah diluar sana ada penjaganya?” tanya Tian Mong-pek. Belum sempat Kiong Ling-ling menjawab, tiba tiba terdengar suara tertawa yang memekikkan telinga berkumandang masuk ke dalam lorong dari atas, begitu keras suara tertawa itu membuat Tian Mong-pek merasa kendang telinga nya sakit. Ditinjau dari kemampuan orang itu mengirim suara tertawanya hingga tembus lempengan besi, bisa diduga, tenaga dalam yang dia miliki pasti menakutkan.